Attention || 🦊 2

Start from the beginning
                                    

Beberapa menit kemudian, pesanan Yora sudah siap. Gadis itu membawa nampan. Melangkah menuju tempat bernaungnya tadi. Aera terlihat sedang memainkan ponselnya.

"Yora, kayaknya nanti sore kita gak bisa jalan-jalan deh. Gue mau nemenin kak Karina belanja."

"Iya Ra, jalan-jalan kita mah bisa kapan aja. Salam buat kak Karina ya."

Aera tersenyum. "Oke! Btw makasih nasgornya."

"Kan lo yang bayar."

"Kan lo yang mesenin, lo yang jalan juga." Aera tersenyum, ia segera melahap nasi gorengnya.

Uhuk-uhuk!

"Eh Ra, lo kenapa?" panik Yora. Melihat wajah Aera yang nampak memerah serta menahan rasa aneh.

"Asin! Ini asin banget Yora!" seru Aera. Gadis itu segera meminum es teh nya dengan cepat.

Aera merasakan panas di mukanya. Tidak banyak yang tahu, namun gadis itu memang alergi dengan rasa asin yang teramat sangat. Ketika kebanyakan garam atau banyak rasa asin yang ia rasakan maka wajahnya akan memerah dan mengeluarkan efek gatal-gatal.

Gadis itu segera berlari menuju toilet.

Tanpa disadari gelagatnya di perhatikan oleh seseorang. Orang tersebut tertawa pelan.

"Serius lo kebangetan banget Njun! Kasian dia," ucap Chenle.

"Gimana bisa lo bilang kaya gitu? Bukannya tadi lo yang masukin segepok garem ke nasi gorengnya?"

Chenle tertawa. "Kan lo yang nyuruh, Bang!"

"Kerja bagus!" seru Renjun perlahan.

Tanpa disadari, obrolan mereka tertangkap seorang gadis yang kini memasang muka kesal di belakang mereka.

"Kalian kebangetan banget! Asal kalian tahu, Aera ada alergi garam tahu! Habis ini muka dia bakal gatel-gatel dan masuk rumah sakit!" seru Yora membuat seisi kantin mengalihkan atensi padanya.

"Gue harap, kalian kena karma!" kesal Yora kemudian gadis itu melangkah kesal meninggalkan Chenle dan Renjun yang diam membeku.

"Ra, lo nggak papa?" tanya Yora panik.

Aera membalikkan badannya. Dan benar, wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Sebentar lagi akan membengkak dengan rasa yang gatal, panas, dan perih.

"Kayaknya gue harus kerumah sakit sekarang. Nanti kak Karina bisa marah besar."

Yora mengangguk. "Lo sekarang di kamar mandi dulu. Gue bawain tas dan syal gue, nanti tutupin wajah lo. Sekalian gue pesen taksi buat nganter kita ke RS."

Aera menghela napas pelan. "Makasih ya Yor, maafin gue."

Yora terkekeh. "Gak papa Ra."

Beberapa menit kemudian Yora datang menghampiri Aera. Gadis itu segera menutupi kepala dan wajah Aera menggunakan syal miliknya kemudian dengan sabar menggandeng Aera menuju halaman sekolah untuk menghampiri taksi yang sudah mereka pesan.

"Nyesel kan lo? Ini semua gara-gara lo, Bang! Kasian dia, pasti mukanya tersiksa." Chenle menceramahi Renjun.

Renjun terdiam, ada rasa menyesal dalam hatinya. Namun masih terkalahkan oleh egonya. "Lo kenapa jadi nyalahin gue. Kan pikirnya ngasih garem ke makanan itu hal yang aman. Gue gak nyangka dia ada penyakit kaya gitu."

"Mau gimana pun, kita harus minta maaf, Bang!"

Renjun berdecak kesal mendengarkan penuturan Chenle. Ia terdiam cukup lama hingga helaan napas terhembus dari hidung pemuda Jilin Tiongkok itu.

"Oke deh! Minta maaf!" ketus Renjun kemudian meninggalkan Chenle.

Chenle berdecih kesal melihat sikap Renjun. Hingga seorang pemuda bertubuh tiang datang menghampiri Chenle.

"Dia kenapa lagi Le?" tanya pemuda bernama Park Jisung.

"Menurut lo?" sewot Chenle kemudian pergi meninggalkan Jisung.

"Woy Le, tunggu! Bukannya kita janji hari ini ke arcade bareng temen lainnya?"

Chenle membalikkan badan. "Siapa yang ngajak?"

"Bang Jaemin, dia mau nraktir kita semua. Kalau Bang Renjun lagi mode ngambek ya gak usah diajak."

Chenle mengangguk, akhirnya kedua curut itu. Park Jisung dan Zhong Chenle, mereka berjalan pulang ke rumah berdampingan. Karena jarak rumah mereka dan sekolah tidak terlalu jauh.

"Bukannya kakak udah bilang sama kamu? Hati-hati Aera!" kesal Yoon Karina yang tiba-tiba datang masih dengan pakaian kerjanya.

Aera menghela napas panjang di atas ranjang pasien.

"Maafin Aera, Kak. Aera lalai," sesal gadis berseragam SMA itu.

Karina menghela napas panjang. Dengan perasaan kesal dan lelah karena pekerjaannya ia tetap berusaha sabar menghadapi adik semata wayangnya.

"Ya udah, sini makan siang dulu. Kakak bawain sup rumput laut hambar kesukaan kamu."

Aera terdiam. Ia benar-benar menyesal karena membuat kakaknya repot. Bahkan sang kakak juga masih mengenakan seragam pekerjaannya. Pasti Karina tadi meninggalkan pekerjaannya dengan tiba-tiba karena panik saat ditelepon Yora.

Dengan telaten Karina menyuapi adiknya. Satu suapan, dua suapan sampai habis. Tidak ada yang memulai percakapan sama sekali.

"Kak, maafin Aera. Selama ini selalu bikin Kakak repot." Aera mati-matian menahan tangisnya. Ia tahu seberapa bekerja kerasnya Karina untuk membiayai sekolah Aera dan kehidupan mereka berdua.

Karina menghela napas panjang. "Rajin belajar, do'akan juga Ayah dan Ibu yang udah di alam sana. Oke?"

Aera mengangguk. Ia lekas memeluk erat tubuh sang Kakak.

Karina mendadak menahan tangisnya. Ia tidak ingin rapuh di hadapan sang adik. Dia harus kuat.

To be continue!

Spam komen dong gaiisssss!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Spam komen dong gaiisssss!

NC NCT DREAM ✔️Where stories live. Discover now