part 13

65 16 0
                                    

Mulut Shindy terbuka lebar, tak lupa makanannya yang belum terkunyah sempurna terpampang jelas di hadapan Aluna.

"Lo hamil? Sama siapa?! Sama gadun lo?" tanya Shindy menggebu-gebu.

"Kan gue udah bilang, gue nggak punya gadun!"

"Terus lo hamil sama siapa Aluna sayangggg." Shindy sampai geregetan sendiri.

"Ceritanya panjang. Singkat cerita, ini bukan anak kandung gue. Tapi anak orang lain," jelas Aluna membuat Shindy makin kebingungan.

"Hah? Masuk akal lo begitu? Anak yang lo kandung bukan anak lo?" Otak lemot Shindy berpikir keras, ia berpikir cerita Aluna sangat tidak masuk di akalnya.

Aluna mengangguk, Shindy yang masih kebingungan. "Plis jelasin ke gue pake bahasa anak SD," pintanya.

Aluna menghela napasnya lelah, ia sadar telah melewati batas. Harusnya kontrak ini dirahasiakan dari siapapun itu. Namun ia rasa Shindy dapat dipercaya dan dia harus tahu kebenarannya.

Aluna mulai menceritakan dari awal. Dari peristiwa Aluna yang pontang-panting mencari pinjaman untuk operasi Ibu, menyelamatkan Kiran, bertemu Kiran dan Mahesa di panti, lalu Kiran yang memintanya untuk menjadi ibu surogasi.

Shindy fokus mendengarkannya tanpa jeda, matanya terbuka lebar tak mengedip, sampai-sampai makanan yang dipesan telah dingin secara merata.

Ketika Aluna selesai bercerita, barulah Shindy mengedipkan matanya tak percaya.

"Gila, wah pantesan waktu itu lo muntah-muntah," ujar Shindy. Aluna mengangguk membernarkan.

"Salah satu alesan gue resign kerja ya gara-gara kontraknya itu."

Shindy berdecak-decak seraya menggelengkan kepalanya kagum. "Bagus sih, sebulan lo dapet sepuluh juta." Ia menyuap makanan ke mulutnya lagi. "Btw lakinya ganteng nggak?"

Aluna mendelik secara spontan. "Hus!" Shindy hanya menyengir jenaka. Tubuh Aluna sedikut mendekat seakan ingin mengatakan hal yang sangat private. "Suprisingly, dia kakak kelas gue," bisik Aluna kemudian.

"WHAT?"

"Kaget kan? Gue aja kaget kalo suaminya Kiran itu kakak kelas gue, sekaligus mantan crush gue dulu." Aluna memijit pelipisnya yang tak pening.

Shindy menampilkan raut muka seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Konspirasi macam apa ini." Ia berdeham pelan. "Lo udah nggak suka sama dia kan?" tanya Shindy memastikan, pandangannya menelisik.

Aluna terdiam sedikit lama, lalu menganggukkan kepalanya kemudian.

"Untunglah, kan berabe kalo lo masih nyukain dia."

Aluna sedikit meringis, Betul juga. Batinnya.
Membayangkan bila dirinya sekarang masih menaruh rasa kepada Mahesa, pasti sangat amat merepotkan.

"Janji ya, jangan bocorin ini kemana-mana," pesan Aluna, memperingatkan Shindy.

Shindy mengangguk yakin sembari mencomot makanannya. "Gue janji, lo kan tau sendiri kalo curhatan lo gapernah bocor di mulut gue."

RumpangOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz