Attention || 🦊 3

Beginne am Anfang
                                    

Aera menggeleng. "Gue bisa sendiri!" elak gadis itu.

Tanpa mendengarkan tolakan Aera, tangan Renjun terulur untuk mengambil buah jeruk yang tampak segar dan manis. Dengan hati-hati mengupasnya. Ia terkekeh kala Aera terdiam, tak mendengarkan protesan lagi.

"Silahkan dimakan, teman!"

Aera menatap jeruk segar di atas telapak tangan Renjun. Gadis itu mendengus kesal namun tetap merampasnya membuat Renjun tersenyum penuh kemenangan. Meski ia tidak mengakui perbuatan jahatnya tapi setidaknya ia sudah berbuat hal mulia kepada Aera. Apa itu setimpal? Baginya itu sudah setimpal.

"Gimana, manis gak?" tanya Renjun.

Aera mengangguk.

"Jelas lah, dia bahkan lebih manis dari lo yang pahit..." lirih Renjun.

Aera menatap Renjun tajam. "Apa lo bilang?"

Renjun mengedikkan bahu. "Gak papa, gue cuma lagi hafalin rumus."

Drrrtttt!
Drrrrt!

Ponsel Renjun berbunyi.

Pemuda itu berdecak kesal. Segera memasukkan ponselnya ke dalam saku jas panjangnya.

"Ra, gue pulang dulu ya. Ada urusan mendadak."

Aera mengangguk. "Hmmm, hati-hati. Makasih udah mampir."

"Cepet sembuh," ucap Renjun sebelum akhirnya beranjak meninggalkan Aera sendirian di ruangan yang super sepi.

Seminggu lagi Olimpiade sains tingkat provinsi akan dimulai. Aera tak henti belajar di sela aktivitasnya. Setelah tiga hari opname akhirnya gadis itu sudah diperbolehkan pulang. Dan kini ambisinya dimulai kembali.

Gadis berseragam SMA itu berjalan riang memasuki area sekolahnya. Membalas sapa teman-temannya dengan semangat. Gadis itu sangat terkenal di seluruh penjuru sekolah karena kepandaiannya dan berapa sengitnya ia bersaing dengan Huang Renjun. Dewa kepandaian.

"Woy, gimana kemaren?" tanya Chenle tiba-tiba saat Renjun tengah terdiam membaca buku.

"Apa?" tanya Renjun bingung.

"Njir! Lo kan kemaren njenguk Aera. Gimana respon dia?" tanya Chenle.

Renjun terkekeh. Ia menutup bukunya perlahan.

"Biasa, kek dia biasanya. Emosian, gak senyum, bener-bener bukan kayak cewek."

"Terus, lo ngakuin kesalahan lo gak?"

Renjun menggeleng. "Nggak penting juga, yang penting gue udah berbuat hal mulia ke dia. Dan dia gak perlu tau soal insiden garam ke nasi goreng itu."

Chenle terbahak. "Lo beneran brengsek ya Huang Renjun. Gak mengakui kesalahan."

Kedua pemuda berdarah China itu tidak sadar jika ada sepasang mata yang menatap mereka penuh kebencian. Aera yang tadinya hendak masuk ke kelas, berhenti sejenak mendengarkan percakapan Renjun dan Chenle dari ambang pintu kelas.

Brak!

Aera sengaja memukul keras pintu kelas berbahan kayu tersebut. Membuat Renjun dan Chenle terdiam.

"Sepandai-pandai tupai melompat, bakalan kesandung juga." Chenle terkikik sedangkan Renjun hanya bisa diam karena pengakuannya terpergok begitu saja seperti nasi yang telah menjadi bubur.

Suara langkah keras menggema di koridor yang sepi. Gadis berseragam SMA dengan name tag bertuliskan Yoon Aera itu tampak sangat emosi. Ia bahkan menitikkan air matanya.

Sesampainya di rooftop sekolah ia terdiam. Hingga isakan tangis terdengar. Air matanya semakin mengembun dan menetes di sepatunya.

"Lo tega ya, Huang Renjun."

"Gue pikir lo beneran udah jadi temen baik. Ternyata bangsat!" umpat Aera.

Renjun menghela napas pelan. Ia ragu untuk menyusul gadis yang telah ia sakiti hatinya itu di rooftop. Jika Chenle sedari tadi tidak menghinanya dengan kata "cowok brengsek" mungkin Renjun juga tidak akan membuang tenaganya seperti ini.

"Bukannya lo juga udah mempermalukan gue sebelumnya?" tanya Renjun menyindir Aera.

Isakan tangis Aera terhenti. Tangannya mengusap kasar air matanya yang masih terus mengalir.

"Iya, gue juga salah. Tapi gue gak pernah bohong dengan nyebutin kata temen demi nutupin kesalahan gue. Itu sama aja bohong, Huang Renjun."

Renjun terkekeh. "Jadi sebelumnya, kalau lo gak tahu kesalahan gue. Lo udah anggep gue sebagai temen baik lo?"

Aera tidak menjawab. Gadis itu berlari meninggalkan Renjun yang termenung lama di rooftop.

"Jadi, gue yang salah?" gumam Renjun.

To be continue!


NC NCT DREAM ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt