01. Delapan Tahun Denganmu

Începe de la început
                                    

"Wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya dan bagi anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggung jawaban tentang mereka." (HR. Bukhari 2554 & Muslim 4828)

Me time yang dimaksud Ayu di sini ialah waktu menyendiri untuk istirahat. Ia menilai hal itu perlu demi menjaga kewarasan dan mencharge kembali energi untuk mengurus anak-anak, suami, dan rumah.

Sebenarnya Ayu sudah menawarkan hal tersebut beberapa tahun lalu, jauh setelah Shafiyyah dan Syafiq lahir. Tetapi karena Haifa sebagai menantu tentu ada rasa sungkan dengan mertua, lebih memilih menolaknya secara halus.

Mungkin jika orangtuanya sendiri, Haifa bisa mengiyakan langsung. Tetapi sayangnya orangtuanya berbeda kota dengannya—di Semarang.

Haifa juga kembali menolak tawaran Ayu yang serupa setelah Hafshah lahir, tetapi ketika Kayyisa lahir sepertinya ia tidak bisa lagi menolak niat baik mertuanya itu mengingat dirinya memang benar-benar butuh waktu sekadar untuk mengistirahatkan diri.

"Udah kamu istirahat aja di rumah, tidur yang cukup seharian kalau perlu, nggak usah mikiran anak-anak dulu," ungkap Ayu.

Haifa mengangguk sembari berkaca-kaca. Ah, begitu saja terharu kan dia. Memang setelah menjadi ibu, sedikit-sedikit mudah tersentil perasaannya.

"Dek, udah belum mengheningkan ciptanya?" Arvin yang melihat Haifa menunduk mulai bersuara. Perasaan sudah hampir tiga puluh menit ia berpamitan, tetapi bolak-balik harus terjeda.

Pertama, di ruang tengah karena harus mengasihi Kayyisa terlebih dahulu. Kedua, sudah masuk mobil tetapi ponsel Haifa tertinggal. Sekarang ketiga, di teras rumah yang terlibat percakapan serius dengan Ayu.

Haifa menatap sungkan ke Ayu. Arvin apa tidak mengerti perasaanya? Kan, ini pertama kalinya jauh dari anak-anak meski cuma dua hari.

Selama ini yang pernah menginap tanpa Arvin dan Haifa hanya Shafiyyah dan Syafiq, itu pun setelah kedua anaknya mulai masuk taman kanak-kanak. Hafshah meski sudah tiga tahun, tidak lagi minum ASI, selalu bersama dirinya jika menginap di rumah Ayu.

"Yaudah sana udah ditungguin Arvin, mulai capek dia kayaknya haha." Ayu terkekeh.

Haifa mengangguk sungkan. "Iyaa, Mi. Jazakillahu khairan ya, semoga anak-anak nggak rewel di sini."

"Aamiin, wa jazakillahu khairan."

Haifa buru-buru menghampiri setelah mendaratkan kecupan di pipi Kayyisa yang berada di gendongan Ayu begitu Arvin kembali memanggilnya.

"Dek, kaki Abang kesemutan nih."

🌷🌷🌷

Haifa menatap sekeliling rumahnya dengan sedih. Baru dua jam sejak ia sampai rumah, tapi perasaan rindu anak-anak seolah sudah menerjang ke seluruh tubuhnya.

"Ayo Dek, nanti dinner berdua seperti yang sudah kita rencanakan kan?" tanya Arvin. Ia menghampiri Haifa yang tengah duduk di sofa kamar mereka.

Biasanya, Haifa sibuk kesana-kemari ketika mereka akan keluar bersama—meski Arvin tidak tahu istrinya itu sibuk melakukan apa saja. Tetapi karena sekarang mereka akan keluar tanpa anak-anak, tentu membuat perempuan itu tidak kewalahan seperti biasanya.

SEQUEL HAIFA ON PROCESSUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum