26

5.8K 693 21
                                    

"Reksa kok bisa gini sih!"

Bahkan sebelum mencapai parkiran, Kirana sudah datang untuk menjemput keduanya, sudah begitu mencerca Reksa pula. Reksa menghela nafas pasrah. Dalam pikirannya sudah membayangkan kemungkinan ini.

"Kan Reksa udah bilang, dianya aja yang ngeyel."

Genta menunduk, matanya sembab dan hidungnya memerah. Reksa tidak akan luluh dengan penampilan itu, iblis kecil disampingnya memang benar-benar membuat darah Reksa naik seketika.

"Aduh, Ge. Selain kaki gak ada yang sakit kan? Perut? Perut kamu terbentur gak tadi?" Genta tidak diberikan kesempatan menjawab, Tante Kirana terus memberondongnya dengan pertanyaan.  "Mau periksa aja sekalian?"

Genta menggeleng. "Nggak."

"Yakin? Takutnya bayinya kenapa-kenapa. Mending kita periksa aja sekalian ya? Atau mau sekalian USG aja?"

Genta menggeleng kuat.

Tidak lama kemudian Diana datang dengan terengah-engah, wanita itu kentara sekali merasa khawatir. Ketika melihat putranya dengan sebuh tongkat untuk membantu berjalan, rasanya hati Diana terasa tersengat sesuatu. Ia lantas memeluk Genta begitu erat.

"Yang luka cuman kaki? Yang lain?"

Diana seolah meneliti setiap inci tubuh Genta, berharap tidak menemukan luka lain. Tapi ternyata memang hanya kaki yang telah di perban, selain itu tidak ada. Namun bukan berarti tidak ada luka dalam kan?

"Cuman kaki? Tapi udah periksa yang lain? Takutnya ada luka dalam. Kamu lagi hamil lho, Mama takut bayinya kenapa-kenapa."

"Nggakk."

Genta menghela nafas pasrah, ia menunduk kala merasa banyak pandangan tertuju padanya. Malu juga, sebab ia merasa diperlakukan seperti anak kecil.

"Sa, tadi gak ngelakuin pemeriksaan lain?"

Reksa menggeleng.

"Tuh, mending kita periksa lagi aja ya? Takutnya kenapa-kenapa."

Kirana mengangguki ucapan omega disampingnya. "Bener, mending kita periksa lagi aja. Lagipula Genta belum pernah USG kan? Sekalian aja."

Genta ingin menolak, tapi kedua wanita itu dengan rusuhnya membantah ucapan Genta. Omega itu hanya pasrah ketika ia dibawa kembali ke dalam rumah sakit. Serangkaian pemeriksaan telah dilakukan, dan sekarang giliran USG.

Semua gugup.

Bahkan Reksa sekalipun.

Pemuda alpha itu bersiap untuk kabur, andai saja jika ibunya tidak menahan pergelangan tangan Reksa.

"Jangan kabur," bisik Kirana.

"Tapi -Akh!"

"Lho, ada apa?" Seluruh pandangan orang disana tertuju pada sepasang ibu dan anak tersebut. Kirana menggeleng, meminta untuk melanjutkan.

Reksa mengusap-usap pinggangnya yang terkena cubitan maut. Alpha muda itu mendengus kesal sambil sesekali meringis. Perih dan sakit yang ia rasa.

"Terakhir USG kapan?"

Pertanyaan dokter seolah menjadi angin lalu. Kirana terdiam beberapa saat, memandang Diana yang juga sama bingungnya.

"Ini yang pertama."

Genta menulikan telinga kala percakapan yang tidak ia mengerti terdengar. Omega itu menjauhi segala tatapan yang tertuju padanya, pandangan tertuju pada apapun yang bisa ia jadikan sebagai titik fokus.

Kala sentuhan tangan seorang dokter wanita pada perutnya, seolah sengatan listrik ia rasakan, membuat kaget bahkan hampir terperanjat. Mama dengan setia mengusap lengannya. Wanita itu tersenyum, Genta sedikit lega.

IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang