Dengan mereka jadi penasaran seperti ini menambah kadar kegawatan bagi kami, namun di satu sisi merupakan tanda baik bahwa Russel sudah kembali berada dekat kami walau aku masih belum tahu penyebab tadi sempat terputus.

Aku baru mau mengangkat tangan, melirik pesan yang masuk namun walkietalkie ditangan Arion sendiri berkeresak disusul terdengar jerit panik.

Sejurus kemudian kami terlompat kaget ditempat karena mendengar suara seperti petir diatas kami.

"ARION!"
Keresak suara keluar dari walkietalkie.
"AWAS! HELI SEPERTINYA AKAN JATUH TEPAT DITEMPAT DIMANA KAU BERADA-"

Heli ?

Bagai ada yang meremas jantungku, benar terdengar suara mesin melengking semakin mendekat serta desauan angin bergemuruh.

NGUIIIIIIINGGGGG-

Aku yang masih terlalu bingung dengan apa yang telah terjadi akhirnya hanya bergerak mengikuti Ryan yang tangannya mengulur menarik bahuku serta tangan satunya menarik tas berisi peluru senjata.

Rasanya hanya sempat berlari beberapa langkah sebelum aku menoleh melihat bagaimana beton atas langit-langit koridor belakang kami berkeletak terbelah memunculkan moncong heli yang langsung menghantam lantai penjara.

Ryan seperti baru akan mengomeliku karena berhenti dari lari namun ia terdiam dengan sendirinya juga.
Kami sekarang sama terkejut menyaksikan diantara asap abu heli keberadaan dua pilotnya yang sudah mati terjepit.

Namun perhatian kami lebih jatuh pada lima tentara yang duduk di penumpang belakang masih hidup, berusaha cepat melepaskan diri dari ikatan dari sabuk kursi pengamannya.

Bilah heli masih berputar empat kali menghantam atap sebelum membanting patah kelantai diikuti mesin heli redup mati dengan sendirinya.

Mulai terdengar suara geruduk kaki yang memanjati atas helinya. Aku yakin itu suara langkah zombie yang berusaha mencari celah masuk dari lubang atap heli.

Ryan mulai menarikku mundur hingga kami tahu-tahu bertabrakan dengan Arion yang dengan tangannya masih menggenggam tas Timmi masih berdiri dibelakang kami begitu pula anak buahnya.

Ia lanjut berbisik pada anak buahnya sebelum lanjut melarikan diri begitu saja duluan.

DHAAR!

Satu letusan pistol menggema di sekitar . Ketika aku menoleh lagi , salah satu dari tentara dalam heli membuka tembakan keatap diatasnya sebelum jatuh merosot satu zombie laki laki berseragam sekolah.

Saat itu juga Ryan mendorong bahuku supaya berbalik melanjutkan melarikan diri.
Kami mengikut saja arah pria bawahan Arion itu didepan kami berlari sembari berusaha mengabaikan suara teriak-teriak jerit panik tentara yang masih terjebak di heli diantara geraman geraman zombie.

Saat akan berbelok menuju koridor kiri, aku baru menyadari Ryan sudah tak lagi disampingku melainkan belakangku dan mulai membuka tembakan kebelakang juga, hingga membuatku sadar para kanibal berhasil menembus lewat runtuhan heli.

Dan jantungku pun mencelos mengingat bagaimana gerombolan zombie rata rata jenis level dua yang rata rata berada dijalan luar penjara tadi.

O shiiit-

Baju serta leherku tiba tiba terasa tertarik ketika aku ingin menoleh melihat keadaan Ryan. Sesaat aku menyadari tangan bawahan Arion itu terulur menangkap paksa supaya aku tetap mengikutinya.

"DIAM!,"
Bentaknya keras saat aku bergelut. Tangan kanannya mencabut sebilah pisau dari saku celana.
"Kau harus tetap ikut denganku!"

DHARR!

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Dec 06, 2022 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

RED CITY : ANNIHILATION Donde viven las historias. Descúbrelo ahora