part 29

52 10 0
                                    

"Jadwal check up kandungan selanjutnya kapan, Lun?"

"Kemarin. Saya check up sendirian. Hasilnya bagus kok," jawab Aluna pada telepon.

"Kemarin? Kenapa nggak bilang?"

"Pak Mahesa pasti sibuk. Jadi saya nggak mau ganggu kerjaan Bapak."

Mahesa menghela napas. "Lain kali tolong share jadwal check up kamu selanjutnya ke saya."

Beberapa hari berikutnya.

"Aluna, saya boleh mampir?" Mahesa bertanya antusias di telepon, karena beberapa hari ini ia belum mengunjungi apartemen Aluna sama sekali. Rasanya ia sangat merindukan suasana yang ada di sana.

Sebenarnya bisa saja Mahesa langsung mengunjungi wanita itu tiba-tiba. Dengan password yang ia tahu. Tetapi ia berusaha menghormati Aluna yang kemarin memprotesi dirinya yang kerap kali memasuki unit tanpa izin.

"Maaf, Pak. Saya lagi pengen sendirian."

"Oh, oke kalau begitu."

Keesokan harinya.

"Aluna, mau makan malam di luar?"

"Maaf, Pak. Saya barusan sudah makan malam sama Kak Satya."

Mahesa menegang ketika mendengar nama itu disebut lagi selama beberapa hari ini. Di sudut hati kecilnya yang terdalam ia merasa sangat kesal. Seolah wanita itu terlalu menganggapnya remeh dan merasa terlalu merepotkannya. Padahal tidak sama sekali. Mahesa berusaha menolerir hal tersebut, karena ia sadar Aluna tak mempunyai siapapun lagi kecuali keluarganya yang hidup bersamanya di panti. Satya.

"Baiklah." Mahesa memutus panggilannya dengan hati yang berat.

Keesokan harinya, lagi.

Mahesa
Aluna |
Butuh bantuan?
Tolong kabari saya secepatnya kalau kamu butuh apapun itu.

Aluna
| Saya baik-baik saja.
Kebetulan saya tadi mampir ke panti sama Kak Satya.

Mahesa
Lain kali kalau kamu pengen ke panti | tolong beritahu saya. Saya bisa antar kamu ke sana

read.

Mahesa mengacak rambutnya yang telah dipoles dengan pomade dan ditata sedemikian rupa. Kini rambutnya yang elok itu berantakan tak berbentuk karena sang empu tak bisa menahan rasa frustasi yang berkecamuk dalam pikirannya.

Ia merasa bahwa Aluna menjauhinya.

Mengapa? Ia bertanya-tanya dalam hatinya. Menanyakan pada setiap sel dalam tubuhnya, apakah ia melakukan kesalahan pada wanita itu sebelumnya?

Bahkan tawaran, ajakan, bantuannya ditolak olehnya. Parahnya lagi Aluna lebih memilih menghabiskan waktu dan meminta tolong kepada Satya si keparat itu. Astaga, harga dirinya serasa dikoyak habis-habisan setelah muak mendengar Aluna mengucapkan kalimat bahwa dirinya sedang bersama pria itu berulang kali semingguan ini.

Padahal Mahesa selalu siap sedia apabila Aluna memerlukan bantuan. Namun wanita itu lebih memilih untuk meminta bantuan Satya daripada dirinya. Membuat egonya sangat terluka.

Kenapa harus Satya?

Rama menatap pemandangan tersebut dengan raut kebingungan. Sekarang apalagi yang terjadi?

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang