46 (1)

5.4K 646 123
                                    

"Potong kotak-kotak. Jangan terlalu tipis, jangan terlalu tebal juga."

Ucapan Tian dihadiahi anggukan Keenan.

Krek..

Krek..

Krek..

"Anj. Sial, lo bisa bedain kotak sama persegi panjang gak sih!"

"Ini juga kotak tau!"

"Ini apaan lagi, bukan persegi panjang lagi, ini jajar genjang bodoh!"

Beginilah kira-kira suasana rumah Reksa di sore yang cerah ini. Niat agar menghemat waktu hingga pada saatnya hanya tinggal memasak, sesi potong-memotong ini justru menimbulkan keributan tak berkehabisan.

Tian dalam mode senggol bacok part 2, tiba-tiba menjadi perfeksionis yang memperhatikan bentuk sayur yang dipotong Keenan.

Katanya sih Keenan ini suka menjadi chef dadakan di rumah. Makanannya diakui oleh seisi rumah.

"Mana ada chef yang gak bisa bedain gula sama garam."

"Ya gak?" Ia menyenggol pelan lengan orang disampingnya.

Dino menatap malas pemandangan orang saling berteriak didepannya. Di samping pemuda itu ada Reksa, yang menopang dagu tanpa berkedip sekalipun.

Helaan nafas kecil terdengar. Dino menatap Reksa yang bangkit dari tempat duduk.

"Mau kemana, Sa?" Tanya Jo. Baru saja ia keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan sayur tak berbentuk hasil potong Keenan.

Dengan gaya memutar, kunci mobil dengan seimbang melingkar memutar di jari telunjuk Reksa.

"Beli daging. Kayaknya bakal kurang."

"Ikut!" Tiba-tiba saja ada suara lain yang menyahuti pembicaraan mereka. Refleks reksa menghentikan kegiatan memutar kuncinya, dibumbui dengan tatapan tajam yang dilayangkan pada bocah omega yang tampak bersemangat berlari kearahnya.

"Gak."

"Hah kenapa? Gue gak mau tau, gue ikut pokoknya."

Tapi Keenan adalah Keenan. Terkadang sikapnya itu random tak beraturan, ada masa dimana dia menjadi seorang pendiam, ada juga masa dimana dia menjadi bocah kematian. Alias Reksa ingin sekali mencekik omega didepannya saking gemas akan tingkah lakunya sekarang.

Reksa pun hanya berpasrah ria, lengkap dengan helaan nafas pasrah Reksa membiarkan Keenan mengekori langkahnya.

Di dalam mobil pun Keenan tak bisa diam. Dia banyak bicara, bertanya, bahkan membahas hal-hal di luar nalar yang Reksa sendiri tidak yakin dengan apa yang omega itu ucapkan.

Tapi Reksa masih berpositif thinking, mungkin saja Keenan baru saja kena virus akibat gigitan blacky, anjing berwarna putih, yang semula nama itu Keenan siapkan jika dia akan memiliki adik. Berhubung adik tidak kunjung ada dan ibunya malah memasuki usia menopause, jadi ia berikan saja pada anjing peliharaannya.

Aneh sekali. Sepanjang Reksa hidup belum pernah Reksa mendengar manusia bernama blacky. Beruntung Keenan tidak memiliki adik, kasihan sekali harus memiliki nama seperti itu.

"Lah, kok di lewat?"

Keenan bingung ketika supermarket yang biasa dijadikan tempat mereka belanja di lewat begitu saja.

Reksa tidak banyak bicara, membiarkan orang disampingnya mengoceh kesana-kemari karena merasa diabaikan.

"Kok masuk komplek perumahan?"

"Bisa diem gak."

Keenan langsung menutup rapat mulut saat aura kegelapan memenuhi area sekitarnya.

Ia hanya mengekori, mengekori dan mengekori.

IlusiWhere stories live. Discover now