Part 27✨✓

85 20 2
                                    

✨💕Happy Reading💕✨

"Tolong tanyakan kepada Tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya, boleh mencintai hambanya?"

"Tolong tanyakan kepada Tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya, boleh mencintai hambanya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~Martin~
~~~~~~~~^~^~~~~~~~~

27. Melangkah namun salah.

Martin memarkirkan mobilnya di salah satu tempat makan, ia memutari mobilnya, membukakan pintu untuk Zharen.

"Bentar Zhar." Katanya, berjalan membuka pintu tengah mobilnya, mengambil jaket berwarna hitam.

"Punya siapa?" tanya Zharen, ketika Martin menyodorkan jaket itu kepadanya.

"Bunda yang beliin buat lo," jawab Martin menatap Zharen, yang memakai jaket itu, "Pas kemarin ngejalanin tugas, dia ngeliat jaket ini, langsung keinget sama lo katanya," lanjutnya, memperbaiki leher jaket Zharen.

Zharen menatap Martin yang berdiri di depannya, "Thanks udah mau jadi kurir," ucapnya tersenyum.

Martin mengangguk, menggaruk tengkueknya salah tingkah karena melihat senyum Zharen, rasanya tuh seperti ..... Sulit di jelaskan, namun mudah dipahami.

"Jangan senyum kalo di tempat rame," Martin mencolek hidung Zharen gemas. "Nanti gue khilaf ngarungin lo," lanjutnya, melingkarkan tangannya di pinggang Zharen.

"Emang kenapa? Kan cuman senyum," tanya Zharen, semakin melebarkan senyumnya, sekali lagi ia ucapkan, dia benar-benar nyaman berada di dekat Martin untuk saat ini.

Martin menumpukan lidahnya di pipi. "Gue enggak mau, senyuman yang gue nantikan, hampir empat tahun di nikmatin sama orang lain," bisiknya membuat Zharen merinding bukan main.

Zharen mencubit perut Martin, membuat sang empunya mengerang kesakitan, "Sakit yang!" cicit Martin, memegangi perutnya.

Zharen mendengus kesal, lalu tersenyum mencubit gemas pipi Martin. "Kita enggak pacaran," ucapnya menjulurkan lidahnya mengejek Martin. "Jadi jangan Ayam-ayaman." Lanjutnya menunjuk Martin.

Martin terkekeh mengacak lembut surai Zharen, "Ayang bukan Ayam Renaaaa,"

"Sama aja,"

"Yabudah, yuk masuk, laperkan?" ajak Martin, menggenggam tangan Zharen, membuat gadis itu menunduk menatap pautan tangan mereka.

Zharen mendongak, "Emang enggak apa-apa, kalo kita pake seragam?" tanyanya, karena baru kali ini ia menginjakkan kaki di kafe itu.

Martin menggeleng, "Enggak. Yuk," ajaknya menarik lembut tangan mungil yang ia genggam, untuk pertama kalinya.

Martin tidak ingin menanyakan perubahan sifat Zharen hari ini, cukup gadis itu memberinya tatapan hangat dan senyuman manis untuknya, sudah menjawab pertanyaan itu semua.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Where stories live. Discover now