Part 39✨✓

62 10 0
                                    

Btw Pinky mau nanya, ada dari kalian yang suka makan ceker ayam enggak?

✨💔Happy Reading💔✨

"Belajarlah menikmati pahitnya kehidupan. Sampai nanti merasakan manisnya perjuangan."
~Martin~
~~~~~~

39. Patah dan Hancur.

Zharen hanya diam tanpa minat, membiarkan musik mengalun indah di telinganya, dari balik earphone yang ia kenakan, menikmati hembusan angin yang tertiup melewati jendela kamar milik, Soya.

Soya meletakkan jus kesukaan sepupunya itu, di atas meja yang ada di samping gadis itu, sudah hampir lima jam gadis itu duduk termenung di dekat jendela kamarnya, tanpa mengatakan apapun kepadanya.

"Gue mana bisa bantu lo, kalo lo cuman dateng, duduk, terus diam, kayak gini," ucapnya sedikit kesal.

Zharen melepaskan earphone dari telinganya lalu menatap Soya. "Kasih gue makanan, yang bisa ngilangin semua ingatan gue Sa," Ucapnya sendu. "Gue capek, kali ini gue bener-bener capek!" adu Zharen, dengan mata yang berkaca-kaca.

Soya tertegun menatap Zharen, yang terlihat berbeda, ini baru pertama kalinya ia melihat gadis itu menangis.

"Rena ...." Panggilnya memegang bahu Zharen yang bergetar.

Zharen sudah tidak tahan membendung semuanya, maka dari itu ia berhambur di pelukan Soya. Gadis itu terisak, ia menangis dan ia lelah, semuanya terasa hancur dan sakit.

Soya mengusap lembut punggung Zharen, berusaha menenangkan gadis itu.

Apa yang Edward telah perbuat kepada Zharen? Hingga membuat gadis itu hancur, sangat hancur kali ini.

"Gue salah apa sih sebenernya sama mereka?" lirih Zharen.

"Gue enggak suka di kasihanin Sa, gue seakan lemah di mata mereka, gue bukan__"

"Ren... Hey? Enggak ada yang ngasihanin lo di sini, lo gadis kuat yang pernah gue temuin. Kalo gue ada di posisi lo, mungkin gue udah menyerah dari awal," potong Soya, memegang kedua pundak Zharen.

"Gue harus apa Sa? Biar Papah ngeliat gue sebagai manusia? Bukan sebagai binatang? Gue harus apa Sa? Biar mereka bisa ngertiin perasaan gue? Gue benci di kasihani!" racau Zharen.

"Gue tau! Gue tau lo benci di kasihani! Tapi pandangan itu enggak semuanya tentang ejekan semua Ren," ungkap Soya menenangkan.

Zharen hanya terisak, membuat Soya ikut menangis lalu memeluk sang adik lagi, ia tidak paham apa masalah gadis itu, namun ia akan berusaha menjadi kekuatan gadis itu.

****

Angin malam berhembus menusuk kulit Zharen, gadis itu menatap pagar besi berwarna hitam di hadapannya.

Setelah dirinya merasa tenang tadi, ia pamit kepada Soya untuk pulang, namun dirinya tidak benar-benar pulang ke Hotel, melainkan ke rumah yang ia anggap neraka.

Maka di sinilah Zharen sekarang, di depan rumahnya sendiri, rumah dua bulan lalu ia tinggalkan.

Gadis itu melangkah masuk dengan wajah sembab, Zharen sekarang tidak peduli dengan penampilannya saat ini, ia hanya ingin menuntut jawaban kepada Edward.

Ia sempat bertegur sapa kepada satpam rumahnya, menanyakan apakah Ayahnya ada di dalam atau tidak.

Tanpa mengetuk pintu, Zharen mendorong pelan pintu itu, bersamaan dengan Edward yang keluar dari ruang kerjanya.

Mata mereka saling bertubrukan, ada banyak luka yang ingin mereka sampaikan satu sama lain.

Zharen ingin memeluk Ayahnya lalu berkata ia sangat menyayangi laki-laki itu. Namun air matanya lebih dulu jatuh membelah pipinya ketika mengingat, laki-laki itu lah yang ingin ia pergi dari muka bumi ini.

Zharen And His Life (NHS 1) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang