12

5.7K 633 18
                                    

Semuanya terjadi tiba-tiba, baik Rebecca dan Tiara masih menunggu kehadiran wali Genta. Akan tetapi setelah sekian lama waktu berlalu, hanya kosong yang dia lihat, maniknya mengedar, mencoba mencari sosok yang akan datang.

Seorang suster datang dengan tangan kosong, wanita itu masuk ke dalam sana untuk beberapa saat, sebelum sepuluh menit setelahnya keluar kembali.

Tidak tahan, Rebecca menahan lengan itu.

"Anak didik saya kenapa ya, sus?"

Suster yang ditodong pertanyaan seperti itu jelas bingung harus menjawab apa. Di satu sisi ini adalah gurunya, di sisi lain rumah sakit memiliki aturan untuk menjaga privasi pasien. Jika memang ini gurunya, bukankah fatal jika tahu kehamilan anak didik yang masih sekolah?

Tapi, beruntunglah saat itu seorang dokter yang menangani Genta melewati tempat itu, Rebecca beralih menahan pergerakannya. Apa yang ditanya tak pernah selesai, hingga pada akhirnya Rebecca mengeluarkan dominasi, dokter itu terdiam.

"Saya gurunya, walinya di sekolah. Saya bertanggung-jawab dan berhak atas anak didik saya."

Pada akhirnya dokter itu hanya mengangguk pasrah. Dia segera membawa Rebecca ke sebuah ruangan.

Pembicaraan demi pembicaraan, hingga isu soal gender ke dua Genta yang seorang omega. Lantas dokter itu menatap lekat ke arah wanita di depannya, helaan nafas keluar dengan gusar.

"Ada tanda marking di tengkuknya." Dokter menjelaskan.

"Marking?"

"Ya, bukan dalam artian ini berbahaya. Jelas, kalau negara kita sudah tidak terlalu mementingkan perihal seperti ini, sebab konsekuensinya cukup berat. Melihat tanda marking pada seorang pemuda dengan usia 18 tahun cukup aneh bagi saya, belum lagi masih bersekolah."

Rebecca jelas kaget. Pasalnya Genta masihlah seorang pelajar. Pihak sekolah tidak mengatakan secara gamblang peraturan untung tidak terikat di usia dini seperti ini, akan tetapi seharusnya mereka sadar bahwa saling terikat ketika masih terlalu muda bukanlah pilihan yang tepat.

"Untuk masalah selanjutnya, apakah anda benar-benar siap untuk mengetahui apa yang terjadi? Tidak ingin menunggu wali pasien datang?"

Rebecca terdiam beberapa saat. Di satu sisi dirinya ingin tahu, di sisi lain ia pun merasa tidak berhak untuk berbuat sejauh ini.

Tepat lima menit sesudahnya, ketika pintu terbuka menampilkan seorang wanita dengan pakaian acak-acakan masuk, Rebecca sadar bahwa itu pasti ibu dari anak didiknya.

Usianya terlihat muda, aroma di udara menjadi harum karena aroma tipis yang mengalun.

"S-saya diantarkan suster ke sini, dia bilang ada yang perlu dokter bicarakan."

Bahkan ketika wanita itu duduk di sampingnya, tidak sekalipun bagi dia untuk memperhatikan Rebecca. Kepanikan yang tercetak begitu jelas, pasti wanita ini berlarian sebab deru nafas yang tidak beraturan.

"Maaf, ini siapa?"

"Oh, perkenalkan saya Rebecca, salah satu tenaga didik tempat Genta belajar."

Mereka berjabat tangan. Meski dalam kepanikan, bisa dilihat oleh Rebecca jika orang tua murid satu ini masih bisa tersenyum. Wajahnya ayu benar-benar tipikal omega yang disukai banyak orang.

"Kalau begitu saya pergi dulu, sebab orang tua murid sudah ada di sini."

Rebecca berpamitan, ia keluar dari ruangan.

Dalam pikirnya ia bertanya, apakah orang tua dari murid sudah tahu kondisi putranya atau tidak. Orang tua yang baik tidak mungkin membiarkan putra mereka terikat dalam usia muda.

IlusiWhere stories live. Discover now