Attention || 🦊 13

Start from the beginning
                                    

Tok!
Tok!
Tok!

"Yoon Aera! Kenapa lo pergi?"

Air matanya mulai turun seiring ia mengetuk pintu cukup keras.

"Gue terlalu jahat ya sama lo? Sampe lo gak pamit dulu."

"Yoon Aera, maafin gue!"

"Gak sepantasnya gue bilang hal itu, sebelum lo beneran pergi."

"Yoon Aera, lo tau gak? Ternyata bener. Cuma lo temen terbaik dalam hidup gue."

Isakan gadis itu semakin keras. "Yoon Aera!" serunya disertai tangisan yang meledak-ledak.

Deru suara sepatu melangkah mendekatinya.

"Lee Yora, jangan gini..." lirih Mark.

Yora membalikkan badan, ia menatap Mark dengan kesal. "Kenapa gak boleh gini? Kenapa Kak Mark gak mencegah mereka pergi?"

Mark menghela napas pelan. Hatinya bercampur aduk tak enak. Ia juga merasa bersalah dengan Karina yang notabenenya kakak dari Aera. Ingin sekali ia tanggungjawab, namun ayah dan ibu tidak merestui sama sekali.

Pria itu menarik Yora kedalam pelukannya. Membiarkan sang adik menangis hingga membasahi pundak Mark yang berlapis hoodie abu-abu. Tiba-tiba saja hujan turun sangat deras. Mereka berdua terjebak hujan di pekarangan rumah bekas sosok yang pernah memenuhi hari-hari mereka. Mungkin dalam lubuk hati masing-masing, penyesalan merasuk begitu saja. Ternyata bagi Yora, Aera adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya. Dan bagi Mark, Karina adalah sosok yang juga mewarnai hidupnya.

♧♧♧

"Yoon Aera, lo kenapa sih suka banget belajar?" Seorang gadis berambut pirang dengan rambut kepang dua nampak menggerutu. Sebab ia menyusul sahabatnya di kawasan wisata alam. Ternyata sahabatnya itu hanya berniat untuk belajar. Ia terlalu jenuh belajar di ruangan tertutup, jadi ingin ganti suasana.

Aera terkekeh, menepuk alas karpet kosong di sebelahnya. Ternyata belajar dengan pemandangan sungai Han yang membentang luas tidak buruk juga. Justru semangat belajarnya kian terpacu.

"Gue jenuh banget belajar di perpustakaan, ada si Huang kampret itu. Dan kalau di rumah, Kak Karina lagi sensitif."

Yora tersenyum, ia menepuk kedua pundak Aera. "Yaampun sahabat gue ternyata banyak hambatan. Semangat ya! Mau gue beliin apa?"

"Terserah lo deh, gue lagi pengen yang seger-seger dan gak bikin ngantuk."

Yora mengacungkan kedua jempolnya. Lekas ia beranjak dari persemedian Aera menuju foodcourt terdekat.

"Wasabi!" seru Aera melihat apa yang dibawakan Yora.

"Kan wasabi bikin gak ngantuk!" tawa Yora meledak.

✥✥✥

"Lee Yora, udah nangisnya ya? Mau Kakak beliin apa?" Mark membujuk sang adik yang semakin terisak.

Yora menggeleng. "Gak napsu apa-apa, Kak! Yora cuma pengen ketemu Aera! Huaaaaa!"

Tangis Yora semakin kencang, demi apapun telinga Mark rasanya sangat penging. Tapi sebagai kakak yang baik ia harus setia menghibur adiknya itu.

"Eh! Eh! Coba lihat deh bintang diatas sana?"

Yora mencebik kesal. "Mana ada bintang, Kak! Ini kan lagi mendung, barusan hujan!" seru Yora.

"Bintang nya itu adikku yang cantik ini!" seru Mark, dan itu terdengar sangat prik.

Yora terdiam. Ia memukul pundak Mark cukup keras.

"Hahahaha! Kak Mark, plis! Wajah komuknya bikin sakit perut!"

Mark tersenyum lega, setidaknya sang adik terhibur karena dirinya.

❃❃❃

"Kak Karina! Aera pulang!" seru suara yang nampak antusias. Kedatangannya di sambut sosok wanita hamil yang sangat cantik.

Aera tersenyum, mengangkat kedua kantong kresek yang penuh dengan barang bawaan.

"Aera bawain buah kesemek pesenan Kakak!" serunya sembari berjalan ke dapur. Ia segera mencuci buah berwarna oranye tersebut kemudian memotong-motongnya dan memasukkan ke dalam piring.

Beberapa menit kemudian Aera bergabung di sofa sebelah Karina. "Gimana perutnya udah enakan?" tanya Aera karena tadi pagi Karina muntah lagi cukup banyak.

Karina tersenyum bahagia. "Syukurlah Ra, tadi kakak coba jalan-jalan pelan di taman belakang dan enakan. Dari pada tiduran terus malah perutnya makin sakit."

"Makasih ya Ra," ucap Karina seraya menatap kesemek yang telah terpotong rapih di piring.

Aera mengangguk. "Kalau gitu Aera mandi dulu ya, Kak."

"Oke!"

Baru saja hendak masuk ke kamar mandi, ponsel Aera bergetar. Ia mengerutkan kening kala melihat siapa yang meneleponnya.

Hallo?

Hallo Aera, maaf menganggu waktunya. Apa ibu bisa minta tolong pada kamu?

Iya Bu, bisa. Mau minta tolong apa?

Besok pagi jam 7 ibu mau ke bandara, tapi gak ada yang anterin. Kamu bisa antar ibu? Kebetulan ibu gak bawa koper ke bandara jadi mungkin bisa naik motor.

Bisa Bu! Tentu bisa, besok Aera jemput ke rumah ibu ya?

Terimakasih sekali ya, Nak Aera. Kalau gitu selamat malam.

Selamat malam juga.

Barusan adalah nyonya pemilik cafe di tempat Aera bekerja. Akhir-akhir ini Aera semakin dekat dengan wanita paruh baya itu. Ia bahkan sering menemani wanita itu belanja atau bahkan mengunjungi suatu tempat. Ia memang sangat kaya raya, tapi tinggal sebatang kara di pulau Jeju yang indah ini.

Ibu udah gak punya siapa-siapa lagi, Ra. Ibu juga gak punya anak dan suami seperti orang-orang yang bahagia itu. Kamu mau gak, jadi anak ibu?

Perkataan nyonya pemilik cafe tempo hari terngiang di kepala Aera.

Kenapa ibu gak berpikir untuk menikah, waktu masih muda?

Menikah itu sulit, Ra. Lebih baik sendiri seperti ini.

Aera mau kok jadi anak ibu. Anggap aja Aera anak ibu sendiri, jangan segan.

Makasih ya nak. Kamu benar-benar anak yang baik hati dan manis. Andai ibu punya anak laki-laki, mungkin ibu sudah menikahkan dia dengan kamu.

Haha, ibu bisa aja sih! Aera terbang loh!

To be continue!

SELAMAT TAHUN BARUAN GAIS
😂

Pada bakar apa nih?
😂

Pada beli mercon gak?






NC NCT DREAM ✔️Where stories live. Discover now