Part 51✨✓

38 8 0
                                    

✨🍂Happy Reading🍂✨

"Aku mencintainya dan berusaha menerima masa lalunya."

~Martin~

51. Maaf dan terimakasih

Zhera melangkahkan kakinya di koridor rumah sakit, ia menghampiri ruang inap Zharen. Namun langkahnya terhenti ketika seorang wanita paruh bayah keluar dari ruangan itu.

Gadis itu mematung di tempatnya, wanita yang selama ini ia hindari kini ada di depan matanya, berjalan ke arahnya.

Zhera menaikkan tudung hoodie miliknya, sehingga menutup kepala gadis itu.

Zhara berlalu pergi, melewatinya. Waktu bagaikan berjalan lambat ketika ibu dan anak itu berpapasan.

Zhera lanjut berjalan ke arah ruangan Zharen, tanpa menegur sang Mama.

Namun tiba-tiba Zhera berhenti di tempatnya, ketika sebuah tangan mencekal lengannya.

"Permisi?" panggil orang itu.

Zhera di buat bungkam ketika mendengar suara itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak tidak stabil.

"Ini kunci motor kamu jatuh," ucap Zhara, memberikan sebuah kunci ke Zhera.

Namun gadis itu menunduk, sehingga wajahnya tidak terlihat oleh sang Mama.

"Terimakasih," ucap Zhera, setelahnya gadis itu berlalu pergi. Ia sengaja melewati kamar Zharen.

Zhara mengerutkan keningnya lalu tersenyum. "Suaranya mirip kayak Zharen." Monolognya lalu melanjutkan langkahnya.

Zhera berhenti melangkah, lalu berbalik menatap punggung sang Ibu.

Ia tersenyum.

Ayah dan Ibunya sudah bahagia dengan keluarganya masing-masing. Tinggal dirinya dan Zharen yang harus melangkah maju, untuk mencari kebahagiaan mereka.

"Thanks Ma, karena sudah melahirkan kita di dunia yang penuh luka ini." Gumamnya, lalu melangkah menuju kamar Zharen.

****

"Kenapa baru dateng?" tanya Zharen, ketika Zhera membuka tirai jendela.

"Baru sempet." Jawab gadis itu, lalu meletakkan map di atas paha Zharen.

Zharen mengangkat alisnya, seakan meminta penjelasan.

"Baca, gue malas ngomong!" timpal Zhera, lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

Zharen memutar bola matanya malas, lalu meraih map coklat itu. Setelah membaca isi map itu, Zharen meletakkan pelan-pelan isi map itu.

Gadis itu menatap Zhera yang menatapnya datar.

"Gue enggak mau." Tolaknya tanpa ingin di bantah.

Zhera mendengus, sudah tau jawaban Zharen akan seperti ini. "Penyakit lo udah parah banget! Jadi jangan keras kepala!"

"Emang kenapa sih?! Gue juga yang ngalamin bukan lo! Gue enggak mau berobat! Please, tolong ngertiin gue Zher!"

"Terus lo mau apa? Mau terus kayak gini? Mikir Ren, banyak orang-orang di samping lo yang butuh lo."

"Maka dari itu, gue mohon jangan pernah bilang tentang penyakit gue ke orang-orang yang peduli sama gue. Gue enggak mau nambah beban di hidup mereka, beban dan masalah mereka udah banyak Zher, gue enggak mau kalau mereka khawatir tentang gue!" balas Zharen mendengus kesal.

"Kalo lo enggak sayang sama hidup lo, setidaknya pikirin orang-orang yang ada di dekat lo! Jangan egois!" tekan Zhera, menatap tajam ke arah Zharen.

"Kenapa gue enggak mau bilang ke mereka, karena gue sayang sama mereka, gue enggak mau mereka .... Gue enggak mau mereka kepikiran tentang penyakit gue! Itu cara gue nunjukin rasa sayang gue ke mereka Zher, jadi hargai keputusan yang gue ambil!" jelas Zharen, lalu melempar tatapannya ke lain arah.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt