60. Ini Reksa

3.4K 454 13
                                    

Reksa tahu kalau dirinya tempat salah dan dosa. Setidaknya begitu lah reksa dimata Genta. Apa-apa Reksa, salah Reksa, terkadang Reksa mengakui, terkadang juga tidak. Namun untuk kali ini Reksa yakin bahwa ia tidak berbuat dosa apa-apa, tapi tahu-tahu saja Genta seperti menghindarinya.

Ketika tangan Reksa tak sengaja bersentuhan dengan tangan sang omega, pemuda itu langsung menjauhkan tangannya, seolah tangan Reksa mengandung senyawa yang dapat mengancam nyawa.

"Lo kenapa deh?" Reksa bingung, alisnya mengerut.

"Gue gak papa." Genta mengusap-usap tangan yang sempat tersentuh tangan Reksa.

Yang lebih aneh lagi adalah Genta tidak berani menatap mata Reksa. Jika omega itu tidak mengalihkan pandang kearah lain, maka dia akan senantiasa menunduk. Reksa cukup peka, Genta menghindarinya.

"Gue bikin salah?"

Genta menggeleng cepat. "Nggak! Gue cuman..."

Intonasi suara Genta mengecil diakhir, lalu menghilang tanpa sempat menjelaskan penyebabnya.

"Cuman?"

Reksa mendekat, tangannya terulur untuk menyentuh lengan sang omega, namun lagi-lagi respon menghindar adalah yang Reksa dapatkan.

"Jangan deket-deket."

Astaga, Reksa bisa stres lama-lama. Apa susahnya begitu jika mengatakan secara gamblang tanpa harus bermain teka-teki seperti ini? Bukan berarti Reksa akan menghakimi alasannya kan?

"Lo kenapa sih?"

Omega tampak berpikir, dengan nada pelan ia menjawab: "gue sakit," katanya dengan suara amat pelan.

"Lo apa?!"

Tubuh Genta terlonjak, kaget dengan intonasi suara yang tiba-tiba membesar. Tapi Genta paham bahwa itu bukan maksud Reksa untuk membentaknya, memang terkadang sang alpha tanpa sadar menaikan intonasi suara.

"Gue bilang s-sakit." Kini suaranya lebih lantang, namun nada keraguan dapat Reksa rasakan disetiap kata yang keluar.

"Tapi bukan berarti lo bakalan tambah sakit kalau gak sengaja gue pegang kan? Lo aneh deh, biasanya juga gue pegang sana-sini boleh-boleh aja tuh."

Seakan belum cukup dengan keanehan Genta, kini Reksa dibuat bingung dengan anggota keluarga lain di rumah ini. Yang pertama adalah Tante Diana, wanita itu ramah, selalu menjawab apapun pertanyaan yang dilontarkan, tapi kali ini wanita itu hanya diam saja saat Reksa bertanya apa yang terjadi pada sang anak. Disertai dengan senyuman canggung yang membuat Reksa semakin curiga ada yang salah.

Lalu Erza dan Kak Arda pun tidak bisa diharapkan. Jika kakak perempuan Genta menghindar dari pertanyaan yang diajukan, maka lain hal dengan Erza. Pemuda itu, bagaimana ya. Reksa tidak ingin berpikiran buruk. Tapi sungguh, Reksa melihat senyum cabul yang terpatri di bibir yang lebih tua.

Oke, agak merinding memang.

Kembali pada topik. Dengan keingintahuan tinggi Reksa mencoba mengulik. Anggota keluarga yang terakhir adalah Ayah Genta. Sejujurnya tidak ada yang salah dengan hubungan Reksa dengan pria itu. Meski cenderung dingin Arya tipikal orang yang tidak suka bertele-tele. Dengan keberanian tinggi Reksa berani bertanya, yang dijawab dengan kerutan alis semata.

"Lho, emang Genta kenapa?"
Yang ditanya malah balik bertanya. Wajar, sebagian besar harinya diisi oleh kegiatan memuakkan di sebuah perusahaan terkemuka. Mana sempat pria itu memperhatikan segala detail kecil yang ada.

Reksa galau. Dia tidak ingin hubungan yang telah dibangun apik meregang tanpa sebuah kejelasan. Ingin memaksa meminta penjelasan, namun nampaknya sang omega sedang berada pada mode senggol bacok.

IlusiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt