ᝯׁ֒hׁׅ֮ɑׁׅ℘tׁׅꫀׁׅܻ݊ꭈׁׅ 24 sudah di revisi

23.5K 1.5K 5
                                    

Di waktu yang bersamaan Arka sedang mengantar Sella pulang ke rumah gadis itu.

Ia menggendong Sella membawanya masuk ke rumah minimalis itu.

"Kamar elo di mana? "Tanya Arka pada gadis di gendongannya.

Sella dengan canggung menunjuk kamarnya.

Arka membawa Sella ke kamar gadis itu, ia menidurkan gadis itu di kasurnya.

"Ma-makasih ya? "Ucap Sella

Arka mengangguk, "santai aja, "ucap Arka

"Lo ganti baju dulu, gue cari makan buat elo. Elo mau makan apa? "Tanya Arka

"Emmm... boleh enggak kamu beliin aku bakso yang enggak jauh dari sini? "Ucap Sella malu-malu

Arka yang melihat tampang malu-malu Sella, menjadi salting sendiri,"so cute, "batin Arka

"Pantas si Arka tergila-gila sama nih cewek, ternyata imut banget. Gue akui Aqilah cantik banget, tapi Sella imut banget, "batin Arka.

Sella yang melihat Arka melamun mencoba untuk menyadarkan pemuda itu.

"Hei, Arka kamu kenapa? "Tanya Sella bingung

"Eh. maaf, gue sedikit ngelamun tadi, "ucap Arka merasa bersalah

Sella mengangguk mengerti, "ya udah gue beliin Lo dulu, Lo tenang di sini, "ucap Arka

Ia pun pergi untuk membelikan Sella bakso.

Tak lama ia pergi, hujan turun mengguyur bumi.

Sella menjadi ketakutan, ia memeluk dirinya sendiri.

Air matanya lolos begitu saja melewati pipi chubby nya.

"Bunda, ayah, "tangisan Sella pecah

Ia benar-benar ketakutan, terlebih mendengar suara petir bersahutan di luar.

"Meong, "kucing peliharaan Sella, mendekati Sella seakan ia tau jika majikanya itu sedang ketakutan.

"Meong, "ia mengeong untuk mendapatkan perhatian tuan nya, kucing itu menggosokkan kepalanya di kaki Sella.

Sella yang dari tadi menyembunyikan wajahnya di antara lututnya menatap kucing kesayangan yang berjenis Anggora Itu.

"Pipi, "Sella sedikit tersenyum, ia memeluk kucing anggora berwarna putih itu dengan nama pipi.

Ia memeluknya dengan erat, "untung ada pipi, Sella takut pipi, "ujar Sella

Kucing itu adalah kucing kesayangan, kucing hadiah dari ayahnya tepat di hari yang sama ayahnya meninggal.

"Haaachi, "suara bersih itu mengalihkan pandangan Sella.

Sella menatap Arka yang bersin, "ka-kamu kenapa? "Tanya Sella dengan suara yang serak.

Ada dua hal yang membuat Arka terpaku, mata Sella yang sembab, hidung merah, dan sisa air mata di pipinya.

Dan juga, kucing dengan bulu jelek di pelukan Sella.

"Ku-kucing? Haaachi, "

"Kamu kok bersin? "Tanya Sella bingung

"Lo, Lo bisa singkirin kucing jelek itu enggak? "Ucap Arka yang masih sibuk bersin

"Sialan, bisa-bisanya alergi gue ngikut ke dunia ini, "batin Arka gondok

Sella melotot marah namun tampak lucu di kata Arka.

"Enak aja kucing jelek, ini tuh kucing paling lucu dan manis tau. Ini kucing kesayangan aku, pipi, "ucap Sella dengan nada marah yang lucu.

"Gue enggak peduli, singkirin dulu kucing itu, Haaachi, "ucap Arka.

"Lo mau tau kan, kenapa gue bersin? Itu karna ada dia, "sambungnya sambil menunjuk kucing Sella yang menatapnya tak bersalah.

"Pipi? "Bingung Sella, membuat Arka mengangguk.

"Iya, gue alergi bulu kucing jadi bisa enggak Lo jauhin itu? "Ucap Arka

Sella yang mengerti ia pun berdiri dan membawa kucing itu ke Kandangan, ia memasukkan kucing kesayangan itu di kadangnya.

"Maaf yah pipi, Arka enggak suka sama kamu jadi kamu di sini dulu yah, "ucap Sella pada kucing lalu pergi menemui Arka kembali ke kamarnya.

"Udah, "ucap Sella pada Arka

Arka mengangguk senang, "kalau gitu ayo makan, "ajak Arka.

Ia menarik tangan Sella, membawa Sella ke ruang tamu di mana di sana sudah ada dua mangkok bakso yang tadi ia beli.

"Wah bakso, "mata Sella berbinar, ia langsung melepas tangannya yang di pegang Arka dan langsung berjalan cepat ke arah bakso itu dan menyantap nya.

"Enak banget, "Sella seakan melupakan, kejadian yang membuatnya menangis.

Ia seakan lupa, jika hujan masih saja mengguyur bumi dan petir masih tersambar.

Ia menikmati baksonya bersama Arka.

Sella menatap Arka yang menyantap bakso miliknya, "ganteng banget, "batin Sella terpesona

Ia tidak memperhatikan Arka di hari-hari kemarin, namun kali ini ia melihat jelas wajah tampan arka yang sangat mempesona.

Arka yang sadar di tatap dalam oleh Sella, sedikit salting ia batuk demi untuk menghilangkan kecanggungan yang ia rasakan.

"Gue tau gue ganteng, tapi natapnya enggak usah kaya gitu banget, "ujar Arka

Sella yang sadar langsung gugup, "e-enggak, "

"Maksud Lo gue enggak ganteng? "Tanya Arka dengan nada yang bisa membuat orang salah paham.

Seperti Sella contohnya, ia salah paham mengira Arka marah. Ia langsung menggeleng cepat, "enggak kok, Arka ganteng banget, "ucapnya dengan cepat

Arka tersenyum manis ia berhasil mengerjai Sella, gadis polos itu.

Dengan tawa ia berucap, "maaf, maaf gue cuma bercanda, "

"Arka kira itu lucu? Enggak tau, "kesel Sella

"Maaf, habisnya Lo, ah udah lah eh btw Lo tadi kenapa? Kaya habis nangis, "tanya Arka kepo

Jujur saja ia tidak terlalu tau alur dari novel ini, karna ia memang tidak membaca semuanya ia hanya mendengarkan sahabatnya bercerita.

Ngomong-ngomong soal sahabat, Arka jadi kangen dengan sahabat satu-satunya itu, andai sahabat nya itu ada di sini.

Mendengar pertanyaan Arka, Sella jadi kembali mengingat hal yang tadi membuatnya menangis.

Air matanya luruh membuat Arka panik.

"Eh, malah nangis. Maaf gue kan cuma nanya, jangan nangis dong, "panik Arka

Sella menghapus air matanya, "enggak papa kok, aku cuma lagi kangen sama ayah dan bunda aku, "

"Emm... maaf, tapi ortu Lo emang ke mana? "Tanya Arka hati-hati

Sella terdiam sejenak, "ayah sama bunda udah enggak ada, "

Arka yang mendengar ucapan Sella jadi merasa bersalah, "maaf gue enggak bermaksud, "

"Enggak papa kok, "ucap Sella memotong ucapan Arka.

Mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.

ANTAGONIS (kok) MAGERAN Proses Revisi Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora