TIGAPULUHSEMBILAN

5K 393 5
                                    

Setelah selesai dengan makanannya, mereka duduk santai sambil saling  melempar candaan, menunggu waktu sholat magrib.

"Oneng kayaknya kalau ketemu temen gue seru deh!" seru Shaqira setelah menyimak candaan Oneng.

"Emang orangnya kayak gimana?"

"Kadang receh, jutek, judes, kalau ngomong kadang nyelengkit, tapi orangnya cantik!"

"Boleh tuh kenalin siapa tahu jadi jodoh," jawab Oneng cengengesan.

"Gak yakin gue."

"Emang Bu bos liat Oneng kurang ganteng?" tanya Oneng menyisir rambutnya ke belakang, tersenyum menaik turunkan alisnya. Shaqira yang melihat itu seperti melihat jamet. Maafkan Shaqira yaa Oneng tapi ganteng kok batin Shaqira.

"Bukannya gitu tapi, gak yakin gue Lo bisa akur, yang ada tiap hari adu mulut," jawab Shaqira cengengesan. Membayangkan Kinanti berjodoh dengan Oneng membuat dirinya senyum-senyum gak jelas. Bisa-bisa tiada hari tanpa adu mulut. Melihat Shaqira senyum-senyum gak jelas, ustadz Abi mengusap wajah Shaqira sampai ke mulut. Buru-buru Shaqira menghempaskan tangan ustadz Abi.

"Gak papa biar rumah tangga gue jadi rame," jawab Oneng asal.

"Rame sih rame tapi gak berbusa ke itu mulut tiap hari adu mulut!" sahut Banu.

"Yaa gak tau," jawab Oneng tersenyum kikuk. Semua orang disana menertawakan Oneng apalagi ustadz Zaki yang paling besar suaranya. Sepertinya ada dendam diantara mereka berdua. Suara adzan terdengar dari handphone ustadz Abi. Mendengar itu, semua orang berdiri berjalan keluar mencari masjid terdekat sebelum itu mereka menuju parkiran untuk mengambil sarung. Dulu ustadz Abi sempat bersekolah di SMA satu semester bersama Oneng, Banu, Zea dan anggota Balbara lainnya. Sebelum kenakalan ustadz Abi diketahui Abi Yusuf. Baru setelah diketahui Abi Yusuf ustadz Abi dipindahkan ke pondok tanpa ada penawaran lagi. Ustadz Abi memberikan syarat pada Abi Yusuf untuk mondok bersama ustadz Zaki. Abi Yusuf  mengiyakan. Akan tetapi ustadz Zaki awalnya tidak setuju bagaimana bisa ia mondok mengaji saja tidak bisa bahkan sholatnya saja kalau mau. Lain dengan ustadz Abi senakal apapun, ia tetap sholat. Itu pesan Abi Yusuf yang mutlak tidak boleh ia langgar. Dan jadilah ustadz Abi dengan ustadz Zaki mondok meninggalkan semua anggota geng motor Balbara. Geng motor Balbara terbentuk saat mereka menginjak kelas 3 SMP sampai sekarang.

"Lo bawa sarung gak Oneng?" tanya Banu.

"Astaga gue lupa!" jawab Oneng menepuk jidatnya.

"Cewek aja yang Lo ingat!"

"Tumben gue lupa badut!"

"Nama gue Banu bukan badut!" menggeplak kepala Oneng.

"Gak cocok, nama Lo Kebagusan!" jawab Oneng berlari takut diamuk Banu.

"Awas Lo Oneng!"

"BOS PINJEM SARUNG SATU!" teriak Oneng yang sudah sampai duluan di parkiran. Semua orang yang berada di sana menatap Oneng, membuat ia tersenyum kikuk. Bukan Oneng namanya kalau gak buat malu. Sedangkan ustadz Abi tetap terlihat dengan wajah datarnya.

Sekitar 100 meter dari cafe akhirnya mereka menemukan masjid. Setelah sholat ustadz Abi dengan Shaqira pamit pulang. Ustadz Zaki juga langsung balik ke pesantren. Saat perjalanan pulang Shaqira lebih fokus dengan handphone tak ada pembicaraan dengan ustadz Abi. Sampai akhirnya ustadz Abi berbicara memecahkan keheningan.

"Besok kita pulang!"

Shaqira menoleh melihat ustadz Abi yang fokus menyetir.

"Harus besok banget ya?"

"Iya, umi sama Abi kangen menantu nakalnya." Tetap fokus menyetir tanpa menoleh pada Shaqira.

"Umi sama Abi pernah menghubungi ustadz Abi?" tanya Shaqira.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Where stories live. Discover now