SEBELAS

6.7K 521 5
                                    

Setelah sholat dan melakukan wirid di masjid Ustadz Abi tidak sabar untuk langsung pulang ke rumah untuk melihat istri kecilnya, dengan berjalan agak cepat ia menabrak ustadzah Aisyah yang jalan dari arah yang berbeda, membawa sayur-sayuran untuk dimasak besok untuk sarapan. Semua sayuran yang di bawa jatuh ke lantai.

"Aduh!" eluh ustadzah Aisyah yang merasa pantatnya terasa nyeri yang menyentuh lantai yang dingin begitu keras.

"Maaf ustadzah saya tadi buru-buru!" Ustadz Abi merasa bersalah melihat ustadzah Aisyah.

"Iya tidak apa-apa ustadz," jawabnya sambil menunduk. Ia mencoba untuk bangun tapi hasilnya nihil, rasa sakitnya begitu sangat terasa. Melihat itu ustadz Abi bingung harus ngapain.

"Ustadzah tunggu!" perintah ustadzah Abi ia hanya dijawab anggukkan. Ustadz Abi langsung berlari mencari santriwati untuk membantu ustadzah Aisyah bangun, bukannya ustadz Abi tidak mau membantu tapi mereka tidak mau bersentuhan karena mereka bukan mahram.

"Ustadzah yukk saya bantuin," ucap salah satu santriwati yang dibawa ustadz Abi. Ustadzah Aisyah dibawa ke pondok, ustadz Abi datang dengan membawa aneka minyak seperti minyak urut, minyak kayu putih, zaitun dan masih banyak lagi macamnya ia binggung harus membeli yang mana, jadi semuanya dibeli.

"Ustadz kenapa banyak banget?" tanya santriwati dengan raut wajah yang kebingungan.

"Saya bingung harus beli yang mana," jawab ustadz Abi dengan polos, membuat santriwati dan ustadzah Aisyah cengengesan dengan jawaban ustadz Abi.

Sang empu hanya memasang wajah datar dengan respon mereka. "Nanti saya suruh umi kesini, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka kompak.

"Cie-cie ustadzah senyum-senyum sendiri, bahagia banget yaa di perhatiin sama ustadz Abi," goda santriwati itu pada ustadzah Aisyah yang digoda hanya menunduk sambil tersenyum.

...

Tanpa mengetuk pintu ustadz Abi masuk rumah, yang ia rasakan sepi mungkin umi sama Abi belum pulang pikirnya. Ia membuka pintu kamarnya sedangkan seseorang yang di dalam juga ingin membuka pintu.

Bugh..

Suara seseorang terjedot pintu, buru-buru ustadz Abi berkata. "Awas dulu!" Shaqira mendengar perintah ustadz Abi dari luar dan segera mundur ke belakang.

Shaqira mengusap-usap dahi yang terasa sakit, melihat itu ustadz Abi merasa bersalah.

"Sakit nih!" tunjuknya pada dahi. "Lo itu bisa ketuk dulu dong pintunya, gak punya sopan santun banget!"

"Kamar gue, " ucapnya dengan wajah datar, namun dibalik itu semua rasa bersalah muncul tapi egonya lebih mendominasi. Shaqira cengo mendengar jawaban dari ustadz Abi, memang benar sih ini kamarnya tapi kan ahh.

Ustadz Abi pergi keluar meninggalkan Shaqira sendirian yang terlihat mengusap dahi, tidak berdarah hanya saja mungkin memar pikirnya. Ia menggerutu melihat sikap ustadz Abi yang meninggalkannya Shaqira pergi menuju cermin yang terpampang dekat lemari, dipantulan cermin terlihat dahinya memar.

"Sini!" ucap ustadz Abi dengan memegang mangkuk yang berisi es batu dan kain di tangan kirinya kotak P3K ketika ingin menaruhnya di atas meja.

"GAK NANTI SAKIT!" tolaknya mentah dengan suara yang keras. Tanpa menjawab lagi ustadz Abi menarik tangan Shaqira dan mendudukkan di pinggir kasur.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Where stories live. Discover now