37

6.4K 758 127
                                    

Satu hari.

Dua hari.

Satu Minggu.

Permintaan yang Gama lontarkan masih menggantung tak memiliki jawaban. Reksa kira dia tidak seberani itu untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan sang omega. Salah-salah membuat hancur keadaan yang mulai tersusun rapi? Tidak, Reksa tidak ingin kekacauan itu kembali.

Namun, pada hari ini sebuah pesan terkirim kepadanya, berasal dari nomor tak dikenal namun dari isi pesan tersebut Reksa bisa menebaknya.

Gama.

Please, kali ini aja.

Reksa hanya melihat, tak sedikitpun memiliki keinginan untuk membalas. Entahlah, ada banyak hal yang Reksa pikirkan, itu sedikit membuat pikirannya berkecamuk, padahal sedikitnya dia bisa merasakan tenang setelah ujian.

Melangkahkan kakinya ke dalam kamar, tanpa aba-aba alpha muda itu menerjang ranjang sebegitu kerasnya, membuat kasur lembut itu sedikit bergejolak naik karena beban yang berat, bunyi prak turut menggema di dalam kamar, pertemuan antara ponsel pipih dan keramik yang keras.

Bukan hanya Genta, Reksa sama kagetnya. Mampus saja ia, pasti mendapat omelan. Maka, sebelum omega itu mengambil ponsel yang terjatuh, Reksa dengan cepat menggapainya, lantas kemudian pandangan alpha muda itu tertuju pada layar ponsel.

Bukan.

Bukan karena layar ponsel pecah atau kerusakan lainnya, melainkan gambar yang terpampang disana.

Bayi?

Sejak kapan Genta mau melihat sesosok kecil yang menurut omega sangat mengesalkan itu?

Tapi sebelum Reksa berbicara, ponsel pipih tanpa baret itu sudah direbut paksa oleh yang punya. Dan melihat tatapan ragu dan tegang milik Genta, Reksa tahu dia tidak boleh membahasnya.

"Maaf deh, gak sengaja tadi gue."

Alpha muda membaringkan tubuhnya, tepat disamping omega.

Genta menghela nafas gusar, lantas kemudian mematikan ponselnya. "Mau ngapain sih? Bisa gak jangan rusuh?"

Genta terkadang mudah kaget, lalu aktivitasnya sekarang yang ketahuan membuatnya seperti kepergok berbuat kejahatan.

"Maaf deh, maaf. Gak diulangin lagi."

Reksa membaringkan tubuhnya disamping omega, pandangan kosong menatap awang-awang, akan tetapi pikiran runyam memikirkan banyak hal.

Diliriknya sedikit sosok yang lebih tua. Wajah datar yang senantiasa terpampang adalah pemandangan yang paling biasa Reksa lihat. Selama berbulan-bulan pertemuan dengan omega itu, Reksa sangsi ia hanya pernah melihat senyumnya beberapa kali.

"Kalau semisal ada orang dari masa lalu yang pengen ketemu gimana?"

Pertanyaan yang tiba-tiba terlintas dari alpha disampingnya membuat segala aktivitas sang omega terhenti. Ia melirik sosok Reksa, yang kini tatapannya tertuju pada langit-langit kamar sana.

Butuh beberapa saat bagi Genta menjawab. "Tergantung."

"Tergantung kayak gimana?" Reksa beranjak dari posisi. Kini ia berhadapan dengan sang omega. melihat Reksa yang menatapnya lekat, omega itu menundukkan pandangan.

"Kalau masa lalu baik kenapa nggak? Dan kalau buruk, gue gak tau."

Sampai sini Reksa mendapat gambaran samar bagi jawaban Genta apabila diberi pertanyaan mengenai sosok mantan kekasihnya.

Setau Reksa sudah lama sejak pertemuan terakhir mereka, dan entah apakah itu pertemuan yang berakhir baik ataupun buruk. Tapi Reksa menebak itu tidak berjalan baik dilihat dari respon sang omega selama ini.

IlusiWhere stories live. Discover now