49

5.9K 694 145
                                    

Warning🔞⚠️

Normal birth scene.

Yang merasa gak sanggup, gak suka, atau merasa aneh sama cerita seperti ini bisa langsung skip aja ya. Demi kenyamanan bersama.

°°°


Reksa Wijaya dalam 19 tahun hidupnya belum merasakan panik yang seperti ini. Bingung yang melanda membuatnya tergagap-gagap dalam bicara. Ingin membantu namun bisa apa, ketika ia bahkan tidak mengerti dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"G-gue panggilan Tante Diana, oke?"

Namun cengkraman pada lengannya tidak terlepas, justru semakin keras bersamaan dengan kontraksi yang semakin intens. Genta Fajar Alvian, hidup 19 tahun tidak pernah merasakan rasa sakit yang merasuk sampai tulang. Sampai sekarang, ia benar-benar merasakannya, geraman demi geraman, mulut omega itu berkali menggunakan kata 'sakit' yang tak merubah situasi. 

"Sakithh, Sa. Gue gak tahan."

"Iya, makanya dengerin gue. Gue gak lama, gue cuman bangunin Mama lo oke?"

Hanya berakhir dengan anggukan. Reksa berlari tunggang langgang meninggalkan Genta sendirian. Omega itu merengut tidak suka, sesekali bibirnya bergumam mencoba mempertahankan kewarasannya.

Tepat ketika jarak rasa sakit yang kini ia rasakan semakin rapat, sebuah percikan air keluar dari bagian bawahnya. Wajah Genta yang sudah pucat, kini seolah tak berdarah.

Dia takut, tidak bisa dijelaskan ketakutannya bagaimana. Karena setelah itu kontraksi menghantam secara gila-gilaan, membuatnya tak sanggup lagi menopang tubuh, membiarkan tubuhnya luruh begitu saja.

Bahkan untuk sekedar mencari pegangan sebagai pelampiasan dia tak kuat. Ia berharap bahwa Mama sudah ada di depannya.

Beruntung saja tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, wajah wanita itu kentara panik, bahkan tak sempat membenarkan rambut yang kusut.

"Gege astaga!" Ujarnya panik melihat kondisi sang anak. Ditambah dengan genangan air disekitar putranya itu membuat Diana yakin dengan asumsinya yang salah.

Ini bukan kontraksi palsu seperti apa yang ia rasakan dulu, ini proses bukaan. Astaga, bukankah bukaannya sudah jauh jika ketuban sudah pecah?

"Gak papa, Mama disini. Tenang aja ya?"

Diana memeluknya, lantas mendongak menatap Reksa. "Bisa tolong Tante bawain baju Gege?"

Reksa mengangguk kaku. "Terus bangunin yang lain. Kita gak bisa nunda lagi."

Baju, baju, hanya baju, tapi Reksa panik pikirnya terlalu kalut, bukannya membawa pakaian justru membawa handuk di depan mata. Ia menepuk dahinya sendiri, kembali masuk ke dalam kamar dan mencari pakaian.

Ketika keluar ia berjumpa dengan Erza, yang tampak baru saja terbangun dari tidurnya. Langkah Reksa terhenti saat tangan yang lebih tua menahan tangannya. "Gue denger ada yang teriak tadi? Ada apaa?"

"Jangan banyak tanya dulu, lo bangunin yang lain dan cepet keluarin mobil dari garasi."

Reksa tidak peduli lagi saat Erza bertanya lebih detail padanya. Yang Reksa pikirkan hanya ia perlu datang pada sang omega, dan menemaninya.

Satu set pakaian segera diberikan, reksa menunggu dengan perasaan panik. Dari dalam tangisan kecil semakin terdengar jelas. Bahkan beberapa kali ada teriak sakit yang membuat Reksa takut.

Ia, dia takut. Meski bukan Reksa yang mengalaminya, tapi dari hati yang paling dalam ia begitu khawatir. Barulah ketika suara Diana memintanya masuk ia lebih tenang.

IlusiWhere stories live. Discover now