TIGAPULUHEMPAT

5.2K 416 21
                                    

Hm kurang banget 100 vote :v tapi gak papa, aku kangen kalian gimana dong:)

Jagalah dirimu dari sifat marah. Karena kemarahan itu dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan.

Ali bin Abi Thalib.

Raya menjelaskan kepulangan Al tanpa ada yang disembunyikan. Shaqira sempat tak percaya. Al juga sudah mengetahui statusnya.

"Siapa yang kasih tahu Al status gue?!"

"Al bilang, mami yang kasih tahu," jawab Kinanti.

"Saat Al mengetahui itu, ia langsung menelpon kami untuk menanyakan kabar apa benar kalau Lo udah nikah. Di situ kita ceritakan semuanya. Lo tau respon Al? Itu sangat di luar dugaan kami berdua."

"Di cafe itu saksi Al sangat frustasi dengan kabar Lo udah nikah, untung saja cafe masih sepi. Meja yang kita tempati patah dengan sekali tinju, jangan tanyakan keadaan tangannya sudah pasti berdarah sampai ada luka robek. Apapun yang ada di meja hancur berkeping-keping dibuatnya. Dan Lo tau kita yang ganti rugi, saat itu juga Al pergi entah kemana. Tapi ia sempat transfer ke gue tapi gue kembalikan."

"Cepat suruh Al kesini!"

"Dan jangan kasih tahu gue juga di sini!" sambung Shaqira. Air matanya sudah tak dapat ia tahan, semakin ditahan dadanya terasa sesak.

"Maafin kita Shaqira," ucap Raya memeluknya sangat erat. Sedangkan Kinanti menghubungi Al untuk kesini.

"Kalian gak salah, gue yang salah," jawab Shaqira lemah.

"Lima belas menit lagi Al sampai," ucap Kinanti duduk ikut memeluk Shaqira.

"Shaqira maafin kita berdua ya." Kali ini Kinanti yang meminta maaf.

"Udah lupain!"

"Lo nunggu di toilet mau kan?" tanya Raya.

"Iya nanti Lo chat gue," jawab Shaqira melenggang pergi ke toilet.

Raya dengan Kinanti saling bertatapan melihat Shaqira yang nampak lesu. Mereka berdua sempat tak setuju dengan Al untuk menyembunyikan ini semua. Namun jangan lupakan ini masalah Al dengan Shaqira jadi ia berhak melakukan itu selama dalam batas kewajaran. Terlihat diambang pintu Al celingukan mencari keberadaan Kinanti dengan Raya. Raya yang menyadari itu memanggil Al sambil melambaikan tangan.

"Maaf lama," ucap Al mendudukkan bokongnya. Kinanti langsung mengabari Shaqira.

"Gak kok, mau pesan minum?" tanya Kinanti.

"Coklat panas," jawab Al.

"Oke, gue langsung ke sana aja biar cepat." Al hanya mengangguk sebagai jawaban, sifat Al sekarang semakin lebih dingin dari kejadian itu. Jarang bicara, apalagi senyum.

"Eh Raya katanya Lo mau ke toilet tadi kan?" sambung Kinanti.

"Hah?" tanya Raya dengan binggung. Kinanti geram sudah dikasih kode kedipan mata tapi gak ngerti-ngerti. Dari mereka bertiga Raya yang paling lemot dalam hal diajak kerjasama, namun tenang saja dalam hal akademis mampu menandingi Shaqira. Didalam circle itu udah biasa jadi sabar-sabar aja, semua udah diatur sesuai porsi masing-masing.

"Mending Lo ikut gue mesen dulu, baru ke toilet!" ucap Kinanti setengah geram. Tanpa menunggu jawaban Kinanti yang akan membuat dirinya semakin geram. Dengan cukup keras ia menarik tangan Raya yang meringis kesakitan. Sedangkan Al sudah biasa melihat perdebatan sahabat ini saat masa-masa sekolah dulu. Apalagi ditambah Shaqira semakin ribut.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя