part 15

68 18 3
                                    

warning!
ada foto lebam di part ini. kalo ngga mau kelihatan mungkin bisa baca offline aja ya🙏🏻 cm lebam biasa sih gambarnyaa, cuma aku takut kalo ada yg ketrigger. jdi aku kasih warning disini yahh.

happy reading!

•••

Kiran, aku ke panti sebentar ya |

Sent.

Aluna memandangi layar ponselnya ketika pesan singkat yang ia kirim berhasil tersampaikan pada Kiran. Ia meminta izin seperti biasanya, untuk mengunjungi panti.

Di usia kehamilannya yang kini menginjak tiga bulan ini, memaksanya memakai pakaian oversized ketika berpergian keluar. Karena perutnya lumayan membuncit sekarang. Apalagi ketika mengunjungi panti, tentu Aluna harus menyembunyikan perutnya yang kian membesar itu.

Ketika ia sampai di depan gerbang, Aluna memberikan sejumlah uang untuk driver ojek online yang telah mengantarnya sampai di sini. Aluna melangkah masuk menuju pekarangan panti yang masih saja terlihat asri, karena dirawat dengan baik setiap hari.

Dari kejauhan, terlihat anak-anak bergerombol dekat gazebo tepat di bawah pohon yang rindang. Mereka terlihat mengelilingi seseorang yang tak nampak wajahnya karena tertutupi.

Ibu juga disana bersama mereka. Gelak tawa anak-anak mengudara. Aluna semakin dibuat penasaran oleh sosok tersebut.

Ketika Ibu berhasil menatap sosok Aluna dari kejauhan, Ibu melambaikan tangan menyuruhnya untuk bergabung. "Luna, sini."

Anak-anak mengalihkan atensinya, jadi menoleh ke arahnya. Beberapa dari mereka tak sengaja bergeser posisi. Sehingga sosok yang awalnya tertutupi itu terlihat di mata Aluna.

Mata Aluna membola. Dia, adalah orang yang sangat ia hindari sejak setahun yang lalu sampai sekarang.

"Hai, Lun. How are you?"

Aluna mematung, membisu. Langkahnya hendak mundur untuk berbalik arah, namun tertahan.

Satya disini.

Pria itu mengenakan kemeja kotak-kotak abu dengan kaus putih sebagai dalaman. Tersenyum lebar memandanginya dengan binar penuh kerinduan.

"Kak Satya," sahut Aluna pelan.

Satya mendekat ke arahnya, bersiap menghamburkan pelukannya pada Aluna. Mengakibatkan tubuh Aluna termundur sedikit akibat pergerakan ketika pria itu memeluknya.

"Satya mah nggak kangen Ibu. Cuma kangen sama adik kesayangannya aja," Ibu mencibir. Satya melepas pelukan dan reflek tertawa.

Aluna masih saja diam membatu di tempatnya. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Satya merupakan salah satu anak panti sama sepertinya. Karena kecelakaan yang merenggut nyawa Ayahnya, dan sang Ibu telah meninggal terlebih dahulu. Apalagi sanak saudaranya yang tidak ingin repot-repot mengurusnya, membuat Satya terpaksa dibawa ke panti ini.

Sejak lulus SMA, Satya mengadu nasib dengan merantau ke luar kota. Berhasil kuliah dengan uang yang telah ia kumpulkan. Yang akhirnya Satya dapat bekerja sebagai pegawai perusahaan yang bagus.

Kini pria itu menarik tangan Aluna, mengajaknya ke suatu tempat. Aluna hanya pasrah saja ketika tubuhnya entah mau dibawa kemana. Mereka duduk di teras panti, Satya menghadapkan tubuhnya ke arah Aluna.

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang