TIGA

8.5K 574 19
                                    

Sepulang sekolah Shaqira langsung rebahan, mengingat kejadian-kejadian manis bersama Al itu sudah membuat Shaqira menjadi bahagia.

Tok
Tok

Mami masuk tanpa mendengar jawaban sang empu. Setelah melihat siapa yang masuk "Mami ada apa?" Tanya Shaqira.

"Kamu tinggal dua bulan lagi lulus kan?"

"Iya mi nggak nyangka banget secepat ini, kira-kira Shaqira kuliah dimana yaa mii, atau luar negeri aja" jawabnya dengan antusias. Mami Yuli sendu menatap Shaqira, apakah ini terlalu cepat tanyanya sendiri dalam hati.

"Kenapa Mii, kok mami kayak sedih gitu"?

Sebenarnya mami Yuli juga tidak mau menjodohkan Shaqira tapi ini demi kebaikan anaknya.

"Nggak ada kok, kamu bersih-bersih dulu terus kita makan." sambil tersenyum manis.

Kok aneh yaa

...

"MAMIIII PAPIIII ADEKKKU TERCAYAAANG.........AMMMM COMINGGG" teriaknya menggelegar sambil turun dari tangga. Semua menutup telinga yang ada di meja makan, suaranya yang memekakkan telinga.

"Shaqira inget kamu cewek Lo masak suaranya kayak toak masjid." ucap mami Yuli sambil mengusap-usap telinganya.

"Maaf Mii soalnya Shaqira lagi seneng." tersenyum sambil menampilkan deretan giginya yang putih.

"Emang seneng kenapa sih ni anak papi."

"Tau gak pii.." menjeda ucapannya.

"Nggak" sahut Reno dengan cepat adeknya Shaqira.

"Nggak nanya sama kamu dek." sambil menjulurkan lidahnya seperti anak kecil, selain jail Shaqira juga kelakuannya seperti bocah ditambah manja.

"Tadi Al bilang kalau dia mau kuliah di luar negeri, terus dia mau ajak aku juga pii di fakultas yang sama, terus dia bilang kalau kita udah lulus kita mau nikah." Menceritakan kejadian tadi saat di sekolah dengan antusias, senyumnya tidak pernah lepas dari wajahnya.

Uhuk ..
Uhuk..

Papi sama mami kompak terbatuk-batuk mendengar kata nikah, kalau masalah ingin kuliah diluar bersama Al sudah dia dengar dari kemarin.

Sontak Shaqira kaget kok...

"Papi sama mami kayak anak kecil." ucap Reno dengan wajah dinginnya, Reno walaupun masih SMP sudah jadi incaran kakak kelas atau pun temen seangkatan di sekolahnya, Reno sangat pintar dan pastinya ganteng titisan dari papi Irfan yang ganteng sama mami Yuli yang cantik, intinya bibit unggul lah.

"Adeknya Shaqira yang ganteng nggak boleh gitu sama orang tua." ucapnya dengan lembut, Shaqira ini sifatnya banyak yaa gaes bisa jadi lembut bisa juga jadi galak pokoknya bisa semua mah Shaqira.

Reno hanya memutar bola matanya malas.

"Dih dibilangin."

"Udah-udah jangan ribut depan makanan, tidak baik." sahut papi Irfan menengahi perdebatan kedua anaknya. Shaqira hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah selesai makan, Shaqira dan keluarga sibuk dengan masing-masing, mami papi menonton TV di ruang keluarga, sedangkan Shaqira dan Reno belajar walaupun besok hari Minggu mereka tetap menjadikan tugas yang diberikan oleh guru di ruang tamu, bukan mereka tak punya meja belajar akan tetapi mereka lebih senang ketika bersama karna mereka selalu saling membantu walaupun adanya perdebatan-perdebatan itu hal yang biasa terjadi antar adek kakak.

...

Sekarang waktunya Reno belajar mengaji dengan ustadz Abi, Reno bukannya tidak bisa mengaji namun mami Yuli menyuruh ustadz Abi untuk mengajarkan anaknya ngaji kitab, entah hidayah apa yang datang pada Shaqira tanpa disuruh oleh mami dia sudah siap dengan hijabnya untuk ikut mengaji. Shaqira turun ke bawah untuk mengaji bersama Reno yang akan diajar oleh ustadz Abi.

"Assalamu'alaikum ustadz galak." sapa Shaqira.

"Wa'alaikumussalam" jawab ustadz Abi dengan wajah datar, hanya melihat Shaqira sekilas. Karna Shaqira belum mahramnya.

Cantik

Astagfirullah ucap Abi dalam hati dan langsung menepis pikiran nya.

"Ustadz, Reno mana yaa?"

"Lagi ke toilet."

Shaqira hanya menjawab dengan ber oh ria. Setelah itu Reno datang dan memulai mengaji.

Ting
Ting

"Ustadz Shaqira izin buka pintu yaa soalnya mami lagi ke warung, kalau papi mungkin lagi di ruang kerjanya." ucap Shaqira panjang lebar dan hanya dijawab anggukkan oleh sang empu. Shaqira berdecak kesal udah ngomong panjang lebar hanya dijawab anggukkan. Reno tertawa mengejek sang kakak yang dibuat kesal oleh ustadznya, Shaqira menatap Reno dengan tatapan nyalangnya, setelah itu membuka pintu.

"Al.. Kenapa bisa ke sini?

"Emang aku nggak boleh main yaa ke rumah kamu?" tanyanya sambil tersenyum manis.

"Bukannya gitu, tapi kan mami......" ucapnya menggantung.

"Nggak usah khawatir aku udah izin sama mami bawa kamu keluar."

Ahh kok bisa yaa dikasih izin keluar tanya nya dalam hati pada dirinya, ahh sudahlah yang penting diizinin keluar yeyyee.

"Kok ngelamun sih?" ucapnya sambil mengusap kepala Shaqira yang berbalut hijab, usapan itu membuat buyar dalam lamunan, jantungnya berdetak kencang dari biasanya.

"Hehe, kalau gitu aku kasih tau ustadz Abi dulu." Al hanya mengangguk sebagai jawaban, Al sudah kenal dengan ustadz Abi karna Shaqira sering menceritakan tentang ustadz yang mengajar adiknya, namun siapa sangka ustadz Abi hanya galak pada Shaqira saja tidak dengan Reno makanya Shaqira memanggil ustadz Abi dengan ustadz galak.

"Ustadz galak, Shaqira nggak bisa lanjut ngajinya soalnya temen Shaqira ngajakin keluar, tenang aja mami udah izinin kok."

"Iya hati-hati."

"Cie-cie perhatian nii yee." mengejek ustadz Abi, namun ustadz Abi tidak menghiraukan ucapan Shaqira, tapi di dalam hatinya terasa panas, bukan masalah ustadz Abi yang mencintai dalam diam, tapi Abi melihat perlakuan Al seperti mencintai Shaqira, tadi pun Al mengusap kepala Shaqira yang tertutupi hijab itu yang membuat hatinya terasa panas, ustadz Abi melihat nya dengan mata kepalanya sendiri karna tempat mereka mengaji di depan ruang tamu dan itu berhadapan dengan pintu utama.

...

Saat ini Al dan Shaqira tengah berada di cafe. Mereka tengah berbincang bincang tentang keinginan mereka ingin kuliah di luar negeri. Orang tua Al sudah mengizinkan namun Shaqira belum membicarakan itu dengan serius dengan kedua orang tuanya.

"Sha, kamu lebih cantik pakai hijab" menatap Shaqira dengan lembut. Shaqira gelagapan di tatap begitu jangan lupakan wajahnya seperti merah tomat ditambah lagi di bilang cantik lagi.

"Hm.. kamu bisa aja." jawab Shaqira sambil cengengesan.

"Kok merah?"tanya Al sambil mengusap pipi Shaqira yang memerah. Lo bisa nggak giniin gue, keluar deh jantung gue nih, bukan maen jantung Shaqira berpacu lebih kencang seperti telah mengikuti ajang lari maraton. Ah bisa aja ni lebaynya Shaqira hihihi.....

"Hm... Pulang yuk, makanannya juga udah habis". Al menggambil kunci dikantong celananya terus berdiri, diikuti oleh Shaqira.

Jangan lupa teken bintang dikiri yaaaa👌

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora