part 22

67 18 0
                                    

"Bro, bisa berhenti lihatin tuh USG nggak? Gue tau lo bakalan jadi ayah, tapi masa dari 15 menit yang lalu gue di sini ngeliatin lo bengong."

"Kenapa?" Buru-buru Mahesa menyimpan foto USG milik Aluna yang sengaja ia bawa entah mengapa. Ia menatap datar pria yang duduk di kursi depan mejanya.

Rama, rekan sekaligus teman Mahesa. Memiliki jabatan Manager divisi investasi. Umurnya 4 tahun lebih tua darinya. Belum menikah, namun sepertinya sudah mempunyai kekasih. Dari gerak-gerik yang Mahesa lihat selama ini sih, kelihatannya pria itu benar-benar punya pacar. Atau sugar baby, misalnya.

"Lagi break. Gue lagi males nontonin team invest yang agak ruwet. Kewalahan gue nanganin dari tadi," curhat Rama pada Mahesa.

"Memang lo dibayar untuk itu."

Rama menghela napas berat, tak menjawab ucapan Mahesa yang terkesan tak bersimpatik kepadanya. "Istri lo hamil berapa bulan?"

"Dia bukan istri gue."

Rama terkekeh pelan. "Oh iya lupa. Istri lo kabur." Pria itu menaik-turunkan alisnya dengan raut jenaka. "Kayaknya bakalan jadi soon to be wife."

"Sialan," gerutu Mahesa kemudian dengan muka masam. Ia menyesap kopi panas yang baru saja diseduh dalam cangkir. "Aluna hamil 3 setengah bulan," ucapnya menjawab pertanyaan Rama.

"Aluna namanya. Cantik nggak?" Rama lagi-lagi tersenyum menggodanya.

Mahesa terdiam cukup lama, ia jadi membayangkan wajah Aluna di benaknya. Mata almond iris hitam, dibingkai bulu mata lentik, rambut hitam panjangnya yang seringkali tergerai, wajah natural kuning langsat cerah tanpa polesan make up. Sangat berbeda dengan Kiran yang stand out dengan dandanan di wajahnya. Sebentar-sebentar .... mengapa dirinya malah membanding-bandingkan Aluna dengan Kiran seperti ini?

"Standar," singkat Mahesa cuek, ia kembali menyibukkan diri dengan membuka map ordner yang berisikan berkas-berkas penting dari berbagai divisi. "Lebih cantik Kiran."

Rama mencebikkan bibir. "Cih. Ditinggal selingkuh ya cari lagi dong! Masa lembek banget pake acara gamon segala."

"Karena gue cinta sama Kiran."

"Tapi dia khianatin lo, Tolol!" umpat Rama geregetan. Kalau bisa, Rama akan mengeluarkan seluruh kebun binatang khusus untuk mengumpati teman tercintanya yang bodoh ini. "Mending lo sama si Aluna atau siapa deh! Daripada mikirin tu cewek tukang selingkuh nggak jelas."

Mahesa menggelengkan kepalanya tak setuju. "Gue sama Aluna cuma partner kontrak untuk anak itu aja. Nggak lebih."

"Terus apa bedanya kalau begitu? Lo sama Kiran juga sebatas kontrak aja, kan?"

Mahesa termenung lagi, ia menaikkan sebelah alisnya. "Bedanya? Gue cinta sama Kiran, sedangkan gue nggak cinta sama Aluna."

"GWS deh lo," geram Rama tak habis pikir. Jawaban Mahesa tidak salah. Tapi Rama kesal dengan Mahesa yang lebih memilih untuk stuck dibandingkan move on. "Lagaknya aja dirut, tapi mental kek curut," ucapnya sebelum sedikit membanting pintu ruangan ketika hendak keluar.

•••

Rutinitas Aluna kembali seperti sediakala. Membosankan.

Ia berharap Shindy atau siapapun itu mengajaknya keluar sehingga Aluna tak mati kebosanan disini. Namun sepertinya Shindy juga sedang sibuk akhir-akhir ini, bahkan pesan terakhirnya saja hanya dibalas singkat.

Perutnya keroncongan, tapi tubuhnya sangat malas beranjak dari sofa untuk membuat makanan di dapur. Sepertinya ia akan memesan layanan pesan antar saja. Masa bodohlah dengan makanan bergizi. Sekali-kali biarlah Aluna menyantap makanan cepat saji yang sudah lama tak dirasakannya.

RumpangWhere stories live. Discover now