part 34

68 5 0
                                    


"Kala...?"

Ketika kepala Aluna terangguk mantap, hati Mahesa menjadi gamang.

"Gimana kamu bisa tahu?" tanya Mahesa. Seingatnya, kasus ini diselesaikan secara privat, dan ia yakin tak ada satu orang pun yang tahu menahu kasus ini selain dirinya, pihak sekolah, pihak pelaku, dan guru BK nya dahulu.

"Aku curi-curi dengar pas kalian berantem di belakang bangunan ruang ganti."

Pria di depan Aluna kini menatapnya resah. Pegangannya pada bahu Aluna tak kunjung dilepaskan, malah semakin dipererat.

"Kenapa kamu nggak muncul saat itu?" tanya Mahesa, matanya menyiratkan sarat akan kekhawatiran dan sedikit kekecewaan. "Kamu bisa aja tuntut dia kalau kamu mau, waktu itu."

Aluna tersentak sejenak, sebelum melembutkan kembali tatapannya. "Aku... Memang nggak mau memperpanjang masalahnya waktu itu. Aku pikir akan baik-baik saja karena dia sudah di-drop out kan?"

Pandangan Mahesa menggelap seketika. Ia ingat pria itu kini hidup dengan baik dan bebas seolah tak pernah membuat orang lain sengsara. Mahesa merasakan keinginan untuk membunuh laki-laki itu lagi ketika teringat dengan siapa laki-laki itu berhubungan. "Dia bebas. Dia berkeliaran di luar sana sekarang. Entah sudah berapa orang yang sekarang menjadi korbannya. Kalau saja kamuㅡ"

"Kamu nyalahin aku?" tanya Aluna, memotong ucapannya. "Disini aku korbannya, Hes." Nada ucapannya gemetar dengan air mata merebak.

Mahesa mengatupkan bibirnya, sadar telah salah berbicara. Ia akhirnya melepas pegangan pada pundak wanita itu. "Bukan maksud saya nyalahin kamu. Saya khawatir dia bakal ngapa-ngapain kamu lagi nanti."

Aluna tersenyum getir. "Yah, nggak ada gunanya khawatir. Karena memang sudah kejadian lagi."

Tanda tanya besar seolah muncul di atas kepala Mahesa. Pria itu semakin mendekati posisi Aluna berada.

"Apa yang dia lakuin ke kamu?" selidiknya dengan nada marah sekaligus curiga. Bernada pelan namun cukup membuat bulu kuduk di tangan Aluna berdiri tegak.

"Dia ternyata mantan suami aku."

Mahesa terkejut. Namun belum. Hal itu masih belum membuat amarah Mahesa memuncak karena ia awalnya tak tahu apa-apa pasal mantan suami Aluna. Namun kata-kata wanita itu setelahnya, membuat Mahesa ingin menghancurkan seisi bumi saat itu juga.

"Dia kdrt-in aku."

Kepalan tangan Mahesa mengerat, hingga buku-buku jarinya terlihat memutih seolah tak dialiri darah.

Aluna menghela napas yang sedikit tercekat, sebelum kembali berbicara. "Dia juga... yang bikin aku keguguran."

"Sialan!"

Mahesa meninju genangan air. Matanya menatap nyalang sekitar, seolah mencari sesuatu untuk melampiaskan amarahnya yang memuncak.

Di saat itu juga napas Aluna sepenuhnya tertahan. Melihat kemarahan Mahesa saat ini membuat tubuhnya reflek bergetar ketakutan. Seolah ia mendapati sosok mantan suaminya berada di hadapannya sekarang.

"Kenapa kamu nikahin dia?!" tanya Mahesa dengan lantang. Tak habis pikir dengan Aluna. "Apa saja yang sudah dia lakuin ke kamu?" Mahesa meraih pundak Aluna, meneliti seluruh tubuh bagian atas wanita itu dengan membabi buta.

"Kamu kira aku mau?" Ucapan yang keluar dari mulut Aluna bergetar tak teratur, air matanya menggenang di pelupuk siap akan jatuh. "Aku selama ini nggak tahu sosok pelaku yang ngelecehin aku itu, karena sekolah nutupin jati dirinya!"

Benar. Secara tidak langsung Mahesa turut ikut serta dalam kasus itu.

Saat itu Mahesa juga tak kepalang tanggung memprotes tindakan sang Kepala Sekolah, yang lebih memilih menutupi kasus ini dengan menerima uang suapan, ketimbang membuat pelaku jera.

RumpangWhere stories live. Discover now