ᝯׁ֒hׁׅ֮ɑׁׅ℘tׁׅꫀׁׅܻ݊ꭈׁׅ 18 sudah di revisi

26.5K 2K 42
                                    

Beberapa hari berlalu setelah Aqilah syuting iklan akibatnya paksaan sang mama, dan sejak hari itu juga banyak Sutradara yang menawarinya untuk ikut casting film terlebih Sofian.

Itu semua karna melihat kemampuan akting Aqilah yang sangat pandai.

Namun sayangnya Aqilah sama sekali tidak ada niatan untuk terjun ke dunia hiburan.

Meskipun Anna, Nicolas dan Felix membujuk nya untuk terjun ke dunia hiburan, yah setidaknya berpartisipasi dalam satu film saja.

"Aqilah, apa kamu serius tidak ingin menjadi aktris seperti mama dan kakak mu? "Tanya Nicolas pada putrinya

Aqilah yang sedang memakan roti bakarnya langsung menatap sang papa, "ayo lah Pah, ini bukan pertama kalinya papa ngomong soal itu, Aqilah sama sekali enggak ada niatan untuk jadi aktris. Jadi aktris itu ribet, "

"Ribet? Ya ampun dek, padahal seru loh. Kamu bisa dapat duit, di tambah kamu bakal terkenal dengan banyak fans, "ucap Felix mencoba untuk membujuk adiknya.

"Malas ah, banyak fans juga bakal punya banyak haters, "ucap Aqilah acuh

"Lagian yah kak. jadi aktris itu harus banyak geraknya, Harus syuting kesana kesini. hadeh enggak ada waktu aku tuh, aku lebih suka di kamar, "sambung Aqilah.

"Tapi... "Devindra langsung menyela adiknya Felix saat akan kembali berucap.

"Udahlah, kalau emang Aqilah enggak suka ya udah biarin dia milih jalan hidup dia sendiri, "ucap Devindra

"Bener, biarin Aqilah memilih. Bahkan jika dia enggak mau kerja, yaudah enggak papa karna dia masih punya keluarga yang bisa nafkahin dia, "timpal Delvin ikut membela sang adik.

Aqilah tentu nya akan sangat senang karna kedua kakak laki-lakinya membela dirinya.

"Mah, "Felix menatap Sang mama meminta bantuan.

"Mama enggak mau ikut campur, karna bagaimana pun dunia hiburan tak semudah itu untuk di lewati, dunia itu terlalu keras, "ucap Anna

Pada akhirnya Felix hanya pasrah, tapi sungguh ia sangat ingin adiknya terjun ke dunia hiburan bersamanya.

Memikirkan bisa beradu akting dengan sang adik benar-benar sangat membahagiakan untuk Felix.

Setelah makan, Aqilah di antar oleh Delvin ke sekolahnya.

Di depan gerbang ada Sella yang menunggu kedatangan Aqilah.

Aqilah langsung turun dari mobil kakaknya, dan membiarkan Delvin untuk pergi ke kantornya.

"Sella, selamat pagi, "sapa Aqilah pada si pemeran utama dalam novel ketos dingin.

Sella tersenyum, "pagi juga Aqilah, "

"Udah dari lama di sini? "Tanya Aqilah basa basi.

Ia dan Sella berjalan bersama menuju kelas Aqilah.

Sella menggeleng, "enggak kok, "

Memang benar adanya Sella hanya menunggu kurang lebih 3 menit hingga Aqilah datang dengan mobilnya.

Mereka banyak bercerita sepanjang koridor hingga mereka sampai di kelas Aqilah, Sella tak langsung kembali ke kelasnya karna ia masih ingin berlama-lama dengan Aqilah.

"Good pagi dunia, "teriak Rafael yang datang bersama Shadam.

"Pagi Aqilah cantik, dan Sella cute, "sapa Rafael pada Aqilah dan Sella.

"Pagi, "balas kedua gadis itu.

Shadam dengan Permen di mulutnya langsung duduk di tempatnya.

Tak lama kedatangan keduanya, Arka juga ikut masuk.

Ia menatap heran, Sella yang bergabung dengan Aqilah dan Shadam.

"Sella, dia bukannya pemeran utama di novel ini yah? tapi kok bisa sama Aqilah? Bukan antagonis dan protagonis tidak bisa menjadi teman? "Batin Arka bertanya-tanya

Ia benar-benar bingung, bagai mana bisa protagonis dunia ini dan Antagonis nya bisa bertemu akrab seperti yang ia lihat sekarang ini.

"Kenapa ada banyak hal yang berbeda dari novel, sejak gue masuk ke sini atau lebih tepatnya sebelum gue ada memang udah berbeda aja, "

Arka trus menatap Aqilah, Sella, Rafael, dan Shadam yang bercanda tawa.

Arka bingung, dia juga merasa aneh, "sebenarnya apa yang terjadi? "Arka melirik sekilas buku yang ada di dalam tasnya yang terbuka.

Sedangkan di sisi lain, Aqilah notice jika Arka terus menatap mereka.

"Kenapa dia trus natap ke sini? Apa dia masih engga terima gue dekat sama Shadam dan udah enggak ngejar dia lagi? "Batin Aqilah bertanya-tanya

"Lihat apa? "Tanya Shadam

"Ha? "

"Lihat apa? "Tanya Shadam mengulang ucapannya kembali

"Enggak papa, "jawab Aqilah Seadanya

"Eh Aqilah gue baru ingat, kemarin gue lihat Lo jadi bintang iklan kan? "Ucap Rafael menggebu-gebu

Aqilah dengan malas langsung mengangguk, membuat Sella juga ikut berkomentar, "iya aku juga ngelihat Aqilah di tv kemarin. Aqilah cantik banget, aktingnya juga bagus. "

"Shadam Lo lihat kan? "Tanya Rafael pada Shadam, Shadam dengan malas mengangguk karna ia memang melihat iklan yang di bintangi Aqilah dan Anna ibunya.

"Gila keren banget akting Lo, ternyata yah Lo punya bakat akting enggak nyangka gue, "ujar Rafael antusias

"Mungkin karna mamanya Aqilah jago akting, kakaknya juga. Jadi Aqilah juga jago, "ucap Sella

"Lo mau debut jadi artis? "Tanya Shadam dengan wajah lempeng

"Mana ada, itu gue di paksa ya. Andai nyokap enggak ngancam pakai kacang pasti gue udah nolak, "ucap Aqilah kesel

"Dan Lo nurut cuma gara-gara kacang? You are crazy, "ucap Shadam tak percaya.

"Apaan, Lo enggak tau aja kacang itu bagian dari hidup gue. Tau enggak Lo? "Ucap Aqilah menggebu-gebu

"Maniak, "komentar Shadam

"Apaan, Lo juga yah maniak permen, "kesel Aqilah.

"Enggak tuh, "jawaban Shadam sukses membuat Aqilah kesel.

Aqilah langsung berdiri dari duduknya dan langsung mengambil tas Shadam, ia kembali ke tempat duduknya dan membuka tas Shadam.

"Lihat kan? Semuanya permen, cuma ada tiga buku, "ucap Aqilah

Rafael menatap Shadam penuh selidiki, "jadi ini yang buat Lo ngelarang gue buka tas elo, ternyata Lo nyembunyiin banyak permen, "

Shadam yang tak terima ikut membongkar tas Aqilah.

"Tas Lo, usianya cuma kacang-kacangan doang. Masih mending gue bawa buku, dari pada Lo, "balas Shadam

"Gue bawa buku ya, "ucap Aqilah tak terima

"Bawa buku dua doang? "

"Yah seenggaknya gue bawa, "

Shadam dan Aqilah langsung berdebat, Sella yang awalnya ingin memisahkan namun rafael menariknya agar tidak ikut campur.

Lagian melihat Shadam dan Aqilah berdebat itu akan sangat menyenangkan.

ANTAGONIS (kok) MAGERAN Proses Revisi On viuen les histories. Descobreix ara