EKSTRA PART

6K 280 23
                                    

Tepat hari ini seminggu berlalu ustadz Abi meninggalkannya tak bisa lagi bertemu di kehidupan ini. Hari demi hari Shaqira bisa lewati dengan dukungan orang-orang terdekatnya. Tidak mudah bagi Shaqira mengikhlaskan ini. Hari-harinya terasa hampa, tidak ada ustadz Abi dengan sifat yang kadang bucin, kadang dingin, kadang perhatian intinya Shaqira rindu dengan semua yang berkaitan dengan ustadz Abi. Bisakah ia meminta pada Allah untuk dihidupkan kembali ustadz Abi? Bolehkah ia egois untuk permintaannya ini? Shaqira merasa separuh dari hidupnya sudah hilang, bagaimana bisa ia menjalankan hari-harinya dengan baik jika saja separuh kehidupannya sudah pergi. 

"Nak, sarapan dulu yaa," pinta umi. Kondisi badan Shaqira cukup memperihatinkan ditambah lagi dengan calon anaknya yang tidak mendapat nutrisi yang cukup. Jika tidak dipaksa untuk makan Shaqira tak akan mau makan. Bukan tidak sayang pada anaknya terkadang satu suap makanan yang masuk dalam mulutnya langsung muntah. Itu yang membuat Shaqira tidak mau makan.

Shaqira menjawab hanya dengan gelengan. Shaqira masih di pesantren entah kenapa hatinya rasa ustadz Abi akan balik. Tapi itu hal yang sangat tidak mungkin.

"Biar Reno aja umi!" Duduk di dekat umi membawa sebuah piring di tangannya dengan lauk pauk. Yang dibalas anggukan, sebelum umi pergi ia menepuk-nepuk pundak Reno.

"Kak Shaqira!" panggil Reno.

"Lo harus makan yaa, kasian anak Lo!" sambungnya.

Shaqira memeluk Reno. "Reno gue gak kuat!" ucap Shaqira terdengar lirih. Shaqira bisa saja terlihat kuat di depan orang lain tapi, berbeda jika bersama Reno.

"Kak! Tatap mata gue!" Melepas piring yang ia pegang lalu memegang pundak Shaqira. Shaqira menurut menatap mata adik kesayangannya.

"Gue yakin kakak gue ini kuat! Kakak gue ini gak selemah yang orang lain bilang! Kak biarin kak Abi tenang di sana, jangan bebanin dia dengan air mata yang terus ngalir ini!" Mengusap air mata kakaknya dengan jempolnya.

"Dengan Lo seperti ini gak mau makan, kak Abi pasti sedih liat Lo kak! Apalagi anak Lo butuh asupan kak!"

"Gue mohon kak Lo jangan egois, kasian anak Lo kak!"

"Gak! Nanti gue muntah!" Menggeleng ada rasa takut untuk makan, takut akan terulang lagi.

"Gak papa nanti gue yang beresin!" Berbeda dengan Reno yang memiliki sifat dewasa dalam dirinya. Reno sangat jarang mengungkapkan rasa sayang pada sang kakak tapi ia lebih ke membuktikan.

"Lo mau gue ceritain gak? Tapi gak usah deh nanti Lo ketawain gue lagi!"

"APA?!"

"Janji dulu!" Mengangkat jari kelingkingnya untuk ditautkan pada tangan sang kakak.

"Hm!"

"Satu suap aja yaa!" pinta Reno yang dibalas anggukan Shaqira.

"Satu bulan yang lalu ada murid baru di kelas gue, keliatannya dia itu  backpacker cowok!" Shaqira menyimak cerita Reno sambil mengunyah makanan yang disuapin Reno.

"Pada suatu waktu ia terlambat masuk kelas kebetulan mapel kita tuh  kimia selain pelajaran yang cukup sulit gurunya juga bisa dibilang killer. Tapi tidak untuk gue yang anak kesayangan hehe!" Mendengar itu Shaqira menjitak kepala Reno. Sesekali juga Reno menyuapi Shaqira hingga setengah dari piring sudah habis. Mungkin ini trik yang ampuh untuk membuat sang kakak mau makan, mungkin karena terlalu memikirkan dengan apa yang terjadi kalau ia makan itu yang membuat dirinya muntah-muntah. Makanya ia akan membuat Shaqira untuk mengalihkan perhatiannya.

"Emang bener kok, temen gue banyak yang iri sama gue."

"Pokoknya si anak baru ini malas banget gak pernah ngerjain tugas! Nah kebetulan pas dia telat di kelas lagi ngerjain tugas yang kemarin di papan tulis, saat itu juga si anak baru ini di suruh ngerjain tugas 5 soal sendiri. Lo tau kak si anak baru ini dengan gampangnya ngerjain itu tugas dalam waktu 5 menit kira-kira satu soal satu menitan. Dan yang paling wow nya jawabannya benar semua! Keren banget kan!"

"Tapi bagian sedihnya gue ada saingan di kelas dan Bu kimia itu lebih sayang sama si anak baru itu, jadinya gue anak kedua kesayangan gak jadi satu-satunya lagi!"

"Boleh ketawa gak?" tanya Shaqira terkekeh.

"Tadinya sih, gak boleh tapi kalau sekarang boleh deh! Apa sih, yang gak boleh buat kakak gue ini!" Melepas piring yang ada ditangannya lalu memeluk kakaknya.

"Kak janji yaa sama gue buat selalu tersenyum, bagaimana pun juga gue selalu ada di samping Lo!"

Satu bulir air mata Shaqira jatuh. "Makasih yaa Reno!"

Reno tak menanggapi perkataan kakaknya. "Kak kita balik ke rumah yaa kasian mami sama papi khawatir, setelah itu Lo mau balik kesini lagi gak papa, tapi untuk saat ini kita pulang dulu!" pinta Reno.

Shaqira mengangguk. " Maaf yaa udah buat kalian khawatir!"

"Hm, Lo izin sama umi sama Abi gih!"

"Oke, Lo bantu beresin baju gue seperlunya aja oke!"

"Iya deh demi Lo!" Shaqira mengecup pipi Reno membuat sang empu dibuat kesal.

"Najis kak!" Shaqira hanya terkekeh pergi meninggalkan Reno.

Setelah meminta izin pada umi dengan Abi Shaqira sudah siap-siap untuk berangkat ke rumah mami. Sebelum itu ia pergi ke pondok untuk pamitan pada Ratna dengan Dewi tak lupa juga dengan ustadzah Aisyah, ustadz Zaki dan ustadzah Ika. Dirinya juga sudah tau dengan apa yang dilakukan ustadzah Ika pada dirinya. Belajar berdamai dengan keadaan itu yang Shaqira lakukan saat ini.

"Kak Shaqira jangan lama-lama yaa! Kakak kami ini kuat!" ucap Ratna.

"Kak Shaqira kakak terkuat dan terhebat yang kami miliki!" sambung Dewi.

"AAAA makasih sayang kalian banyak-banyak, insyaallah nanti aku bakalan balik, jaga diri baik-baik yaa!" Memeluk Ratna dengan Dewi.

"Pasti kak, kakak juga yaa, jaga keponakan kita yaa!"

"Iya, ini buat kalian!" Melepas pelukannya.

"Diambil yaa kalau gak diambil kakak gak akan kesini lagi!" ancam Shaqira.

"Hm iya kak, makasih yaa."

"Sama-sama, kalau gitu aku pergi yaa, Assalamualaikum!"

"Iya kak hati-hati, wa'alaikumussalam!" Shaqira berjalan menuju ruang guru kemungkinan yang ia cari berada di sana. Dan benar saja mereka ada di sana jadi Shaqira tidak perlu repot-repot mencari lagi.

"Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumussalam!" jawab semua orang yang  di dalam.

"Shaqira mau pamit pulang dulu, kalau ada salah Shaqira mohon maaf yaa, Assalamualaikum!"

"Kami juga yaa, Wa'alaikumussalam!" Shaqira tersenyum lalu keluar.

Ustadzah Aisyah, ustadzah Ika dan ustadz Zaki keluar mengejar Shaqira.

"Shaqira!"

"Aku minta maaf yaa atas semua kesalahanku!" ucap ustadzah Ika.

"Iya gak papa Shaqira udah lupa kok!"

"Shaqira juga minta maaf ya sama kalian!"

"Aku juga minta maaf Shaqira," ucap ustadzah Aisyah.

"Iya ustadzah Aisyah gak pernah salah kok!"

"Ustadz Zaki jomblo Shaqira pamit dulu ya!"

"Eh dasar bocah!" Semua orang yang ada di sana terkekeh mendengar ucapan Shaqira.

"Hehe maafin Shaqira yaa!"

"Shaqira gue percaya Lo kuat! Sabar-sabar yaa إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ"

"Iya ustadz Zaki makasih yaa!"

"Shaqira pamit yaa Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumussalam."

Shaqira berjalan keluar, menelisik setiap bangunan pesantren yang akan ia tinggalkan. Semua kenangan dengan ustadz Abi masih terekam jelas. Suami yang selalu mengerti akan keinginannya. Shaqira pamit dulu yaa ustadz Abi sayang, Shaqira mau ke rumah mami dulu, nanti Shaqira pasti balik lagi. Sayang ustadz Abi banyak-banyak.

Ini yaaa.....

Gimana-gimana kalau aku buat cerita anaknya Shaqira sama ustadz Abi menurut kalian gimana?

Kalau kalian kangen ustadz Abi aku udah post suara ustadz Abi di tiktok yaa kalau kalian lupa jus4lpuk4t  yaa kalau mau juga nih Ig ku deliya_urhmi okeee

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Where stories live. Discover now