LIMAPULUH

4.7K 359 16
                                    

Bagaimana bisa aku tidak memaafkan mu, setelah rasa cintaku mulai muncul.

Raisya Shaqira Ningsih.


Shaqira menyibukkan dirinya dengan membuat cemilan untuk dibagikan ke Ratna dan Dewi. Dekat dengan mereka seperti dekat dengan Kinanti dan Raya. Ia tak bisa selalu menghubungi sahabatnya karena disibukkan dengan kuliah mereka. Shaqira membuat pie susu yang sudah siap ia bagi pada Ratna dan Dewi.

"Ustadz Abi?" panggil Shaqira melihat ustadz Abi keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi, tapi setiap hari selalu rapi.

"Iya."

"Mau pie susu buatan Shaqira gak?" tanya Shaqira.

"Mau, tapi nanti yaa disimpan dulu," jawab ustadz Abi  mengacak rambut Shaqira pasalnya ia tidak memakai hijab. Ustadz Abi naik ke kamar meninggalkan Shaqira.

Shaqira ingin naik ke kamar untuk mengambil hijab namun bertemu lagi dengan ustadz Abi yang ingin keluar.

"Sibuk ya?" tanya Shaqira dengan wajah sedih. Padahal rencananya setelah mengantarkan kue pie pada Ratna dan Dewi, ia ingin mengajak ustadz Abi ngeteh di atas balkon menikmati pemandangan pesantren dari atas.

"Maaf, sebentar yaa?"

"Iya gak papa."

"Senyum dong!" Shaqira menampilkan senyum termanisnya pada suaminya.

"Masyaallah cantik banget sih sayang."

"Makasih ustadz Abi ganteng."

"Jangan panggil ustadz Abi, kan ini suami mu!"

"Terus enaknya panggil apa?"

"Sayang!"

"Ih masa?"

"Iya!"

"Oke sayang!" ucap Shaqira keceplosan. Ia menepuk pelan mulutnya malu.

"Kalau lagi malu tambah cantik."
Perkataan ustadz Abi semakin membuat rona merah pada pipinya.

"Ih apasi!"

"Duluan ya, wait for me to come back dear!" Mengecup dahi Shaqira singkat lalu pergi.

"Ustadz eh sayang!" panggil Shaqira malu-malu berlari mengejar ustadz Abi.

"Belum Salim," ucap Shaqira cengengesan. Shaqira mencium punggung tangan lalu membaliknya pada telapak tangan ustadz Abi. Bukannya lebay atau apa tapi Shaqira senang melakukan itu. Ustadz Abi juga melakukan apa yang Shaqira lakukan tadi membuat Shaqira semakin malu. Shaqira tidak bisa menahan salah tingkahnya, ia berlari masuk ke kamar meninggalkan ustadz Abi.

"Assalamualaikum sayang!" ucap ustadz Abi sedikit berteriak agar Shaqira mendengarnya.

"Wa'alaikumussalam. Sayang ustadz Abi banyak-banyak!" Menjawab dengan mengatakan itu membuat Shaqira semakin malu. Oh tidak bisa bagaimana ia bisa sesalting ini bersama ustadz Abi. Benar ternyata kisah cinta setelah halal lebih greget Shaqira telah membuktikannya. Ustadz Abi tersenyum mendengar jawaban Shaqira lalu pergi.

...

Ustadz Abi duduk sedang menunggu seseorang di kantin. Ia memilih tempat ini agar tidak timbul fitnah duduk berduaan di tempat sepi, tapi keduanya tak sempat berfikir untuk tidak berduaan dengan status ustadz Abi yang sudah berbeda. Banyak santriwati datang pergi hanya sekedar membeli minum atau pun makanan ringan, banyak juga yang berbisik-bisik melihat ustadz Abi dengan ustadzah Aisyah duduk berdua. Ustadzah Aisyah merasa risih melihat tatapan para santriwati yang seperti curiga padanya.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat