part 8

80 15 1
                                    

"Deg-degan ya?"

Suara lembut itu menyadarkan Aluna dari lamunan kosongnya. Ia tersenyum kikuk pada Kiran yang saat ini tersenyum menenangkan sembari meremas tangannya yang kian mendingin, karena gugup.

Hari ini adalah harinya. Hari dimana mereka akan melakukan prosedur bayi tabung untuk ibu pengganti.

Beberapa hari sebelumnya, Kiran telah diberikan suntikan hormon untuk merangsang ovulasi agar menghasilkan sel telur yang berkualitas. Kemudian sel telur milik Kiran dan sperma milik Mahesa akan disatukan dalam sebuah piring laboratorium, agar bersatu membentuk sebuah embrio. Proses ini memakan waktu sekitar 3 sampai 4 hari untuk embrio siap dipindahkan ke rahim ibu pengganti.

Kekhawatiran Kiran tentang riwayat keguguran Aluna ternyata sia-sia saja. Hasil medical check up Aluna sangat bagus, dan bisa diprediksi berhasil. Untung saja agen mother surrogate itu meng-Acc riwayat kesehatan Aluna untuk menjadi ibu pengganti, meskipun wanita itu belum pernah melahirkan seorang anak. Konsepnya sama saja seperti program bayi tabung, namun bedanya menggunakan Ibu pengganti. Tentu segala konsekuensinya, pasangan itu yang akan menanggungnya.

Dan hari ini, rahim Aluna akan disuntikkan embrio milik Kiran dan Mahesa. Rasa gugup menelannya hidup-hidup, namun melihat raut super bahagia milik Kiran, membuat hatinya menghangat begitu saja. Gugupnya seketika menghilang.

Tubuhnya direbahkan di sebuah tempat tidur. Seorang dokter menginfokan beberapa hal penting selama prosedur dijalankan. Aluna juga telah mengenakan pakaian terusan steril tanpa dalaman yang telah disediakan.

Dokter itu mengisyaratkan untuk membuka kedua pahanya, kemudian dipasanglah sebuah spekulum dengan gel pelicin yang akan memaksa vaginanya tetap terbuka. Rasanya sangat aneh dan sedikit nyeri.

Setelah itu, sang dokter memasukkan sebuah kateter ke dalam rahim Aluna. Embrio kualitas terbaik yang terpilih, ditransfer menuju rahim Aluna melalui kateter tersebut.

Setelah prosedur transfer embrio dilakukan, dokter mengatakan kepada mereka untuk menunggu setidaknya 2 minggu untuk pemeriksaan lanjutan. Aluna diharuskan untuk istirahat penuh. Sebelum pulang, dokter juga meresepkan obat-obatan untuk meningkatkan dan mempertahankan potensi kehamilan Aluna.

Hari itu mereka berpisah di depan tempat tersebut. Mahesa dan Kiran bersama, sedangkan Aluna akan kembali ke supermarket tempat ia bekerja. Aluna belum mengajukan resign, karena ia menunggu sampai hasil kehamilannya berhasil, barulah wanita itu akan resign.

Alasannya, hanya untuk berjaga-jaga. Bila embrio di dalam tubuhnya tak berhasil membuatnya hamil, hal itu pasti membuat sepasang suami istri itu membatalkan kontrak dengannya. Dan Aluna harus membayar semua pinjaman uang yang telah mereka pinjamkan padanya.

Bayangkan saja bila ia terlanjur resign lalu kemungkinan buruknya tiba, ia akan terjebak hutang dengan tanpa pekerjaan.

Untung saja shift nya untuk hari ini adalah siang hari, jadi ia masih bisa masuk kerja tanpa terlambat atau cuti.

Tadinya Kiran menawarkan Aluna untuk diantar oleh mereka, namun Aluna menolak. Karena lokasi tempat kerja Aluna yang lumayan jauh, belum lagi kemungkinan macet atau yang lainnya.

Dan yang paling penting, Aluna tidak mau menjadi obat nyamuk diantara mereka.

Akhirnya, dngan menggunakan ojek online, Aluna membawa beberapa boks berisi donat yang akan ia bagikan pada rekan-rekan kerjanya. Untuk persiapan resign pikirnya. Masa iya mau resign nggak ngasih apa-apa?

Kota Jakarta sangat panas seperti biasa. Bahkan mungkin dua kali lipat lebih panas dari biasanya. Saking panasnya, sampai-sampai peluhnya mengalir di pelipisnya. Bahkan ia dapat merasakan keringat yang mengalir deras di balik punggungnya. Jarak tempat kerjanya yang tak dekat, membuat bokongnya terasa sangat pegal dan mati rasa.

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang