65

4.5K 488 35
                                    

Dari kacamata teman-temannya, Reksa itu punya sisi dewasa, namun ada pula sisi kekanak-kanakannya. Orangnya random, juga agak mengejutkan. Terkhusus bagi Tian, Reksa itu menyebalkan.

Seperti sekarang ini. Tak ada angin tak ada hujan pemuda alpha itu tiba-tiba mengirimi pesan meminta berkumpul disebuah cafe yang memang sering mereka kunjungi, tanpa alasan yang jelas. Tandai! Tanpa alasan yang jelas!

Mereka mungkin memang masih maba, tapi bukan berarti mereka tak memiliki kesibukkan apapun. Ada yang kuliah di tempat yang jauh sehingga perlu ngekos, ada yang harus bekerja part time, adapula orang aneh seperti Dino yang katanya malas sekali datang karena sibuk mencari jati diri.

Tapi Reksa dan segala kuasa- baca: paksaannya, memaksa mereka untuk berkumpul satu Minggu yang akan datang. Dia tidak menerima bantahan, semua wajib hadir tak terkecuali. Katanya sih kalau ada yang tidak datang dia tidak akan menyampaikan maksud dan tujuannya berkumpul.

Reksa cengengesan melihat reaksi rusuh dari kolom chat ponselnya, membuat Genta yang sedang menyusui- ralat, memberi susu pada Artha mendelik.

"Ayahmu kayak orang gila, cengengesan sendirian," kata Genta, yang ditanggapi oleh senyuman manis  Artha.

Yang merasa terpanggil menengok, senyumnya masih terpatri, lalu di detik selanjutnya menduselkan wajah pada perpotongan leher Genta.

"Geli ih! Awas!" Tapi Reksa tidak melakukan apa yang Genta suruh.

"Sa, sumpah, geli!!"

"Bentar aja kok, lo wangi soalnya..." Reksa semakin menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Genta.

Pemuda omega itu pasrah, meski sesekali merinding-merinding enak karena itu adalah titik sensitifnya.

"Ge," panggil Reksa.

"Apa?"

"Sebenernya gue penasaran reaksi lo dapet pertanyaan serupa kayak gue tadi pagi. Tadi lo jawabnya gimana?"

"Ya gak gimana-gimana."

Pandangan Genta setia menunduk, mengelus-elus permukaan lembut antara hidung dan kening Artha, sehingga bayi kecil itu sedikit demi sedikit mulai memejamkan mata

"Bukan itu jawaban yang gue harapin."

"Gue percaya sama lo, gue ngikut lo aja."

"Huh?" Reksa tidak salah dengarkan? "Maksud lo?"

"Ya itu jawaban gue. Keputusan lo, keputusan gue juga."

Reksa tersenyum. Jadi sejauh ini kepercayaan Genta terhadapnya? Apakah karena daya tarik Reksa yang sudah berada diambang batas dunia, langit ketujuh sampai angkasa? Atau berkat servis panas selama berjam-jam yang meluluhkan sang omega? Yang pasti Reksa sudah menang sekarang, apapun alasannya.

"Jadi gitu ya. Lo gak ada keberatan apapun kan karena acaranya sebulan kedepan?"

Genta menggeleng. "Mama udah cerita detailnya gimana tadi pagi."

"Gimana?" Berhubung Reksa hanya diberitahukan bahwa ia akan menikah sebulan lagi, hanya itu informasi yang dia tangkap, selebihnya masih samar-samar.

"Katanya nikahnya gak akan besar-besar, yang diundang cuman keluarga aja."

Reksa mengangguk. Kalau ini sih sudah pasti. Terlepas sekarang keduanya bukan lagi seorang siswa, tetap saja bagi sebagian orang ini merupakan sesuatu yang tidak pantas dibangga-banggakan. Tak apa, lebih baik begini, Reksa tidak ingin menanggung resiko kecaman dari berbagai pihak, terlebih ia tahu kondisi mental Genta bagaimana. Omega itu pasti tidak akan nyaman jika terlalu banyak orang.

Ilusiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن