31

6.1K 726 93
                                    

Reksa semakin aneh akhir-akhir ini.

Wajah yang senantiasa terlihat tengil kini tertekuk serius, tidak ada candaan bahkan lebih jarang berbicara. Lingkaran hitam diarea mata menunjukkan seberapa lelahnya ia. Genta kerap kali memergoki alpha itu keluar malam-malam sejak dua hari yang lalu.

Mungkin aneh. Genta yang pada awalnya tidak sedikitpun memiliki ketertarikan pada sang alpha kini merasa ingin tahu apa yang terjadi. Bukannya apa, hanya rasa penasaran lah yang menumpuk dihatinya.

Di meja makan, hening yang terasa, dua pemuda itu tidak memiliki sedikitpun pembicaraan. Dan lagi-lagi yang dilihat Genta, Reksa sibuk dengan ponselnya.

"Gue selesai." Ia mendorong piring yang telah kosong, lantas membawa langkahnya menuju wastafel.

Reksa segera meninggalkan sisa makanannya, yang bisa dihitung baru masuk beberapa suap kedalam mulut. Ketika berjalan pun pandangan tidak luput dari ponsel, membuat Genta menghela nafas pasrah saat Reksa tersandung kaki meja.

"Mau berangkat sekarang aja?" Tanya alpha itu, Genta tidak banyak kata, lantas membawa tas yang sudah dipersiapkan.

Hari ini dia akan pulang. Keluarganya sudah pulang sejak kemarin, tapi karena belum ada yang bisa mengantar jadi Genta baru bisa pulang sekarang.

Reksa membantu Genta berjalan, tas yang pada awalnya berada di lengan sang omega kini berpindah tangan. Sejujurnya sakit yang Genta rasa sudah mulai menghilang, mungkin dalam waktu dekat dia bisa berjalan sepenuhnya.

Waktu telah menunjukkan pukul 5, langit sore yang seharusnya terlihat kemerahan kini cukup gelap karena hujan, bahkan tetesan-tetesan air mulai menerpa keduanya.

Seperti biasa, Reksa selalu membawa mobil dengan kecepatan biasa, selain karena belum terlalu terbiasa dia juga membawa Genta. Hanya berjaga-jaga, takut hal buruk terjadi.

Sepi yang dirasa, Genta menoleh kearah Reksa. Alpha itu benar-benar super pendiam, pandangannya tertuju pada jalan, membuat suasana canggung tidak mengenakkan. Padahal setidaknya selalu ada lagu yang terputar di dalam mobil.

Genta menghela nafas gusar. Bingung sekaligus ingin tahu. Selain dirinya Tante Kirana juga sama merasakan keanehan sang putra, dan malah bertanya pada Genta yang jelas-jelas tidak sedekat itu dengan Reksa.

Memang sih jika dipikir hubungan keduanya lumayan membaik sejak terakhir kali. Setidaknya meski mereka belum sepenuhnya membuka diri, tidak ada pertengkaran sejak terakhir kali. Secara teknis naik satu langkah ke yang lebih baik.

Reksa berdehem pelan disaat notifikasi ponsel mengalihkan perhatiannya, Genta menoleh, sebegitu penasarannya apa yang dilakukan Reksa pada benda pipih tersebut.

"Ada apa?"

Reksa menoleh, tidak menjawab. Pandangan keduanya bertemu, manik legam Genta selalu membuat mata yang melihatnya terpana. Reksa mengalihkan pandang. "Bukan apa-apa."

"Lo sadar gak sih akhir-akhir lo aneh banget?"

Reksa terdiam, tidak biasanya Genta banyak bicara, apalagi peduli padanya.

"Walau begitu, hubungannya sama lo apa?" Alpha berbicara, agak tajam sebenarnya. Tapi bukannya merasa sakit hati dengan ucapan Reksa, yang ada emosi Genta naik seketika.

"Anjing lo, hidup aja sendiri kalau gak mau punya hubungan sama orang lain." Nafas Genta tersengal, tangannya terkepal. "Lagian gue gak peduli lo kenapa. Tapi Tante Kirana peduli. Lo mungkin gak tau, tapi dia terus-terusan nanya keadaan lo ke gue."

Genta menumpahkan segala hal dibenaknya. Reksa lagi-lagi hanya terdiam. Pikirnya pusing, otaknya berkerja dua kali lipat dari biasa. Dan tidak ada waktu bagi dirinya untuk memerhatikan sekitar. Ia pikir dirinya cukup rapat menutupi apa yang terjadi. Tapi ternyata masih bisa dicium oleh orang-orang tertentu.

IlusiWhere stories live. Discover now