46 (2)

4K 577 26
                                    

Reksa tidak mengira kalau sensasi ciuman akan seenak ini. Tidak manis seperti banyaknya kiasan yang ia dengar, terasa aneh namun ia menikmatinya. Membuat pemuda alpha itu kepalang nafsu, lebih mendekatkan wajah bahkan menarik rahang sang omega.

Begitu hingga beberapa menit, sampai sebuah tepukan pada pundak membuat ia menghentikan aksinya. "Kenapa?"

Satu pertanyaan bodoh yang membuat orang yang mendengarnya ingin sekali menghantam kepala Reksa dengan bantal.

Genta menunduk, kepalanya tertekuk tak berani menatap sosok yang lebih muda. Kedua tangannya masih bertengger pada pundak Reksa, ia mencengkeramnya erat.

Reksa sedikit mengangkat dagu sang omega, namun usahanya gagal ketika lagi-lagi Genta lebih memilih menundukkan kepala.

Alis pemuda alpha itu mengerut, merasa bingung.

"Jangan liat, gue malu," katanya pelan. 

Reksa terkekeh, menarik tubuh yang lebih kecil agar lebih mendekat, sampai tubuh keduanya hampir berdempetan, Reksa memeluk tubuh itu erat, elusan pada rambut bagian belakang Genta disertai dengan usapan pada tengkuk sang omega, membuat Genta merinding seketika.

"Tidur gih."

Genta tidak banyak bertanya, terlalu malu untuk membalas ucapan Reksa. Omega muda itu langsung membaringkan tubuh, namun manik legamnya tak langsung terpejam.

Reksa beranjak dari tempat duduk, namun belum juga tubuhnya sepenuhnya berdiri, ada tangan lain yang menahan.

Wajah Genta memang tidak menatapnya, tapi omega itu mengatakan: "jangan pergi."

Dan mau tidak mau Reksa turut membaringkan tubuhnya disamping omega.

Jujur kalau diingat ciuman panas itu membuat jantung keduanya berdegup kencang. Ada rasa malu yang dirasakan, bahkan untuk seukuran manusia yang jarang tersipu seperti Genta kini wajahnya sudah Semerah tomat.

Ingin menghilang saja rasanya.

"Kenapa belum tidur?"

Tidur? Ketika suasana hatinya teras aneh? Yang benar saja! Reksa lah yang membuatnya tidak bisa tidur.

"G-gue...

"Ge?"

"Hmm?"

"Jangan ngejauh lagi, oke?"

"Mungkin lo yang takut gue pergi, tapi gue juga punya ketakutan tersendiri. Pas lo ngejauh rasanya aneh, hati gue gak tenang." Reksa memposisikan tubuhnya hingga tidur menyamping, satu tangannya terpaut pada telapak tangan sang omega. "Gue udah janji gak akan pergi, dan lo pun harusnya sama. Lo gak bakal ngejauh kan?"

Genta dengan berani menatap Reksa di iris legamnya. Ia tersenyum kecil. "Maaf karena selalu ngejauh kalau ada masalah, gue mungkin terlalu bodoh buat menanggapi segala permasalahan yang ada, dan lagi-lagi kabur jadi jalan akhirnya. Gue gak bisa janji, tapi di masa depan gue harap gue lebih bisa ngatasin hal ini."

Pada saat itu hanya hening yang mengisi ruangan. Sepi yang dirasakan membuat Genta tak berlama-lama mulai mengantuk, dan di detik selanjutnya masuk ke alam bawah sadar.

Ia tertidur, dengan tubuh menyamping menghadap Reksa, sesekali pemuda alpha menyentuh beberapa bagian wajah pemuda di depannya.

Dari kelopak mata dengan bulu mata yang lebat, turun ke hidung yang cukup tinggi namun tidak over, sampai yang terakhir pada bibir Genta. Reksa menyentuhnya pelan, merasakan sensasi lembut bibir omega di depannya. Tidak lah merah, warnanya umum seperti bibir kebanyakan, namun satu yang membuatnya sedikit berbeda, bagian bawah bibir Genta agak tebal, dengan sebuah garis yang membuatnya terlihat seperti terbelah. Reksa jadi membayangkan apakah akan seperti ini sosok yang lahir nantinya? Ataukah lebih cenderung mirip dirinya?

Reksa pikir ketika melihat Genta, omega itu biasa-biasa saja, hanya aura suram yang ada di omega itu, membuatnya tidak menarik sedikitpun.

Iya, begitulah awalnya, namun sekarang Reksa tahu bahwa Genta punya pesona. Dan semakin terlihat indah ketika dia bahagia.

Reksa memejamkan mata sesaat, lalu kembali terbuka di saat ada gerakan halus dari orang disampingnya.

Tampaknya bagian perut omega itu gatal, oleh sebab itu tanpa sadar tangan Genta menggaruknya. Terus begitu beberapa saat. Sampai bajunya sedikit tersingkap, memperlihatkan perut bulat yang mulus, namun ada bagian-bagian memerah yang Reksa curigai dari jari-jari sang omega.

Reksa menahan tangan yang bergerak semakin kasar. Tapi ketika ditahan, satu tangan lain lah mencoba menggaruknya.

Manik legam omega itu terbuka sedikit, lalu memandang Reksa sesaat. "Gatel," ucapnya pelan, lalu tangannya melemah, dan matanya kembali terpejam.

Rasa ngantuk Reksa sudah semakin hilang, ia duduk di tepian ranjang, pikirnya diam sesaat, menunduk entah memikirkan apa.

Beberapa menit kemudian mata pemuda itu membola, tubuhnya berdiri dan sekejap mata berlari keluar ruangan. Sampai pada tempat dituju, berbagai pandangan tertuju kepadanya. Satu diantara yang lain memandang Reksa tajam.

Sialan! Reksa lupa dengan kegiatan bakar-bakar yang sebelumnya ia lakukan.

"Ngapain lo? Cipok-

Sebelum kalimatnya tuntas, mulut Tian dibekap oleh tangan Jo.

"Gue kira lo ketiduran."

Tian mencoba melepaskan, Jo semakin membekap erat mulut sahabatnya itu.

Reksa dengan canggung duduk disamping Keenan, pipinya agak memerah dengan apa yang diucapkan Tian.

Bodoh!

Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa harus lupa menutup pintu?

"Gege mana, Sa?"

"Hah? Oh, dia tidur."

Kebingungan membuat Reksa terlihat bodoh.

"Gak ikutan makan dong?"

"Biarinlah, kasian kalau dibangunin."

Oleh karena itu Keenan segera mengambil piring dan menyisihkan beberapa bagian sate yang telah dipanggang, lalu memberikannya pada Reksa.

"Emang masih enak kalau dimakan besok."

Keenan mengangkat bahu. "Ya gak tau, paling alot."

Memang awalnya acara bakar-bakar itu tidak terlalu berjalan mulus, namun sampai pada tengah malam mereka benar-benar menikmatinya.

Dino, Jo, Tian dan Keenan berakhir menginap karena terlalu malam. Mereka pulang keesokan harinya sebelum Genta terbangun.

Saat omega itu keluar dari kamar, ia sudah disuguhkan oleh sate-satean yang mereka buat, dan benar apa yang dikatakan Keenan sebelumnya, alot. Bahkan Genta tidak bisa menggigitnya.

°°°

Beginilah isi cerita kalau dipaksain update. Alias, pendek sependeknya, haha.

Chapter ini awalnya mau aku dimasukin di chapter 46, tapi udah ngerasa kebanyakan, dan aku tipe orang yang suka ngegantung cerita hehe. Eh taunya sekarang bingung buat chapter selanjutnya gimana, karena kalau dimasukin ke dalam bab baru itu agak aneh, karena seting harinya sama seperti chapter sebelumnya. Dan agak aneh kalau tiba-tiba dimasukin pada bab yang udah aku siapkan.

Jadi, ya ginilah. Gak nyampe 1k.

IlusiWhere stories live. Discover now