ENAM

7.6K 562 5
                                    

Saat ini dua keluarga sedang berkumpul untuk melaksanakan akad."Saya terima nikah dan
kawinnya Raisya Shaqira Ningsih bin Muhammad Irfan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap ustadz Abi dengan satu tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi."

"SAHHH!"

Saat ini Shaqira sedang berada di kamarnya memantau keadaan lewat monitor yang terhubung dengan keadaan di bawah. Shaqira di temani sahabatnya siapa lagi kalau bukan Kinanti dan Raya hanya mereka yang mampu bertahan berteman dengan Shaqira karena sifat jail dan keras kepala Shaqira jadinya sahabatnya dua biji, toh yang banyak aja belum tentu ada disaat kita terpuruk.

"Bagaimana ini, gue sayangnya sama Al kenapa harus nikah sama orang yang bahkan gue gak sama sekali sayang, bahkan gue hanya kenal sebagai guru ngaji adek gue," ucap Shaqira lirih, air matanya terus mengalir.

"Jangan nangis terus make up Lo luntur, mata Lo juga sembab, Lo gak kasian apa liat Raya poles muka Lo terus." Saat ini Kinanti yang berbicara mengomeli Shaqira yang terus menangis sedangkan Raya fokus memperbaiki make up Shaqira yang luntur karena air matanya.

"Emangnya Lo udah hubungi Al," tanya Raya yang membuka suara sejak tadi dia hanya fokus pada muka Shaqira.

"Nomornya nggak aktif," jawab Shaqira lemah.

"Udah jalanin aja ustadz Abi juga nggak kalah ganteng sama Al, tapi Lo harus hati-hati soalnya secara kan ustadz Abi itu galak," ujar Kinanti dengan mengejek Shaqira.

"Lo ngedukung atau nakut-nakutin gue sih," sahut Shaqira memanyunkan bibirnya.

"Eh lihat-lihat udah sah tuh." Heboh Raya yang menyimak jalannya akad melalui monitor.

Shaqira kembali menangis tersedu-sedu mendengar ucapan dari Raya.

"Jangan nangis lagi, gue udah lelah benerin make up Lo," ucap raya.

Tok

Tok

"Masuk aja." Seseorang membuka pintu kamar Shaqira. "Eh, kok nangis?" tanya umi yang diikuti mami Yuli di belakang. Shaqira gelagapan mengusap air matanya ternyata umi yang masuk Shaqira tidak mau ada orang yang merasa bersalah, apalagi umi walaupun baru kenal Shaqira merasa umi juga maminya. Shaqira emang jail dan keras kepala tapi kalau berhadapan dengan orang tua sifatnya itu seperti hilang dari dalam diri Shaqira.

"Eh, gak kok umi Shaqira terharu." Bohong yaa Shaqira bohong tapi ini demi menjaga perasaan umi. Umi memeluk Shaqira. Sedangkan mami Yuli hanya menatap Shaqira, mami Yuli tahu apa yang membuat Shaqira menangis, jawaban Shaqira juga bohong, di dalam hati mami Yuli tersirat rasa bersalah, tapi ini demi kebaikan Shaqira. Kinanti dan Raya berpelukan mereka tahu Shaqira berbohong, tapi mereka juga tidak bisa menolong Shaqira, air matanya luruh.

"Udah yuk kita ke bawah," ucap mami Yuli. Shaqira hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Eh tunggu dulu Raya mau perbaiki make up Shaqira dulu." Cegah Raya.

"Nak makanya jangan nangis temen kamu udah lelah tuh mukanya cemberut."

"Iya umi Raya udah gregetan banget sama Shaqira," jawab Raya dengan wajah kesalnya, sambil memoleskan make up ke wajah Shaqira.

"Iya maaf deh Raya CANTIKK!" Dengan menekankan kata cantik agar sahabatnya itu tidak marah lagi.

"Yeyee finish," ucap Raya dengan semangat. Saat ini Shaqira memakai baju pengantin yang simple namun terlihat elegan mewah cantik.

Shaqira turun ke bawah melihat keadaan sekitar, semua tatapan menuju padanya, dia malu akhirnya menundukkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaqira turun ke bawah melihat keadaan sekitar, semua tatapan menuju padanya, dia malu akhirnya menundukkan kepalanya. Shaqira sudah duduk di bangku bersama ustadz Abi yang sudah disediakan.

"Nak ayokk cium tangan suami kamu," ucap umi pada Shaqira yang hanya menunduk malu. Shaqira ragu mendongak untuk melihat ustadz galak, tapi umi menyuruhnya untuk melakukan itu, akhirnya Shaqira memberanikan diri untuk mendongak dan alhasil ustadz Abi sedang menatapnya kedua sorot mata itu bertemu, tak perlu lagi untuk takut menatap. Shaqira meraih tangan ustadz Abi untuk mencium tangan suaminya, setelah itu ustadz Abi menaruh tangannya diatas kepala Shaqira tepat diubun-ubun untuk membacakan do'a. Darah Shaqira seperti berhenti berdesir jantungnya berdegup kencang. Setelah selesai ustadz Abi berbisik pada Shaqira. "Muka Lo jelek kalau udah nangis." Ustadz Abi mengatakan itu karena melihat mata Shaqira yang bengkak, make up Shaqira tipis tidak tebal makanya kelihatan kalau dia habis nangis. Shaqira tersadar dari lamunannya, apa dia bilang jelek, cantik gini dibilang jelek.

"Cantik gini dibilang jelek." Sewot Shaqira. Mami Yuli yang berada di dekat Shaqira bertanya. "Siapa yang jelek?" tanya mami Yuli.

"Shaqira cantik nggak Mii?"

"Cantik lah anak mami gitu." Mendengar jawaban mami, Shaqira menjulurkan lidahnya ke ustadz Abi, sedangkan sang empu hanya geleng-geleng kepala melihat Shaqira, sepertinya dia harus banyak-banyak bersabar menghadapi istri kecilnya. Ustadz Abi sengaja mengatakan bahwa Shaqira jelek, padahal istri kecilnya sangat cantik.

Semua mengantri bersalaman dengan sepasang suami istri itu, sahabat-sahabat ustadz Abi juga ada yang datang, mereka heboh melihat istri ustadz Abi yang cantik, terutama Ahmad paling heboh.

"Ustadz Abi mah udah nikah kita kapan?" ucapnya dengan raut wajah yang disedih-sedihkan. Sedangkan Fatih dan Dhani menahan malu melihat kelakuan sahabatnya yang bar-bar, semua orang yang sedang mengantri bersalaman menatap ke sumber suara.

"Nyesel kita ngajak Ahmad," ucap Dhani dengan wajah kesal menahan malu. Sedangkan Fatih hanya tersenyum melihat tingkah Ahmad.

Shaqira hanya memasang wajah cuek tidak memperdulikan mereka. Saat hendak bersalaman dengan dengan Shaqira, Ahmad berbisik. "Hati-hati nanti malam jangan sampai tidur bareng ustadz Abi soalnya dia itu sering ileran benar Ahmad nggak boho__"

"Khem!" Bisikan dari Ahmad terhenti saat ustadz Abi berdehem. Shaqira melihat ustadz Abi dengan wajah yang terlihat jijik.

"Dia bukan teman kita Abi," sahut Fatih yang membuka suara.

"Semoga Sakinah Mawaddah Warrahmah," ucap Dhani dan diikuti oleh kedua sahabat ustadz Abi.

"Aamiin," jawab ustadz Abi, sedangkan Shaqira memasang wajah datar.

"Kita pamit duluan soalnya ada acara di pesantren, kita ditunggu Assalamu'alaikum." Fatih membuka suara mewakili Dhani dan Ahmad.

"Wa'alaikumussalam," jawab Shaqira dan ustadz Abi.

...

Mami Yuli sedang berbincang bincang dengan umi, sedangkan papi Irfan dan Abi Yusuf pergi untuk mengantar keluarga pesantren yang ikut menyaksikan akad Shaqira dan ustadz Abi.

Shaqira sedang berada di kamarnya bersama ustadz Abi, bahkan belum mengganti pakaian yang dia pakai saat akad tadi, sekarang ia sedang asik memainkan ponsel, sedangkan ustadz Abi baru selesai keluar kamar mandi untuk melaksanakan sholat dzuhur.

"Sholatlah sebelum engkau di sholatkan!" ucap ustadz Abi pada diri sendiri, dia menyindir Shaqira yang sibuk dengan handphonenya padahal sepuluh menit lagi adzan dzuhur.

Shaqira terkejut mendengar ada suara seperti suara ustadz galak saat menghadap kebelakang ternyata yaaa. "Lo nyindir gue yaa, wait siapa yang ngizinin Lo masuk kamar mandi gue!"

Ustadz Abi keluar dengan memakai pakaian jubah warna putih yang membuat siapa saja pangling melihat nya kulitnya yang putih dan yaa jangan lupakan hidungnya yang mancung terlihat ganteng, tapi Shaqira belum terpesona di hatinya masih ada Al. "Mami yang nyuruh." Karna saat Shaqira berada di dapur untuk mengisi perutnya, ustadz Abi di suruh mandi di kamar Shaqira, saat Shaqira masuk tadi dia juga tidak tahu bahwa ustadz Abi sedang berada di kamar mandinya.

"Yaudah gue mandi dulu dan yaa gue gak sholat jadinya Lo sholat ke masjid aja," ucap Shaqira memasuki kamar mandinya dengan menutup pintu kamar mandi dengan kencang. Ustadz Abi tersentak, mungkin dia harus terbiasa dengan sikap Shaqira yang begitu, ini tugasnya untuk membuat Shaqira menjadi lebih baik lagi.

Jangan lupa di share ke teman-teman kalian yaaa😁
Klik bintang dipojok kiri yaa👌

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang