Part 50✨✓

95 10 0
                                    

✨🦋~Happy Reading~🦋✨

"Tuhan, pantas kah aku mengharapkannya?"

~•Martin•~
___________________

50. Cemburu yang tak wajar.

Martin tersenyum menatap kelopak mata indah milik Zharen yang tertutup, beberapa menit lalu gadis itu terlelap dalam tidurnya.

Raya, Rona, dan Morris sudah ke alam mimpi juga, jadi tinggallah Martin yang berjaga sampai matahari muncul dari ufuk timur nanti muncul.

"Ren? Tau gue ketemu siapa waktu menjalankan tugas? Gue ketemu seseorang yang mirip banget sama lo," ia mengusap pelan pipi Zharen. "Tapi wajahnya ada luka goresan, wajahnya tidak semulus gadis Bintang gue."

Martin diam sesaat lalu menatap dalam wajah Zharen.

"Apakah takdir akan menyatukan kita yang tak sama?" Martin mendengus menarik kembali tangannya lalu memasukkannya ke dalam saku Hoodie-nya.

'Kenapa cinta di takdir-kan di antara kita jika tidak bisa saling memiliki? Apakah aku harus melepaskan-mu dan melihat kamu bahagia dengan orang lain?' batin Martin.

Cowok itu, lalu mendongak menatap langit-langit ruang rawat.

"Namun pertanyaannya. Apa gue bisa melepas lo, setelah mendapatkan cinta lo setelah penolakan hampir dua tahun?"

"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar ..."

Martin terdiam sejenak, mendengar suara adzan yang berkumandang di dekat rumah sakit itu.

"Jika takdir kita memang hanya bertemu lalu berpisah, gue akan ikhlas dan menerima keputusan Tuhan."

Martin menegakkan tubuhnya, lalu menatap Zharen yang tersenyum kepadanya dengan ekspresi terkejut.

"Kok bangun, Yang?"

"Kamu berisik jadi aku kebangun," ucap Zharen jahil.

"Iyah, aku yang salah karena aku cowok," ungkap Martin mengalah, lalu membantu Zharen untuk turun dari kasurnya.

"Mau ke mana?" tanya Martin, setelah Zharen berhasil menampakan kakinya.

"Toilet, mau ambil wudhu, kan udah adzan," jawab Zharen.

Martin menatap Zharen sejenak, lalu tersenyum. "Ya, udah, gue antar ya."

Perlahan Zharen berjalan di tuntun oleh Martin, yang berada di samping kanannya. Tangan satunya menarik infus stand.

Martin membuka pintu toilet, ingin melangkah masuk namun Zharen menahannya.

"Mau ngapain?" tanya Zharen, menatap bingung ke arah cowok itu.

"Mau masuk lah,"

"Yah ngapain masuk?"

"Nemenin lo Sayaaang, takutnya nanti lo kenapa-kenapa kalo di biarin jalan sendiri," ucap Martin, dengan raut khawatir.

Zharen tertawa kecil. "Yah enggak usah lah, kan gue ada pegangan," ucap Zharen menunjuk tiang infus stainless yang ia pegang, dengan dagunya.

"Tapi lebih aman kalo lo pegangan sama gue daripada besi itu, gue lebih kuat dari dia," ucap Martin keukeh sambil melirik tajam tiang infus yang di pegang Zharen.

"Tapi gue bisa sendiri, juga ini kuat kok,"

"Tapi ribet." Jawab Martin.

"Enggak ribet Mart, cuman di dorong doang, enggak di angkat loh, lo kenapa sih?" heran Zharen tertawa kecil, melihat tingkah Martin yang aneh.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Where stories live. Discover now