Chapter 48.

799 119 6
                                    




~ Happy Reading ~

***

Alena tak hentinya tersenyum, saat dokter mengatakan jika saat ini ia sedang mengandung dan usianya baru dua Minggu.

Setelah memberikan bukti kalau dirinya tengah hamil, Arsen langsung mengajak pergi ke rumah sakit untuk mengecek kebenarannya dan juga keadaan calon anaknya.

Kata dokter semuanya sehat, namun Alena tidak boleh terlalu capek dan banyak pikiran. Kandungannya masih muda kemungkinan besar sebentar lagi wanita itu akan memasuki masa-masa morning sicknees.

"Senyum terus, nggak takut kering giginya?" Goda Arsen pada Alena.

Wanita itu terkekeh geli lalu bergelayut manja di lengan suaminya. "Hehe.. masih nggak percaya aja, di dalam perut aku ada kehidupan." Ujarnya mengusap perutnya yang masih datar.

"Sama, aku juga masih nggak percaya. Kalau sebentar lagi punya anak bersama wanita yang paling aku cintai, rasa-rasanya kayak mimpi." Alena tertegun ia mendongak menatap Arsen.

Alena merubah posisinya, ia merangkum wajah Arsen. "Ini nggak mimpi io, ini nyata dan kamu bakalan jadi Ayah." Arsen tersenyum meraih tangan Alena.

"Jujur aku nggak nyangka Tuhan memberikan lebih dari apa yang aku minta,"

"Oh iya?" Arsen mengangguk. "Itu berarti Tuhan sayang sama kamu, atau di surga sana Papa sama Mama doain kamu. Mereka kan sayang banget sama kamu."

Arsen tersenyum tipis, kepalanya menunduk dalam. "Tapi anaknya yang nggak tau diri, andai.."

"Ssstt.." Alena menyentuh bibir Arsen dengan telunjuknya. "Jangan di lanjut, aku nggak mau dengar. Aku udah pernah bilang, jangan menyalahkan diri sendiri. Bukan keinginan kamu juga kan mereka pergi seperti itu, yang terpenting sekarang doa kamu untuk mereka, bukan rasa bersalah."

Menarik napas panjang Arsen mengangguk. "Iya sayang, kamu benar maaf ya. Aku mellow terus," Ujarnya sambil terkekeh pelan.

Hatinya memang rapuh setiap mengingat orang tuanya, bayangan kelam itu selalu hadir dan rasa bersalah selalu ikut datang.

Untung sekarang ada Alena, wanita itu selalu menghibur dan memberikannya semangat, dia juga yang sudah sedikit menghilangkan bayangan itu.

"Sebelum pulang, kita jalan-jalan dulu yuk. Kita udah lama loh nggak pergi, aku mau jajan." Ucap Alena setengah merengek.

Memicingkan mata Arsen berkata. "Jangan-jangan mulai ngidam nih?" Alena menaikkan bahunya.

"Mungkin," Jawab Alena seadanya.

Arsen mengajak Alena ke teman kota, tempat favorit istrinya ketika dia mengajaknya jalan-jalan.

"Aku mau itu ya. Itu juga, yang itu juga. itu boleh kan?" Itulah kehebohan Alena saat melihat deretan pedagang makanan di taman itu.

Alena menunjuk pedagang makanan seperti, baso bakar, sosis bakar, Gulali, Jagung bakar, kacang rebus.

Arsen tak bisa mencegah apalagi melihat wajah bahagia istrinya, mana bisa ia menolak dan membuat Alena sedih ketika wanita itu ingin membeli makanan itu.

Alena mengajak Arsen duduk di kursi taman, ia meletakkan semua makanan yang dia beli di atas meja. Wanita itu melongo melihat apa saja yang dia beli.

"Perasaan tadi nggak banyak, kenapa sekarang banyak?" Beo Alena tak percaya.

Arsen tak bisa menyembunyikan senyuman manis saat melihat tingkah sang istri. "Tadi siapa yang beli semua makanan ini? Sanggup habisin sebanyak ini?" Alena memanyunkan bibir bawahnya.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Där berättelser lever. Upptäck nu