Part 42✨✓

48 12 0
                                    

✨🥀Happy Reading🥀✨

"Akhir segalanya hanyalah kematian."
~Zharen~

42. Kambing hitam.

Gita berlari menerjang Zharen ketika gadis itu baru saja menatapnya, ia mendorong Zharen hingga tubuh gadis itu berhasil melewati pagar pembatas rooftop.

Zharen merasakan tubuhnya melayang di udara, waktu serasa seakan melambat, yang Zharen lihat adalah langit gelap dan air hujan yang berlomba-lomba menerpa tubuh dan wajahnya.

Tidak ada langit yang bertabur bintang di atas sana, seperti malam-malam sebelumnya yang ia lihat.

Zharen mendengar teriakan Rianti yang memanggil namanya dari atas sana, tepat saat tubuhnya jatuh di atas lantai batu, ia merasakan kepalanya berdenyut hebat, penglihatannya perlahan memburam dan telinganya berdenging keras.

Zharen perlahan memejamkan matanya yang yang terasa berat, kenangan yang dilaluinya dengan Martin dan sahabat-sahabatnya terputar berganti-ganti di otaknya, bagaikan sebuah serpihan-serpihan memory.

Terlintas di hati Zharen sebuah pertanyaan ketika matanya tertutup rapat.

Apakah ini akhir segala penderitaannya, di dunia ini?

Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia menangkap suara Rara yang berteriak dengan suara bergetar.

"Rena?" panggil Rara yang sudah banjir air mata, di belakang sana sudah ada Nola dan yang lainnya.

****

Beberapa menit lalu sebelum kejadian.

Rona dan Babel setia menunggu di bawah sana, tadi mereka bertiga dengan Zharen namun gadis itu menyuruh mereka berdua untuk tetap di parkiran agar memberitahunya ketika Gita datang nanti.

Beberapa menit berlalu derap langkah kaki yang berlari terdengar dari arah gerbang, mereka saling pandang lalu menyembunyikan dirinya di balik tembok pos satpam, dengan posisi berjongkok.

Mereka memicingkan matanya dengan bantuan cahaya bulan dan lampu sekolah, yang menyala, mereka melihat Rianti yang berlari tergesa-gesa, memasuki pintu menuju rooftop dengan tubuh basah kuyup, karena hujan perlahan deras.

"Ngapain dia ke sini?'' bisik Babel, mengerutkan keningnya.

"Di panggil Zharen?" Rona menatap Babel yang juga menatapnya.

"Buat apa?" tanya Babel.

"Yah, mana gue tau, mungkin dia punya bukti buat Gita ngaku." Lalu gadis itu berdiri, namun Babel menahan tangannya.

"Lo mau ke mana?" tanyanya.

Rona diam sejenak. "Mending kita susul Zharen aja, perasaan gue tiba-tiba enggak enak," ungkapnya.

Babel diam, ia juga merasakan hal aneh yang berdesis di hatinya, semacam gelisah dan resah, ia mengambil ponselnya dari balik saku celananya, lalu mengirim pesan ke grup untuk menyusul mereka ke sekolah.

"Tapi Gita belom dateng, kan Zharen nyuruh kita nunggu. Kalo dia bawa temen baru kita nyusul," timpal Babel, ikut berdiri setelah pesannya terkirim.

"Tapi_"

Brugh!

Kedua gadis itu mengalihkan pandangannya, ketika mendengar suara keras.

"Apaan tuh?" tanya Babel langsung memeluk tangan Rona. "Ron, gue kok tiba-tiba merinding yah?" cicitnya takut.

Rona berdecak, lalu mereka perlahan melangkah ke arah suara keras tadi, mereka melangkah menerobos hujan.

"Kayak suara benda jatuh enggak sih?" tanya Rona berbisik, terus melangkah dengan Babel yang memeluk lengannya takut.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Where stories live. Discover now