prolog

430 30 0
                                    

Aluna Sandyakala sadar akan dirinya untuk tidak bertinggi harap pada hidupnya yang sedari awal tidak jelas ini. Besar di panti asuhan, tanpa hadirnya sosok kedua orangtua. Ia tak mempunyai apa dan siapa di hidupnya. Maka dari itu, Aluna bertekad untuk hidup biasa-biasa saja. Tak menuntut siapapun termasuk dirinya sendiri. Yang terpenting adalah ia akan menjalani hidupnya dengan nyaman setelah bercerai dengan pria brengsek yang sempat meluluhlantakkan hidupnya dahulu.

Ia akan memulainya sedari awal, hidupnya yang sempat terenggut oleh pernikahan sialan itu. Ia akan merangkul hidup nyaman dan amannya yang selalu ia damba sejak lama.

Semuanya berjalan lancar, awalnya. Bekerja di tempat yang gajinya cukup untuk menghidupi dirinya sendiri, tinggal sendirian tanpa gangguan, dan ia bahagia karena hidupnya seolah hidup kembali pasca perceraiannya.

Tidak setelah Aluna mendapat kabar, bahwa Ibunyaㅡpemilik panti, kejang, pingsan di dapur, dan dilarikan ke rumah sakit.

"Tumor otak, harus segera dilakukan operasi," ucap seorang dokter ber-snelli putih, tak lupa stetoskop setia menggantung di lehernya, dan tangannya membawa sebuah map hasil tes milik Ibu.

Aluna, wanita itu tercenung beberapa saat. "Berapa biaya operasinya, Dok?" tanyanya sedikit tercekat. Bibirnya mendadak kelu.

Sang Dokter menghela napas berat, yang ajaibnya membuat dada Aluna juga ikut sesak seperti diremas habis-habisan. "Sekitar seratus juta, belum termasuk perawatan," kata Dokter.

Ia seolah ditimbuk beton beratus kilogram, hatinya remuk redam seketika.

Pikirannya melanglang buana, memikirkan tentang bagaimana caranya mendapatkan uang sebanyak itu dengan secepat kilat. Yang malah berujung dengan pikiran menjual tubuhnya.

Ini adalah Ibunya, beliau segalanya bagi Aluna. Meskipun beliau bukanlah ibu kandungnya, ia akan melakukan apapun untuk Ibu, bahkan jika nyawanya dipertaruhkan sekalipun.

Tidak, menghasilkan seratus juta dalam beberapa hari sangatlah mustahil meskipun dengan menjual tubuhnya. Lagipula, apa yang menarik dari tubuhnya ini?

Hingga di suatu kejadian tak terduga, takdir memaksa Aluna bertemu dengan wanita itu. Mereka saling membutuhkan satu sama lain, dan mampu bertukar keuntungan demi kelangsungan hidup mereka.

"Kamu... butuh pinjaman uang untuk biaya operasi Ibu secepatnya, kan?" tanya wanita di hadapan Aluna, memastikan sekali lagi. Kepala Aluna mengangguk ragu mengiyakan.

"Saya ngasih kamu penawaran.. Kami bisa biayai operasi dan biaya perawatan Ibu kamu setelahnya, dengan cuma-cuma."

Aluna terkesiap, yang benar saja? memberikan uang ratusan juta secara gratis untuknya? Wanita ini waras kan? batinnya tak percaya.

"Tapi, bersediakah kamu untuk jadi ibu surogasi untuk calon bayi kami?"

To be continued.

~ Rumpang ~

Author's note!
_______________

haii, selamat datang di lapak baru yang tidak selesai-selesai ini😭

ini draft cerita dari aku masih sekolah smpe skrng aku dah lulus wkwkw.  Ceritanya aku rombak abis-abisan soalnya outline awal agak ga make sense krn kurang riset HAHAHAHA.

semoga suka sama cerita ini yaa. Ini cerita pertama yang aku yakinin bisa tuntas smpe selesai. nggak kyk yg sebelum2nya wkwkwk.

oh ya bagi yang nanya apa itu ibu surogasi / surrogate mother?

Ibu surogasi = ibu pengganti/rahim pengganti

Surogasi = praktik sewa rahim (masih ilegal di Indonesia)

____________________________

D I S C L A I M E R !

Mature content‼️
Some plot of this story, contains about selfharm, harshness, harrasment, harsh words, and other inappropiate things that can be triggering some people. Please read at your own risk🙏🏻 thankyou✨

enjoy!

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang