Part 35✨✓

57 12 0
                                    

Setelah sekian abad hihihi, akhirnya up, maapin mami yah babyloply, aaaaa kangen kalian bayi-bayi besar mami🤍

✨💕Happy Reading💕✨

"Aku lebih suka kejujuran di depan, daripada tau sendiri dari belakang."
~Zharen~
~~~~~~~

35. Keputusan.

Martin diam-diam keluar dari sana, namun dia tidak menyadari bahwa Deny melihatnya.

Martin mendengus menatap ponselnya, sebuah panggilan masuk terpampang di layar itu.

"Apa?"

"Kamu di mana?" tanya gadis dari arah seberang sana.

"Gue udah kasih lo kunci apartemen gue kan? Berarti gue nyuruh lo tetap di sana sampai gue dateng." Martin menggenggam erat ponselnya.

"Kamu ngapain ke hotel?"

Martin berdecak. "Gue ingetin sama lo, jangan pernah ikut campur, dengan urusan pribadi gue." Martin melihat sekeliling. "Lo pulang sekarang." Matanya tertuju dengan gadis yang berdiri di depan lift, lumayan jauh dari dirinya.

"Tapi__"

"Lo pulang sekarang, atau gue enggak akan pernah nemuin lo!" tekan Martin, memotong ucapan gadis itu.

Hening sesaat, mata dan tubuh mereka saling menatap, dari arah kejauhan, sebelum gadis itu memilih berbalik masuk ke lift lagi.

"Aku pulang, temuin aku jam sebelas nanti."

Sambungan terputus dari seberang sana.

Martin menyugar rambutnya, mendongak ke atas menahan emosi.

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

Baru ingin berbalik namun ponselnya kembali bergetar, tanpa pikir panjang, ia segera menggeser tombol hijau.

Hening mengelilingi sambungan itu, sebelum Martin mengangkat suara lebih dulu.

"Kenapa?"

"Apa keputusan kamu?"

Martin diam.

"Papah kasih kamu kesempatan untuk memilih," suara itu dari sana kembali terdengar.

Martin memejamkan matanya.

"Tetap tinggal di sana, kamu boleh bersama gadis itu, namun," Ayah Martin menjeda ucapannya, "Saya tidak menjamin dia bisa hidup barang dalam sedetik,"

"Pah?!" gertak Martin tertahan.

"Saya belum selesai berbicara," balasnya tenang.

"Jika kamu memilih opsi yang kedua, ikut ke Itali selama tiga bulan. Qing A, akan melepaskan kamu." Terdengar hembusan nafas berat dari seberang sana.

"Itupun, jika kita bisa membawa nyawa kita kembali. Pilihan ada di tangan kamu,"

Martin menelan salivanya susah payah, memejamkan matanya sejenak, menarik nafasnya lebih dulu sebelum berkata.

"Setelah ulangan, aku akan pergi ke Itali," ada jeda di sana, "Tapi aku mau, Geby lebih dulu ke sana,"

"Papah tidak mengajukan tawar menawar, jika menyangkut gadis itu, karena dia sendiri yang memilih pergi dengan kamu,"

Tuuut!

Sambungan terputus dari seberang sana.

Kepala Martin seakan ingin pecah, terlalu banyak yang menumpuk di dalam sana, tiga bulan bukan waktu yang sebentar, dia yakin, tiga bulan itu bukan waktu yang semestinya, namun bisa jadi ia memakan waktu satu tahun jika menjalankan misi.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang