part 28

48 7 0
                                    

Lamunan Aluna teralihkan saat Satya dengan motor Scrambler-nya melintasi drop off apartemen. Ia tersenyum, Satya pun balas tersenyum dari balik helmnya.

"Sudah nunggu lama, ya?"

Aluna menggeleng. "Nggak kok. Aku baru aja turun."

Kedua manik Satya menelisik, memindai penampilan Aluna dari atas sampai bawah. Sungguh, kata cantik tak pernah luput dari wanita ini. Setiap hari, di matanya Aluna selalu terlihat menawan. Bahkan se-gembel apapun penampilannya itu, Aluna akan tetap terlihat cantik.

"Maaf ya, kita pakai motor." Satya meringis. Entah mengapa sisi mindernya kian mendominasi sejak ia bertemu dengan pria itu. Satya yakin, hubungan Aluna dengan pria itu tak hanya sebatas penyedia pinjaman untuk Ibu atau donatur semata. Tapi hal itu tak menyurutkan tekadnya untuk melakukan pendekatan pada Aluna.

"Kenapa memangnya? Aku suka kok naik motor," ungkap Aluna jujur. Membuat kedua pipi Satya bersemu sekilas.

Satya melepaskan jaket yang dikenakannya. Menyisakan sebuah kemeja berlengan pendek berwarna navy. Aluna menerima sodoran jaket itu dengan raut kebingungan.

"Kenapa dilepas?"

"Buat kamu aja, nanti masuk angin," ucap Satya sedikit memaksa. Tak tega melihat Aluna hanya memakai kaus berlengan pendek sebagai atasannya. Sedangkan mereka akan berpergian menggunakan motor.

Aluna tertawa pelan. "Sorry aku lupa kalau Kak Satya pakai motor. Apa aku ambil jaketku di atas, ya?"

Satya menggeleng. "Kamu aja yang pakai jaketnya. Nanti keburu film nya dimulai," ucapnya sambil menyerahkan helm kepada Aluna.

Sebelum Aluna memakai helmnya sendiri, dengan cepat Satya meraihnya kembali lalu memakaikan langsung pada kepalanya. Tak lupa tali pengaman helm dikaitkan pada pengaitnya sampai berbunyi. Aluna menatap pria di depannya, Satya sedang memfokuskan diri mengatur pengait helmnya agar pas.

Satya tersenyum manis sesudahnya. Tatapan hangat pria itu menyerbu pandangan. Sontak Aluna terpengarah sejenak.

"Thanks, Kak," ucap Aluna pelan seraya mengusap lehernya yang tak gatal.

Pria itu mulai memutar kunci untuk menyalakan mesin motornya. Tak lupa footstep ia turunkan secara bergantian di kedua sisi motor.

Keduanya berencana untuk menonton bioskop hari ini, Satya yang mengajaknya. Ada film seru keluaran terbaru, katanya. Kebetulan Aluna tak ada agenda apapun hari ini, jadi ia menerima ajakan pria itu.

Motor yang ditumpangi keduanya melaju dengan kecepatan standar. Aluna semakin merapatkan jaket milik Satya pada tubuhnya. Benar sekali, angin sore ini begitu dingin. Bisa-bisanya ia kelupaan membawa jaket, sampai Satya harus merelakan jaket miliknya untuk Aluna. Padahal pria itu sedang menyetir di depannya, yang mana angin akan menerpa tubuh Satya secara langsung dari depan.

"Ini pertama kalinya kita boncengan kan, ya?" tanya Satya tiba-tiba. Gemuruh angin menelan suaranya sedikit, untung saja masih terdengar oleh Aluna.

"Iya."

"Dari dulu aku pengen banget ajak kamu keliling Jakarta naik motor malam-malam. Tapi baru bisa beli motor impianku ini enam bulan yang lalu walaupun masih nyicil sampai sekarang," kekeh Satya, "waktu itu kita juga masih musuhan."

"Aku sudah sering keliling Jakarta naik motor kok," jawab Aluna sedikit keras, melawan angin.

Satya mengernyit dari balik helm nya. Setahu Satya, mantan suami Aluna tak pernah menggunakan motor untuk berpergian. Pria itu memiliki background ekonomi yang cukup mapan, yang tentu hanya akan menggunakan mobilnya. Jadi ia ingin tahu siapakah pria lain yang pernah mengajak Aluna keliling Jakarta menggunakan motor di malam hari?

RumpangWhere stories live. Discover now