LIMA

7.9K 524 4
                                    

Saat ini keluarga Shaqira selain Reno, sudah duduk di ruang tamu tidak lupa dengan keluarga ustadz Abi. Shaqira sempat bingung kenapa keluarga ustadz Abi pergi ke acara wisudanya padahal tidak ada ikatan keluarga hanya saja sebatas guru ngaji Reno, tapi Shaqira tidak mau ambil pusing yang terpenting dia bahagia di acara wisudanya walaupun harus di tinggalkan Al ke London.

"Shaqira," panggil papi membuatnya sedikit terkejut pasalnya Shaqira sedang melamun.

"Iya Pi."

"Kamu sayang sama mami papi?"

"Sayang lah Pi ko nanya gitu sih?"

"Kalau kamu sayang sama mami papi kamu turuti keinginan kami." Shaqira memicingkan alisnya emang apa keinginan orang tuanya.

"Mami sama papi mau menikahkan kamu sama ustadz Abi." Shaqira terdiam, apa dia salah dengar atau gimana, mami sama papi sudah tahu kalau Shaqira punya Al, Shaqira juga ingin kuliah keluar negeri bersama Al, ingin meraih cita-cita dan masih banyak lagi keinginan-keinginan Shaqira yang belum terwujud, tapi kenapa mami sama papi mau menikahkan dirinya.

Mami Yuli memegang tangan Shaqira membuat si empu tersadar dari lamunannya."Sha... Maafin mami tapi ini yang terbaik untuk kamu."

"Tapi, mami tahu apa yang Shaqira impikan, mami juga tahu kalau Shaqira sayang sama Al."

"SHAQIRA, TIDAK BOLEH SEORANG HAMBA TERLALU MENCINTAI SESEORANG SEBELUM HALAL BAGINYA!" Papi meninggikan suaranya, Shaqira menangis ini baru pertama kalinya papi membentaknya, kenapa semua ini harus terjadi sama dirinya, dia ingin menggapai semuanya iya semuanya. Keluarga dari ustadz Abi hanya terdiam melihat perdebatan antara anak dan orang tua.

Shaqira menarik nafasnya."Baiklah kalau itu yang membuat mami sama papi bahagia, Shaqira mau menikah," ucapnya dengan suara yang lirih.

"Shaqira tidak apa-apa kalau kamu menolak kamu jangan terpaksa pernikahan itu bukan permainan. Pernikahan itu seumur hidup suamimu bakal jadi teman hidup mu selamanya, jadi pikirkan saja dulu," ucap Abi Yusuf.

"Tidak Abi kalau mami sama papi yang nyuruh, Shaqira gak bisa nolak, menurut mami sama papi juga ini yang terbaik, insyaallah Shaqira ikhlas." Umi yang mendengar jawaban dari Shaqira membuatnya semakin yakin kalau ustadz Abi tidak salah memilih Shaqira.

"Umi bangga sama kamu nak, kamu sangat berbakti sama orang tuamu." Menyeka air matanya yang jatuh.

"Bagaimana dengan hari pernikahannya?" Mami yang membuka suara langsung bertanya pada semua orang di sana.

Ustadz Abi hanya terdiam, apakah dia salah ingin menikahi Shaqira yang tidak mencintainya, pikiran ustadz Abi kemana-mana dia merasa bersalah pada Shaqira.

"Kalau besok bagaimana?" sahut papi.

Shaqira dan ustadz Abi terkejut bukan main, apa papi udah gak mau ngurusin gue kali yaa makanya pengen cepet-cepet, pikiran Shaqira sudah terjangkit negatif, eh eh kayak virus aja terjangkit.

"Apa nggak kecepatan om," jawab ustadz Abi, Shaqira menatap ustadz Abi yang membuatnya saling bertatapan, ustadz Abi langsung memalingkan wajahnya.

Sok banget sih jadi ustadz baru ditatap malah gitu apalagi jadi suami, emangnya kurang cantik apa sih gue padahal mah yang ngantri banyak, Shaqira menggerutu didalam hati.

"Tidak apa-apa, lebih cepat lebih baik, bagaimana?" tanya papi Irfan menatap ustadz Yusuf abinya ustadz Abi.

"Kita serahkan keputusan pada mereka berdua." Tatap Abi pada Shaqira dan ustadz Abi.

"Abi bagaimana dengan kamu?" tanya Abi Yusuf. Ustadz Abi menatap Abi Yusuf. "Tanya sama Shaqira Abi?"
Shaqira menatap ustadz Abi sewot, sedangkan yang ditatap membuang muka acuh, bukan apa-apa tapi ustadz Abi hanya menjaga pandangan, kok dia yang ditanya, padahal Shaqira tidak ingin adanya pernikahan.

"Terserah sama mami papi," ucap Shaqira.

"Baiklah kalau kamu menyerahkan nya sama papi mami, besok pagi kamu akad, kita hanya menggundang keluarga dekat dan sahabat-sahabat kamu, kita adakan di sini." ucap papi dengan tegas.

"Umi boleh Shaqira bicara sama ustadz gal__" Shaqira menutup mulutnya, dia salah bicara nanti malah Abi sama umi yang tersinggung dengan sebutan ustadz Abi dengan ustadz galak. "Maksud Shaqira ustadz Abi."

"Boleh nak, kalian duduk di depan pintu aja, biar tidak timbul fitnah, kan banyak orang yang lewat," ucap umi dengan lembut.

"Iya umi." Melangkah ke depan pintu tanpa melihat ustadz Abi. Setelah duduk, Shaqira nyeletuk tanpa permisi. "Eh, ustadz galak! kenapa sih lo mau-mau dijodohin, kan banyak tuh ukhti-ukhti, jangan gue deh nanti kalau ustadz galak tahu kelakuan dan sifat gue nanti ustadz galak ilfeel, Shaqira mah kelebihan nakal daripada baiknya minus akhlak mah gue, coba ustadz galak pikir-pikir lagi deh nanti kalau sudah nikah terus ustadz galak tahu aslinya nanti diceraikan terus jadi janda, Shaqira tidak mau ustadz ga___" ucapan Shaqira terpotong mendengar decakan dari mulut ustadz Abi.

"Biar gue jawab dulu, Lo nanya tapi seolah-olah Lo gak kasih gue buat ngejawab." Shaqira cengo mendengar ustadz galak bicara dengan kata Lo gue. Sudah ku bilang kan kalau ustadz Abi itu punya masa lalu yang kelam tapi nanti tak kasih tahu pantengin aja dulu.

"Ustadz kok ngomong gue lo," sewot Shaqira.

"Gue bukan malaikat!"

"Tentang pertanyaan yang Lo utarakan tadi lebih tepatnya sih Lo itu curhat, gue tahu sifat dan kelakuan Lo seperti apa tapi gue akan bimbing Lo jadi lebih baik kalau kita berjodoh, buang pikiran konyol Lo, gue gak mungkin ceraikan Lo, gue yang milih Lo bukan gue dipilihkan!" Ustadz Abi bangkit dari duduknya, sedangkan Shaqira sedang memikirkan ucapan ustadz Abi yang mengatakan gue yang milih Lo bukan gue dipilihkan, ah masa seorang ustadz menyukai Shaqira yang setengah jadi-jadian pikirnya.

"Sampai kapan Lo mau bengong!" Shaqira terjingkak dari pikirannya yang bergelayut. Setelah melihat Shaqira sadar dari lamunannya, ustadz Abi melangkah masuk setelah tertunda melihat Shaqira bengong.

"Dasar ustadz galak!" Ustadz Abi bisa mendengar ucapan Shaqira dan mampu membuat lengkungan yang tipis dibibir ustadz Abi.

Saat ini Shaqira dan ustadz Abi sudah duduk. "Kalian berdua tidak usah khawatir, kami sudah mempersiapkan segala sesuatu yang kalian butuhkan untuk akad besok," ucap papi Irfan.

"Kalian hanya perlu persiapkan diri, kalau begitu kami pamit pulang Pak  Irfan," timpal Abi.

"Iya hati-hati di jalan, gak nyangka besok kita udah jadi besanan."

"Iya semoga besok berjalan dengan lancar, Assalamu'alaikum." Mereka saling bersalaman, kecuali Shaqira dan ustadz Abi, Shaqira masih kesal dengan ustadz galak, melihatnya saja dia ogah.

"Wa'alaikumussalam.'

Jangan lupa baca Al-Qur'an dulu yaa👌
Share cerita ini ke temen-temen kalian yaaa😁
Butuh saran dan kritik kalian.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora