27

6.1K 662 46
                                    

Mengetuk pintu itu pelan, ketika suara seorang perempuan terdengar dengan cepat Reksa membuka pintunya kuat. Ruang OSIS masih sumpek seperti terakhir kali ia datang.

"Ada yang mau gue omongin sama lo."

Kegiatan Lian terhenti, namun tatapannya tidak lepas dari beberapa berkas yang ia kerjakan. "Tinggal ngomong."

Reksa mengepalkan tangannya kuat. Dia cukup peka bahwa sikap Lian sejak beberapa bulan yang lalu selalu dingin padanya. Reksa kira mungkin penyebabnya adalah masalah dengan Genta ini, yang selama berbulan-bulan ada saja bibit-bibit masalah yang harus diselesaikan.

"Lo gak ada hubungannya sama kejadian ini, tapi lo kayak nganggap gue musuh banget ya?"

Trak!

Bunyi antara pulpen dan meja saling bertubrukan. Pandangan dingin nan sama tajam, dua alpha mencoba saling mendominasi membuktikan siapa yang paling kuat. Tapi seorang perempuan alpha akan selalu sulit mengalahkan alpha yang sesungguhnya. Lian menghela nafas pasrah.

"Gue gak mungkin gak kesel sama lo. Yah kadang gue bisa lupa kalau lo sebajingan ini, tapi tiap inget lo nandai dan bikin hamil omega secara paksa, rasanya gue pengen bunuh lo saat ini juga. Lo mirip dia."

"Tapi gue tanggung jawab, Li. Jangan sama-samain gue sama alpha bejat itu."

Lian meremat tangannya kuat. Emosinya mendidih kala ingat alpha bajingan yang menghancurkan hidup Papanya. Tidak peduli sejauh apapun ia melangkah, selama apapun hidup di dunia ini, rasa bencinya mungkin tak akan pernah menghilang.

Lian benar-benar membencinya.

Mungkin sudah kelewatan, sekelebat rasa bersalah muncul di hati Reksa. Alpha muda itu gelagapan, aroma penuh tantangan miliknya digantikan dengan aroma kebingungan.

"S-sorry."

Perempuan alpha itu menegak habis air satu gelas, mencoba untuk mendinginkan hati dan juga pikiran. "Bantuan apa?"

Reksa hampir lupa tujuan awalnya.

"Tentang Genta, dan segala hal yang berhubungan dengan malam itu."

Untuk sesaat nafas Lian melonjak, bibirnya kelu untuk mengatakan beberapa hal. Bahkan jika bukan dia yang mengalami kemalangan itu, rasa sakit turut ia rasakan. Apakah bentuk empati karena mengetahui keadaannya?

"Lo cuman punya waktu 20 menit, sebelum bel pulang berbunyi."

Sial!

Reksa berteriak dalam hati. Susah-susah dirinya kabur dari kelas hanya untuk ketempat ini. Sudah begitu waktunya masih mepet pula. Benar-benar sial!

Reksa tidak memiliki waktu lagi untuk berbasa-basi. Dirinya mulai menceritakan kronologi bahkan hal-hal ganjil yang ditemukan, termasuk sebuah fakta yang terkuak beberapa waktu lalu, tentang masa heat omega yang baru ia ketahui.

"Cuman ada tiga kemungkinan. Genta tahu masa heatnya cuman dia maksa pergi-

"Gak mungkin, gue gak nyium apapun dari tubuhnya kecuali bau khas omega yang samar banget, itu wajar."

"Nah lo tau, kemungkinan itu diperkuat dengan gue nanya sama dia. Dia bilang masa heatnya harusnya ada satu bulan lagi."

Lian mengangguk-anggukkan kepala, sampai sejauh ini memang banyak kejanggalan yang ia temukan. Termasuk Gama, kakak kelasnya itu datang dengan si omega, akan tetapi pulang dengan omega lain yang ia ketahui bernama Kana?

Andai kata dirinya tidak tersendat oleh sesuatu, sudah pasti akan menyeret kakak sepupunya pulang waktu itu, hanya saja ada sebuah percikan api di rumah, Lian tidak bisa diam saja. Menunggu Reksa di kamar mandi itu akan sangat lama, jadi dia meninggalkannya. Tapi siapa yang kira bahwa kesalahan sekecil itu akan berdampak besar? Lian rasa dirinya juga ikut andil dalam masalah ini. Alpha muda itu mengusap wajahnya kasar.

IlusiWhere stories live. Discover now