Attention || 🦊 34

Start from the beginning
                                    

Setelah obrolan gak jelas berlangsung beberapa lama, mereka melanjutkan kegiatan dengan menonton film horor.

Drrrtttt....
Drrrttt....

"Njun, gue pulang duluan ya. Sebenarnya gue kesini sama pacar gue. Dia tadi juga ketemu temennya di sekitar sini. Dia minta di jemput." Haechan berucap seraya memasukkan ponsel ke kantong.

Renjun mengangguk. "Oke, hati-hati ya Chan. Sering-sering main besok, gue tunggu kabar baik dari lo juga."

"Amin, makasih ya Njun. Oh iya, gue minta air minum ke dapur lo dulu ya."

Renjun mengangguk. "Oke, santai aja."

Setelah izin pada pemilik rumah, Haechan berjalan menuju dapur Renjun. Ia celingukan kesana kemari mencari sebotol air mineral yang tadi ia taruh di meja makan.

Haechan mengerutkan kening. "Gila sih, kalau kebuang sih gak papa. Tapi kalau keminum gimana coba?"

Langkahnya kembali ke ruang tamu.

Dor!

Backsound horor membuat suara Haechan yang memanggil jadi tidak terdengar.

"Woy!" seru Haechan lagi seraya menghidupkan lampu. Membuat teman-temannya kesal. Apalagi Jaemin dan Jeno yang tengah fokus.

"Kalian lihat air minum di botol yang gue taruh di atas meja makan gak?"

Semuanya menggeleng termasuk Renjun.

"Ambil yang baru lagi napa Chan?" kesal Renjun karena Haechan menggagalkan suasana horor yang mencekam.

"Lo gak punya pembantu kan disini?" tanya Haechan.

"Ada, tapi cuma pagi sampe sore doang. Kalau malem gini udah gak ada. Emang kenapa sih?"

Haechan menghela napas pelan. "Gak papa deh, gue pergi dulu. Bye!"

🦊

Waktu sudah semakin larut. Teman-teman Renjun pamit untuk tidur di hotel yang mereka sewa di pulau Jeju. Mereka masih memiliki sikap tau diri jika menginap di rumah Renjun. Pasti privasi pria itu akan terganggu.

"Makasih ya atas kunjungan kalian." Renjun melambaikan tangan saat mobil mereka sudah bersiap pergi.

Suasana hening kini menyelimuti. Renjun berjalan pelan memasuki rumahnya yang berantakan seperti kapal pecah karena ulah teman-temannya. Ia berpikir besok juga akan ada pembantu yang datang. Tubuhnya sudah sangat lelah karena seharian masak dan bermain bersama teman-teman meski didalam rumah tapi balik lagi tentang fakta tongkrongan mereka yang benar-benar aktif sampai mengeluarkan otot syaraf.

Klek!

Renjun membuka pintu kamar Marka. Bisa dilihat bocah itu terlihat terlelap bersama Mamanya. Senyuman Renjun tercetak. Ia mendekati istri dan anaknya.

"Ssshh... " Aera mendesis saat Renjun menyentuh bahunya. Wanita itu terlihat resah tidak seperti biasanya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Renjun khawatir.

Aera mengibaskan tangannya beberapa kali didepan leher. Malam ini terasa sangat panas. Apa mungkin karena ia mengenakan piyama panjang? Aera segera berjalan cepat menuju dapur untuk meminum air dingin.

"Sayang, kamu kenapa sih?" Renjun masih kepo bertanya-tanya.

Hah...

Aera merasa tenggorokannya tetap kering. Juga badannya malah semakin panas.

"Gak tau kenapa malam ini panas banget Njun. Aku mau ke depan dulu deh cari angin." Aera berjalan cepat menuju ke balkon kamarnya.

Renjun membuntuti dari belakang. Ia bisa melihat Aera masih merasa kepanasan. Gadis itu menyentuh lehernya sesekali memeluk dirinya sendiri.

"Ra, kamu salah makan apa?" tanya Renjun.

Bruk!

"Panas banget Njun, tolongin aku." Wajah Aera memerah, ia memejamkan mata seraya memeluk Renjun. Pergerakan tubuhnya mulai gelisah, menggesek-gesekkan tubuhnya pada tubuh Renjun seraya mendesis pelan.

"Kamu sakit Ra?" tanya Renjun semakin panik.

"Kita kerumah sakit sekarang ya?" Renjun panik bukan main. Namun Aera menahan pergerakannya, jadilah pria itu terdiam menatap Aera yang semakin berlagak seperti orang mabuk.

Renjun berusaha menyegarkan pikiran. Ia berpikir sejenak lebih dalam. Sebelum akhirnya melebarkan mata.

"Tadi kamu minum air botol yang ada di atas meja makan dapur ya?"

Aera mengangguk. "Aku gak inget, kayaknya iya. Soalnya haus."

Renjun menepuk jidatnya.

"Sialan Lee Haechan," gumamnya pelan. Pasti air botol tersebut mengandung sebuah zat yang meresahkan.

Tapi Renjun memiliki pola pikir yang sehat. Rasanya tidak etis mengajak istrinya itu bermain untuk memuaskan napsu atas kendali obat perangsang. Lebih baik jujur dari pada membuat istrinya sakit hati.

"Didalam air mineral itu ada obat perangsang. Itu punya Haechan tadi, dia sengaja mau minum itu karena malam ini mau tidur sama pacarnya."

Aera terbelalak kaget. "Terus gimanagimana? Ini panas banget."

"Mandi air dingin gimana? Tapi habis itu aku buatin minuman herbal hangat biar kamu gak masuk angin."

Aera menurut, ia segera berlari ke kamar mandi saking panasnya tubuh.

Selesai mandi, ia sudah membalut tubuhnya dengan piyama fluffy panjang yang terasa nyaman. Kini tubuhnya sudah lebih baik.

"Minum yang hangat dulu Ra, biar gak masuk angin." Renjun menghidangkan teh chamomile hangat untuk Aera.

"Makasih sayang," ucap wanita itu.

"Wajah kamu udah ngantuk banget Njun." Aera mengelus pipi Renjun pelan.

"Gak papa, aku masih mau nungguin kamu."

Aera jadi teringat kejadian tadi. Ia terharu dengan suaminya. Dipeluknya tubuh Renjun dengan erat.

"Makasih Papa," ucap Aera.

Renjun terkekeh, membalas pelukan wanita itu dengan erat.

"Udah minumnya? Gimana, apa udah enakan?" tanya Renjun seraya mengelus surai hitam panjang yang menjuntai dan harum semerbak terasa menenangkan indera penciuman Renjun.

Aera mengangguk. "Ayo kita bobok Papa."

Dengan senang hati Renjun menggendong tubuh mungil itu menuju kamar mereka.

To be continue...

NC NCT DREAM ✔️Where stories live. Discover now