Part 48✨✓

84 27 84
                                    

✨🌷 Happy Reading 🌷✨

"Jika memang tidak ada niatan untuk mencintai seseorang, kenapa harus memberikan harapan?"
~Martin~
_____________

49. Kisah Sang Senja.

"Zharen?"

Zharen berbalik menatap Martin yang berjalan ke arahnya, senyum di bibirnya ikut terbit.

"Aku beliin susu Alpukat, kesukaan kamu," ucap Martin mengusap lembut pucuk kepala Zharen.

"Aku enggak minta padahal," jawab Zharen, mengambil alih susu Alpukat itu, dari tangan pacarnya.

Mereka berdua duduk di bukit yang sering mereka kunjungi, tempat favorit Zharen setelah mengenal sesosok seorang Martin.

"Mart?" panggil Zharen sambil menatap senja di depan sana. Martin berdehem lalu menatap Zharen dari samping.

Zharen lebih dulu menghisap susu Alpukat nya, lalu membalas tatapan Martin. "Kenapa langit senja ada warna kemerahannya?" tanya Zharen, lalu memindahkan tatapannya ke arah matahari, yang hampir terbenam.

Martin ikut menatap ke depan sana. "Kamu pernah terluka?"

Zharen tertawa kecil. "Sering." Jawabannya, sambil mengangguk kecil.

"Luka luar Rena ... Bukan luka dalam," timpal Martin mengacak lembut kepala Zharen, membuat gadis itu tersenyum manis.

"Pernah, emang kenapa?" tanya Zharen, setelah Martin menarik tangannya kembali.

"Warnah darahnya, warna apa?" tanya Martin lagi.

"Merah." Jawab Zharen, membuat Martin kembali menatap langit senja.

"Dulu pagi itu kekasih malam Zhar."

Zharen terdiam, ia menatap Martin dari samping. "Lalu?" tanyanya, mengangkat alisnya sebelah.

"Tapi malam berkhianat. Ia jatuh cinta kepada eleanor sang bintang. Lalu pagi balas dendam kepada malam, ia bercinta dengan sang senja," lanjut Martin.

Zharen mengerutkan keningnya ikut menatap langit senja yang perlahan pergi, "Terus apa hubungannya dengan warna langit yang memerah?" tanyanya menatap kembali Martin.

"Pagi tak pernah benar-benar mencintai sang senja, sedangkan malam tak pernah meninggalkan sang bintang. Menurut kamu, siapa yang paling terluka?" tanya Martin membalas tatapan Zharen.

"Awalnya pagi, tapi ... Sang senja lebih terluka, karena dia cuman di jadikan pelampiasan dan alat balas dendam yang percuma, iya bukan sih?" jawab Zharen, membuat Martin tersenyum.

"Iya. Dan di situlah warna merah muncul karena terluka," timpal Martin sambil memeluk lututnya, menatap ke arah senja.

Zharen diam mendengar perkataan Martin, gadis itu mengulum bibirnya, ia menatap Martin dari samping lagi, yang sibuk menatap keindahan yang di pancarkan sang senja.

"Kenapa jawaban kamu kayak gitu?" tanya Zharen, membuat Martin menatapnya.

Martin diam sejenak, ia menatap ke ara rerumputan yang menari karena tertiup angin sore, lalu, ia kembali menatap Zharen.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Where stories live. Discover now