53

4.5K 584 31
                                    

Genta tengah mematut dirinya sendiri di depan kaca ketika Reksa masuk ke dalam kamar begitu saja tanpa permisi. Omega itu saking fokusnya perlu beberapa saat sampai sadar ada orang lain di ruangan tersebut. Dengan cepat kain pakaian yang diangkat kembali diturunkan.

"Lo lagi ngapain?" Tanya Reksa dengan polosnya. Genta menggeleng enggan untuk menjawab. Tidak mungkin kan dia dengan tegas mengatakan 'gue lagi insecure nih, semangatin dong'. Pasalnya perut omega itu agak menggelambir sekarang. Genta masih bisa menutupinya dengan pakaian longgar, tapi tetap saja ketika keperluan untuk telanjang-- seperti mandi, membuatnya dengan jelas bisa melihat titik insecurenya itu.

"Ya lagian lo saking fokusnya kok sampai gak sadar sih adek udah bangun?"

Reksa buru-buru saja membawa tubuh kecil Artha dalam pangkuan. Tidak menangis, hanya bocah kecil itu seperti sedang mengalami tidak nyaman, suara-suara kecilnya seperti orang sedang pusing karena suatu keadaan. Niat hati Reksa hanya ingin menengok tadi.

"Gue bawa keluar ya?"

Genta mengangguk. "Bawa aja, gue mau bikin susu dulu."

Reksa pergi terlebih dahulu, di susul Genta dengan arah yang berbeda. Botol susu yang lebih kecil dari telapak tangan itu segera dibawa oleh sang omega, kepalanya celingak-celinguk mencari sosok Reksa yang tidak terlihat.

"Adeknya perempuan ya?"

"Laki-laki Bu."

"Walah, manis banget ini, cantik. Gedenya pasti jadi omega deh..."

Mendengar sebuah ocehan kecil yang jelas suara pemuda itu dengan seorang wanita, Genta keluar dari dalam rumah, dia melihat Reksa sedang berbicara dengan seorang ibu-ibu. Langsung saja Genta menarik tangan laki-laki itu.

"Saya kedalam dulu ya, Bu."

Reksa mencoba melepaskan tangan Genta. Ia tersenyum canggung pada wanita didepannya.

"Dek Genta kenapa gak pernah keliatan?"

Tidak ada yang salah dengan cara wanita itu bicara, tapi sependengaran Genta kalimat tersebut mengandung sebuah sindiran tentang keadaannya sekarang.

"Gak kenapa-kenapa." Genta memandang Reksa dengan pandangan menusuk. "Kita kedalam yuk." Lanjutnya lagi dengan wajah cemberut.

Tanpa persetujuan tubuh yang lebih besar diseret sekuat tenaga. Reksa meracau sembari tangannya berusaha melepaskan tangan Genta. Sialannya, suara robekan terdengar lebih cepat daripada lepasnya tangan Genta.

Pemuda alpha itu menatap sang pelaku datar, sedang sang pelaku menatapnya dengan wajah tanpa dosa.

"Ya salah lo!"

Salah Reksa apa coba?

Malamnya ketika Artha sudah tidur Reksa enggan sekali untuk pindah ke kamarnya. Pemuda itu sedang merasakan waktu yang lenggang sehingga bisa memainkan ponsel. Biasanya boro-boro memainkan benda pipih tersebut, kadang Reksa sampai lupa dimana saking jarangnya tersentuh.

"Dari tadi gue gak liat Tante Diana, dia kemana?"

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari game yang sedang dimainkan Reksa bertanya, membuat Genta yang sibuk melamun itu langsung menoleh.

"Mama lagi pergi ke rumah Bibi, katanya lagi ada acara besar. Dia kesana buat bantu-bantu."

Reksa manggut-manggut, namun sedetik kemudian dia kembali bertanya: "Kalau gue pergi selama dua hari lo gak papa?"

"Lo mau kemana?"

Reksa mengubah posisinya menjadi duduk menatap yang lebih tua. Lantas menunjukkan sebuah pesan WhatsApp antara dirinya dengan orang bernama Om Leo itu. Genta sedikit menyipitkan mata untuk membacanya.

IlusiWhere stories live. Discover now