68

5.1K 511 32
                                    

Pagi itu Kirana sedang bersiap untuk pergi ke toko, ketika tiba-tiba saja deru suara motor menggema dari halaman rumah.

Ia yang notabene sedang dandan rapi-rapi sembari menyiapkan beberapa barang yang akan dibawa cukup terkesiap dengan suara tersebut. Pasalnya Kirana tahu betul suara motor siapa itu.

Tak banyak berpikir wanita omega itu langsung menghampiri sumber suara, dan menemukan Reksa yang langsung berbaring di sofa di ruang tamu.

Ia memejamkan mata, rambutnya lepek dan pakaiannya acak-acakan. Kirana yakin bahwa sang anak bahkan belum mandi sama sekali.

"Pulang kamu, Sa?"

Reksa membuka mata sejenak sebelum kembali menutup matanya.

"Iya, hari ini aku tidur di sini ya," katanya.

Melihat respon sang anak membuat Kirana berpikir, matanya otomatis menyipit. Ada apa ini? Dan apa-apaan pula perkataan Reksa? Kenapa terkesan jika ini bukan rumahnya. Mau menginap beberapa hari kek, setahun kek atau berapa lama pun itu hak Reksa bukan?

Kirana segera duduk, mengangkat kaki Reksa lantas ia simpan dengan apik diatas pahanya, membuat si empu terperanjat dan langsung merubah posisi.

"Kenapa?"

Reksa menggeleng. Dalam hati ia ingin mengatakan bahwa hal itu terkesan tidak sopan.

Lama keduanya berdiam, Reksa membuka ponsel untuk melihat waktu sudah menunjukkan pukul 8, beruntung tidak ada kelas pagi, jadi ia masih bisa bersantai. Dilihat lamat-lamat rumah ini juga terkesan sepi, Reksa tidak melihat tanda-tanda kehadiran sang ayah.

"Nyari ayahmu? Dia udah berangkat kerja tadi."

"Oh..."

"Padahal malemnya dia nanya, kapan kamu pulang. Kangen katanya, eh giliran anak ada disini dianya udah pergi." Kirana tertawa diakhir kalimat.

Memang benar adanya apa yang dilakukan oleh sang suami, tidak berbicara dengan gamblang bahwa ia rindu pada sang anak, namun kode-kode kecilnya bisa ditangkap langsung oleh Kirana. Dan kebetulan, kemarin malam adalah puncaknya, mungkin pria itu tidak tahan dengan rasa rindunya.

"Nginep disini agak lama ya, Sa. Mama kangen lho sama kamu."

Tepukan lembut pada bahu membuat Reksa menoleh pada sang pelaku. "Kan udah sering ketemu di toko."

Kirana berdecak sebal. "Beda lagi itu. Maksudnya, rumah udah gak sama seperti waktu kamu ada. Gak ada yang sering bikin kerusuhan gara-gara ada barang yang hilang, malem-malem juga kesannya sepi karena gak ada orang yang sibuk di dapur buat nyari makanan. Mama kangen banget masa-masa itu."

Sejenak Reksa terdiam.

Apakah selama itu dia tidak pulang?

Tapi entah kenapa rasanya ketika ia ada di rumah ini pun fikirnya sering menjurus pada dua sosok baru dalam hidup Reksa. Bukan dalam artian Reksa tidak nyaman di rumahnya sendiri, sangat nyaman malah, begitu hangat. Namun entah kenapa ada sebuah perasaan asing yang membuat Reksa terus berpikir, dimana tempat ia pulang?

"Tapi Mama ngerti kok, keadaanmu sekarang ini udah gak sama kayak dulu lagi. Dalam waktu dekat kamu juga mau nikah, berapa hari lagi sih? Semingguan kan kayaknya?"

Ah. Satu Minggu....

"Kalau nanti udah nikah masih mau tinggal di rumah Gege?"

Pertanyaan itu seolah mengambang. Kenapa Reksa belum memikirkan hal itu sebelumnya?

Beginilah jika menikah bukan didasari oleh ekonomi yang sudah mapan, bahkan tempat tinggal pun masih harus memilih tinggal di keluarga lama.

"Aku gak tau Ma, gimana nanti aja lah."

IlusiWhere stories live. Discover now