ekstra chapter sudah di revisi

7K 502 13
                                    

"Aqilah? Kamu ngapain kok bengong? "Tanya Arkan pada sahabatnya.

Mereka sudah kembali ke dunia nyata dan meksipun sudah 3 bulan mereka kembali tapi tetap saja Aqilah sangat merindukan keluarga, teman-teman dan Shadam yang berada di dimensi lain atau bisa di bilang di dalam novel.

Aqilah menoleh ke arah Arkan lalu kembali menatap hamparan pasir dengan ombak kecil, membiarkan angin pantai menerpa kulitnya. Saat ini ia berada di belakang rumah nya yang kebetulan berada di pantai.

Aqilah asli memang tinggal di pesisir pantai bukan di perkotaan seperti Aqilah yang berada di dalam novel itu.

"Arkan, Lo kangen enggak sama mereka? Lo kangen enggak sama Rafael, Awalia, Shadam, dan Sella? "Tanya Aqilah.

Arkan diam sejenak, mengingat masa lalunya di dunia aneh itu.

Ia menatap Aqilah yang tampak menunggu jawaban darinya.

"Jujur, gue kangen sama kehidupan kita di sana? Tapi ini dunia kita Aqilah. Lepasin kenangan yang ada di dunia itu, jangan terus berfikir tentang mereka! Anggap aja itu cuma mimpi manis, "ucap Arkan menyentuh pundak sahabat kecilnya itu.

Aqilah tersenyum tapi jelas matanya berkaca-kaca, "mimpi? Kasih sayang mereka jelas, cinta, dan perhatian semuanya jelas dan nyata bagaimana bisa gue nganggap itu mimpi? "

"Aqilah, lepasin bayang-bayang Mereka dari kehidupan kita. Kalau trus kaya gini Lo engga bakal ikhlas pergi dari sana, ingat kakek Lo dia sekarang cuma punya elo di dunia ini, "ucap Arkan

Aqilah menunduk, melihat Aqilah sedih Arkan terdiam merasa bersalah.

"Maaf gue enggak maksud ngingetin elo, "ucapnya merasa bersalah.

Aqilah menggeleng, "gue kangen ibu, "gumam Aqilah pelan.

"Maaf Aqilah, "ucap Arkan menyesal.

"Bukan salah elo, "Aqilah terdiam sejenak, lalu kembali berucap, "harusnya kita pulang lebih awal agar gue bisa lihat nyokap gue untuk terakhir kalinya, "ucap Aqilah sedih.

Aqilah tentu sangat sedih, saat baru bangun di tubuh aslinya ia berharap melihat wanita yang telah melahirkan dirinya duduk dan menunggu dia untuk bangun tapi kenyataannya pahit menimpa dirinya.

Satu hari sebelum ia kembali ke tubuh aslinya sang ibu telah menghembuskan nafas terakhirnya yang tiada karna tenggelam di laut saat pergi mencari ikan.

Ibunya memang seorang nelayan untuk menghidupi keluarga, karna ayahnya yang telah tiada sejak ia kecil dan kakeknya yang sudah tua.

Arkan menarik Aqilah kedalam pelukannya, mungkin ia bisa menebak isi hati sahabatnya sekarang.

Hati Aqilah sekarang sedang kacau, ia merasa bersalah karna tak bisa melihat ibunya untuk terakhir kalinya tapi di sisi lain ia merindukan keluarga yang ada di dunia itu.

"Ini salah gue, harusnya gue enggak manjat pohon itu dan gue enggak akan jatuh Hingga nyokap gue enggak perlu kerja keras untuk cari uang pengobatan gue, "ucap Aqilah menyalah kan dirinya sendiri

"Ini takdir Aqilah, Lo engga bisa nyalahin diri sendiri karna ini, "ucap Arkan menatap wajah Aqilah yang basah karna air mata.

"Tapi... "

"Udah, gue enggak mau denger Lo nyalahin diri sendiri karna ini. Aqilah, semau yang terjadi ini adalah takdir Lo harus bisa terima itu. Sekarang mending kita pulang, kakek Lo pasti lagi nungguin elo, "ucap Arkan seraya berdiri dari duduknya.

Ia mengeluarkan tangannya untuk membantu Aqilah berdiri, Aqilah tersenyum tipis meraih tangan itu lalu berdiri.

Ia berjalan beriringan bersama Arkan untuk pulang.

"Kakek, Aqilah pulang, "teriak Aqilah.

Aqilah berjalan memasuki rumah nya yang sederhana.

Ia duduk di samping kakeknya yang sedang duduk sambil menikmati kopi hitam di sofa ruang tamu.

"Udah pulang? Tumben cepat biasanya nunggu matahari tenggelam dulu, "ucap si kakek, Rizal.

Aqilah tersenyum cengengesan, "biasa kek, si pengacau Arkan datang, jadi enggak mood deh nungguin matahari tenggelam, "ucapnya yang tentu saja bohong.

Rizal menatap mata cucunya yang terlihat jelas bahwa cucu kesayangan itu telah menangis.

"Kamu nangis? "Tanya Rizal

Aqilah dengan cepat menggeleng, "apaan sih kek, Aqilah enggak nangis. Udah ya, Aqilah mau mandi dulu, "ucap Aqilah dengan cepat menghindar.

Ia langsung pergi meninggalkan si kakek.

Rizal menatap punggung kecil cucunya, "kenapa setelah sadar aku merasa Aqilah berbeda? "

Ia menatap figur foto putri nya, "kamu terlalu cepat pergi nak, bahkan tidak menunggu putri mu siuman, "ucapnya sedih.

Ia mengelus lembut figur foto itu, air matanya tanpa sadar menetes.

Aqilah dari balik tembok mengintip, "maaf kek, Aqilah belum bisa jujur ke kakek kalau aku pernah mengalami hal yang pernah kakek alami, "Aqilah Memegang dadanya, "apa ini saatnya aku jujur ke kakek? "

Aqilah mengambil langkah ragu, Mendekati sang kakek. 

"Kek, "panggil Aqilah pelan.

Rizal menoleh ke arah cucunya, "loh katanya tadi mau mandi? "

Aqilah mengambil tempat di samping sang kakek, lalu ia menoleh pada pria tua yang sangat menyayangi nya itu.

"Kek, Aqilah mau jujur, "ucapnya menepatkan hatinya untuk berkata jujur hari ini.

"Jujur apa? "Tanya Rizal bingung.

Aqilah mengambil nafas yang dalam, lalu dengan cepat ia menceritakan semua hal yang telah ia alami selama ini.

Ia menceritakan bahwa ia telah bertransmigrasi ketubuh Aqilah yang tak lain adalah sepupunya sendiri, ia juga menceritakan bahwa ia memasuki tubuh salah satu cucu kakeknya yang ada di dunia itu dan ia telah bertemu dengan Anna, Nicolas, Felix, Devindra, dan Delvin.

Ia menceritakan semuanya, Rizal tentu saja terkejut ternyata cucunya mengalami hal yang sama dan hal yang lebih mengejutkan nya bahwa cucunya itu hidup bersama putrinya yang berada di dunia itu.

"Kek, bagaimana kakek bisa punya mama Anna, dan ibu? Kakek punya dua istri? "Tanya Aqilah heran

"Enggak! Kakek cuma punya satu istri dan itu nenek kamu, "bantah Rizal.

"Trus, bagaimana dengan ibunya mama Anna? "Tanya Aqilah masih bingung.

"Sebelum kakek memasuki tubuh dari ayah dari Anna, Anna memang sudah terlahir dan saat dia lahir ibunya juga telah meninggal dunia jadi kakek nganggap dia anak kakek, "jelas  Surya

Aqilah mengangguk mengerti.

"Oh, yaudah kek, karna kakek usah tau Aqilah mau ke kamar dulu, "Aqilah baru mau beranjak pergi namun Rizal menghalangi

"Tunggu! Aqilah, kakek mau nanya, "

"Nanya apa kek? "Tanya Aqilah

"Apa kamu ingin kembali ke sana? "Tanya Rizal sambil memegang kalung yang melingkar di lehernya.


ANTAGONIS (kok) MAGERAN Proses Revisi Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora