ENAMPULUHSATU

4.7K 247 40
                                    

Tanpa Shaqira dan ustadz Abi sadari ada seseorang yang tengah memata-matai mereka. Mungkin terlalu terbawa suasana sampai-sampai tidak engah dengan keadaan sekitar. Saat ini mereka tengah beres-beres untuk pulang sebelum itu ia akan melihat rumah yang ustadz Abi beli dulu baru pulang ustadz Zaki pun sudah tahu dengan rumah baru yang ustadz Abi beli.

"Shaqira gak sabar deh liat rumahnya!" terlihat jelas wajah Shaqira yang sangat antusias.

"Semoga kamu suka! Tidak sebesar rumah mami maaf!" mendengar ustadz Abi mengatakan itu Shaqira memeluk ustadz Abi dari samping, "Tidak apa-apa yang penting bareng ustadz Abi! Ustadz Abi tau?" menjeda perkataannya.

"Setelah hidup bersama ustadz Abi beberapa bulan ini Shaqira sadar harta tidak selalu menjamin Shaqira bahagia, yang membuat bahagia ternyata sangat sederhana cukup bersama orang tersayang dan dikelilingi orang-orang yang baik hanya saja Shaqira baru sadar sampai lupa bersyukur."

"Pokoknya suami Shaqira yang bernama Abiyan Habibie ini ter ter  the best gak ada tandingannya!"

"Sekarang Abi punya istri yang dewasa bukan anak kecil lagi!" terkekeh menepuk-nepuk kepala Shaqira pelan.

"Iya dong! Siapa dulu suaminya!"

"Ustadz Zaki mana?"

"Lagi ke toilet, kalau udah selesai langsung masuk mobil!"

"Oke siap!" Shaqira berjalan sendiri menuju parkiran mungkin ia akan menunggu di mobil sesuai perintah suaminya. Sekitar lima menitan Shaqira menunggu di mobil ia merasakan tenggorokan nya terasa kering mencoba mencari air yang tersisa namun sayangnya tidak ada hanya ada botolnya saja. Mungkin membeli air tidak sampai ustadz Abi bisa sampai mobil duluan pikirnya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi membeli air botol.

Wanita yang ada di depan sana Shaqira rasanya tidak asing, ia mencoba mendekati biar jelas. "Ustadzah Aisyah?" panggilnya ragu.

"I_yaa!"

"Lagi liburan yaa ustadzah?"

"Iya, sama siapa kesini?" tanya ustadzah Aisyah.

"Ustadz Abi sama ustadz Zaki, ustadzah Aisyah sendirian aja nih?" celingukan melihat kiri kanan ustadzah Aisyah.

"Iya mau me time sebelum balik ke pesantren," tersenyum simpul. Kali ini ia benar-benar bisa menerima takdirnya, tidak ada lagi Aisyah yang cengeng energi positif orang rumahnya bisa mengubah dirinya, bahkan mereka mampu membuat Aisyah balik ke pesantren. Aisyah izin berangkat sendiri ingin menikmati pantai dulu mau refresh otak.

"Kalau gitu bareng aja!" ajak Shaqira.

"Eh gak usah! Nanti ngerepotin!"

"Gak kok ustadzah, tapi Shaqira mau liat rumah dulu baru ke pesantren."

Ia sempat berpikir mau ikut atau tidak dengan Shaqira, tapi setelah dipikir-pikir lumayan juga ongkos nya bisa buat ditabung pikirnya.

"Oo gitu yaa gak papa aku ikut aja!"

"Kalau gitu Shaqira beli air minum dulu, tunggu sebentar yaa ustadzah!" berjalan dengan buru-buru biar ustadzah Aisyah tidak menunggu lama. Pantas saja ustadz Abi bisa luluh dengan Shaqira, mungkin banyak orang akan mengatakan tidak pantas dengan ustadz Abi tapi Aisyah yakin pasti ada satu kebaikan yang membuat ustadz Abi jatuh cinta yang tidak ada dalam diri orang lain. Memang cinta karena Allah itu tidak harus dengan orang yang sempurna melainkan seseorang yang dapat menyempurnakan, bukan hanya itu saja saling mengingatkan dalam kebaikan sampai bisa bertemu di jannah nya Allah itu adalah cinta yang sesungguhnya. Sebagai nahkoda yang baik akan mengantarkan penumpang nya sampai dengan tujuan yang dituju walaupun banyak rintangan, begitulah perumpamaan suami namun bukan hanya suami yang ikut berperan istri  yang baik akan mengikuti nahkodanya selama itu baik yang akan membuat nya selamat sampai tujuan.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Where stories live. Discover now