part 32

51 6 0
                                    

"Kita dimana?"

Netra Aluna menatap sekitar setelah ia menutup rapat pintu mobilnya. Kantuk masih sedikit menguasai, tetapi hawa dingin yang mengigit kulit membuat kedua matanya terpaksa terjaga.

Suara jangkrik dan hewan nokturnal bersahutan di sekelilingnya. Terdapat sebuah pos jaga dengan penerangan remang-remang. Sementara itu gerombolan orang kian menjauh ke atas untuk melewati jalan menanjak.

Aluna memeluk lengannya, berusaha mencegah hawa dingin masuk ke kulitnya namun nihil. Ia terlalu malas untuk mengobrak-abrik isi kopernya hanya untuk mencari sebuah jaket. Hingga sebuah jaket tebal menghinggapi bahunya yang hanya terlapisi sehelai kemeja. Mahesa lah yang memberinya.

Ia bisa mencium aroma tubuh milik pria itu dari jaketnya. Aroma maskulin bercampur dengan aroma lembap pepohonan dan tanah basah dari tempat ini.

"Kenapa nggak pakai jaket?"

"Malas nyarinya," jawab Aluna singkat. Ia menatap ke arah tubuh Mahesa yang tidak terlapisi jaket apapun setelah memberikan miliknya untuk Aluna. "Kamu pakai jaket apa?"

"I'm fine, buat kamu aja," ucap Mahesa seraya tersenyum.

Sejurus kemudian pria itu mengajaknya untuk melewati jalan menanjak yang sebelumnya dilewati oleh gerombolan orang tadi. Mereka berbelok untuk menaiki sebuah tangga kecil, hingga mereka dapat melihat beberapa penerangan yang sedikit lebih baik daripada sebelumnya.

"Memangnya harus banget ya pagi-pagi buta begini ngecek proyeknya?" Aluna bertanya sambil menggerutu. Ia menatap sekitar, ada beberapa toko atau warung yang tutup.

"Saya ngecek proyeknya besok. Dan itu bukan di sini."

Wanita di sebelah Mahesa menganga tak percaya. "Jadi kita ngapain disini?"

"Nanti kamu juga bakal tahu."

Tangan Mahesa reflek menggandeng tangan Aluna, ketika mereka menemukan tangga yang cukup sulit untuk ditapaki. Aluna menoleh ke kiri, telat menyadari kalau mereka berada di tempat yang setinggi ini. Ia dapat melihat hamparan pemandangan lampu-lampu rumah berkilauan sangat indah di malam hari. Bersatu dengan langit hitam malam, dihiasi cahaya-cahaya kecil dari ratusan bintang menyebar di atas. Sungguh pemandangan malam yang indah di Kota Batu.

Orang-orang di sekitar duduk tenang di atas tanah, bersenda gurau bersama kenalannya, sambil mengagumi keindahan sekitar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orang-orang di sekitar duduk tenang di atas tanah, bersenda gurau bersama kenalannya, sambil mengagumi keindahan sekitar. Mahesa dan Aluna tentu tak ingin ketinggalan, ingin tahu apa yang menjadi pusat perhatian orang-orang ini.

Hingga semburat oranye perlahan muncul dari balik bukit di sebelah kanannya. Perlahan naik dan naik untuk membagi kehangatan diantara angin dingin menusuk kulit. Langit berubah terang kebiruan, matahari terbit dengan sangat indah.

Dan Mahesa mengajaknya untuk menyaksikan hal ini dengannya?

"Sunrisenya cantik banget." Binar mata Aluna yang berkilauan tak dapat disembunyikan. Aluna belum pernah menyaksikan hal yang seperti ini sebelumnya. Sungguh membuatnya sangat takjub. Diam-diam ia bersyukur kepada sang pencipta, berterimakasih karena telah menciptakan peristiwa semenakjubkan ini.

RumpangWhere stories live. Discover now