part 35

61 5 3
                                    

"Kak."

Satya menoleh ke arah gadis dengan rambut hitam bergelombang itu. Baru saja kaki dengan sepatu pantofelnya melangkah melewati pintu apartemen mewah ini, ia terhenti. Pria itu menarik alisnya ke atas, seolah gerak-geriknya mewakili mulutnya yang enggan terbuka.

"Makasih sudah temenin aku di rumah sakit waktu itu." Gadis itu melirik kakinya yang dibebat perban terbujur lurus di sofa. "Maaf kalau aku ngerepotin."

Satya mengangkat pergelangan tangannya, melirik arloji hitam yang melingkar di sana sebelum kembali menoleh pada sosok perempuan yang sedang bersandar di sofa panjang. Ia akan terlambat sekarang. "Maaf, Gie. Aku harus kerja hari ini," ucap Satya sambil mengangguk sopan bermaksud untuk pamit.

Gyanna, gadis itu merengek di tempatnya, sempat ingin beranjak namun Gyanna meringis kesakitan karena pergerakannya sendiri. Satya terhenti di tempat. "Kakak temenin aku di sini ya? Aku yang bakal bilang papa buat ajuin libur khusus buat Kak Satya. Please?" Gyanna mengerucut dengan raut dibuat memelas.

Satya menghela napasnya. Pria itu tetap kukuh pada pendiriannya dengan menggeleng pelan. "Aku nggak ada tanggung jawab apapun buat temani kamu. Toh, Pak Handoko bakal murka kalau tahu aku ada di apartemen putrinya," jelas Satya membuat bahu Gyanna merosot sedih.

"Aku pamit kalau begitu."

Satya menutup pintu apartemen tersebut. Berjalan lambat melewati lorong menuju ke lift.

Gyanna, adalah salah satu karyawan intern di kantornya, dari divisi yang sama dengannya. Bukan sembarang karyawan intern, karena dia merupakan putri semata wayang dari atasan tempat dia bekerja saat ini. Meskipun kemampuan Gyana mumpuni, tak menampik fakta bahwa gadis itu bisa masuk perusahaan dengan lancar berkat pengaruh ayahnya.

Entah nasib buruk apa Satya jadi berurusan dengan si Tuan Putri itu, karena tiba-tiba saja ia mendapat telepon dari rumah sakit kalau Gyanna sedang kecelakaan.

Saat itu ia menemani Aluna berbelanja bulanan, yang sialnya si bajingan Mahesa itu menyusul bersama mereka. Terpaksa Satya undur diri meninggalkan mereka berdua untuk menemui Gyanna di rumah sakit.

Membingungkan. Padahal harusnya yang dihubungi terlebih dahulu adalah kedua orang tua Gyanna alih-alih dirinya. Memangnya apa hubungan Satya dengannya?

Satya berusaha berpikiran positif. Mungkinkah karena terakhir kali sebelum kecelakaan itu, Gyanna sempat meneleponnya untuk menanyakan perihal pekerjaan. Jadi pihak rumah sakit menelepon Satya terlebih dahulu karena Satya berada di catatan panggilan terakhirnya.

Ketika Pak Handoko menemukannya di rumah sakit, atasannya itu mengernyit heran. Lalu menanyakan bagaimana Satya bisa berada di sini. Yah mau tak mau Satya menjawab jujur kalau putrinya itu yang meneleponnya kemari.

Pak Handoko memang mengizinkannya untuk menjaga Gyanna di rumah sakit atas permintaan pribadi gadis itu. Namun tak sungkan-sungkan atasannya itu memperingatinya untuk jangan terlalu mendekati putrinya secara pribadi.

Sudah seperti drama si konglomerat dan si miskin yang jatuh cinta.

Semenjak hari itu, sudah beberapa hari ini Satya tak sempat mengunjungi Aluna ataupun panti. Karena si Tuan Putri merepotkan ini memintanya untuk ditemani. Bisa-bisa kalau menolak, mungkin gadis itu bisa mengadu kapan saja pada ayahnya. Pekerjaan bagus dengan gaji menggiurkan yang susah payah Satya capai sampai saat ini, diruntuhkan begitu saja olehnya. Apalagi cicilan motor kerennya itu belum dilunasi.

RumpangWhere stories live. Discover now