TIGAPULUHENAM

5.4K 425 6
                                    

Saat ini ustadz Abi tengah membujuk Shaqira untuk minum obat, sekitar 30 menit ustadz Abi bersabar menunggu Shaqira dengan banyaknya alasan.

"Nolak lagi, aku cium nih!"

Mungkin dengan cara ini akan membuat Shaqira takut.

"Dasar mesum!"

"Gak papa yang penting udah ada label halal," jawab ustadz Abi santai jangan lupakan dengan muka datar nya seperti tembok pesantren Al-Fatah.

"Dih kayak makanan!"

"Kamu gak kasihan tangan saya sudah pegal," ucap ustadz Abi lembut. Kenapa ustadz Abi bilang gitu karena Shaqira tidak bisa meminum obat berbentuk tablet katanya gak bisa ketelen jadilah ustadz Abi menumbuknya sampai berbentuk bubuk lalu dikasih air sedikit.

"Tapi pait!"

"Namanya juga obat, kalau manis itu kamu," goda ustadz Abi yang mampu membuat Shaqira menahan senyum nya.

"Shaqira?" panggil ustadz Abi lembut. Shaqira menatap ustadz Abi seolah terhipnotis dengan suara ustadz Abi yang lembut.

"Buka mulutnya ya," ucap ustadz lembut supaya singa betina ini luluh. Dan yaa Shaqira membuka mulutnya menatap ustadz Abi sampai tak berkedip.

Melihat tanggapan Shaqira ia langsung memasukkan obat itu ke mulut Shaqira.

"Telen," ucap ustadz Abi memberikan minum pada Shaqira.

Alhamdulillah beres ternyata ampuh juga trik ini batin ustadz Abi.

"Pinter," ucap ustadz Abi menepuk-nepuk pelan kepala Shaqira.

Perempuan itu harus diperlakukan lemah lembut biar luluh.

"Gak pait," ucap Shaqira.

"Iya udah dijampi- dijampi," jawab ustadz Abi dengan santainya.

Shaqira langsung menggeplak lengan ustadz Abi keras membuat sang empu meringis.

"Permisi mas," ucap dokter muda itu tersenyum ramah pada ustadz Abi yang disenyumin mukanya datar-datar saja.

"Ada keluhan bu?" tanya dokter muda yang berparas cantik dengan jutek. Lah tadi senyum sekarang kusut tuh muka batin Shaqira.

"Tidak ada, saya masih muda Lo Bu dokter, masih imut malahan!" jawab Shaqira ikut jutek. Giliran ustadz Abi aja dipanggil mas lah gue ibu. Naksir nih dokter sama suami gue batin Shaqira.

"Tua an Bu dokter malah!" sambung Shaqira cengengesan. Membuat sang dokter semakin kesal dengan pasiennya ini. Shaqira dilawan. Sedangkan ustadz Abi diam menyimak perdebatan dua orang ini, jangan lupakan wajah datar nya.

Sambil mengecek keadaan Shaqira. "Gak papa yang penting suami saya nanti gak nyesal nikah sama saya!"

Lah lah kok bawa-bawa suami.

"Sayang, nyesal gak nikah sama aku?" tanya Shaqira dengan lembut. Meraih tangan ustadz Abi untuk ia genggam. Seru juga nih liat dokter ini panas. Ustadz Abi yang dibawa-bawa dalam arena perdebatan kedua wanita ini terkejut.

"Gak, bersyukur malah," jawab ustadz Abi kali ini dengan suara yang lembut. Saat ini ia berpihak pada Shaqira, bukan karena ia istrinya tapi memang benar ia bersyukur. Dan ya ustadz Abi tak mau melihat istri nya direndahkan oleh orang lain. Shaqira tersenyum menang.

Shaqira mencium tangan ustadz Abi. "Makin sayang deh."

Wajah dokter itu semakin kesal.

"Nanti sore kamu boleh pulang!"

"Iya Bu dokter," jawab Shaqira.

Dokter itu langsung pergi, saat diambang pintu Shaqira memanggilnya.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang