Part 53 : Rumaisha Asyifatul Adzkiya

16.8K 550 30
                                    

Hai gengs, ini chapter terakhir. Boleh aku minta kesan dan pesan kalian selama baca DMH? Tulis di sini 👇



🍂 Happy Readings 🍂

Sepasang netra hazel yang tadi masih dengan damai terpejam perlahan terbuka, melirik kanan kiri saat merasa dirinya kini berada di tempat asing, ah lebih tepatnya di salah satu ruangan di Rumah sakit. Tangan yang tadinya berada di samping tubuh terangkat memegangi kepalanya yang terasa pening, dahinya berkerut heran hal apa saja yang sudah terjadi saat dirinya tak sadarkan diri? Seingatnya, ia masih meringis menahan sakit di bandara. Seingatnya, ia juga tengah menangis memikirkan nasib suaminya yang berada di dalam pesawat yang dikabarkan hilang kontak.

"Arghhh, perutku sakit kembali." Si perempuan yang tak lain adalah Ayna tersebut memekik menahan sakit. Syukurlah teriakannya didengar oleh suster yang kebetulan akan masuk ke dalam ruangannya.

"Ibu tidak apa-apa?" tanya sang suster.

"Perut saya, Sus. Sakit banget rasanya." Ayna bergerak gelisah diatas bangsal, peluh keringat begitu membasahi keningnya.

"20 menit yang lalu Ibu udah pembukaan 3, biar saya panggilkan Dokter untuk memeriksa kembali." Sang suster hendak berlalu pergi namun Ayna sebelumnya mencekal lebih dulu pergelangan tangannya.

"Tunggu, Sus! Yang membawa saya ke Rumah sakit ini siapa? Apa supir saya?" Ayna bertanya sambil sesekali meringis kesakitan.

"Oh, saya tidak tau ya Bu. Yang pasti seorang laki-laki dengan raut wajah khawatir yang langsung membawa Ibu ke sini, saya tidak tau beliau siapa karena sekarang dia sedang berada di ruang Dokter. Bertanya tentang keadaan Ibu."

"Cowok itu nggak mungkin Mas Arqan," cicit Ayna pelan.

"Bagaimana, Bu?" tanya Suster yang hanya sedikit menangkap perkataannya.

"Ah, bukan apa-apa." Ayna menggeleng pelan.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, Bu. Saya akan panggilkan Dokter ke sini." Ayna mengangguk saja sebagai respon, perempuan itu lantas menatap langit-langit ruangan Rumah sakit sambil meringis kesakitan usai ditinggal sendirian lagi.

"Gimana kabar kamu, Mas? Kamu tau sekarang aku mau melahirkan, anak kita akan segera hadir ke dunia." Ayna tersenyum getir memikirkan berbagai macam kemungkinan yang telah terjadi, bertepatan dengan itu Televisi yang menyala di ruangan tersebut menampilkan kabar berita yang sekarang sedang booming.

"Selamat siang pemirsa, kembali lagi dengan saya Aresha di topik terkini. Pesawat Tiger Air yang lepas landas pada pukul 10.30 WIB hari ini telah menemukan titik terang usai dikabarkan hilang kontak selama 20 menit. Pihak maskapai penerbangan mengkonfirmasi jika pesawat Tiger Air telah jatuh ke laut. Pihak maskapai mengkonfirmasi terjadinya hilang kontak karena cuaca yang cukup buruk di hari ini, terimakasih."

Ayna yang begitu memperhatikan siaran berita tersebut meremas sprei yang dipakai di bangsal, air matanya luruh begitu saja usai mendengar jika pesawat tersebut dikonfirmasi telah jatuh ke lautan. Sekarang, bagaimana nasib Arqan? Bagaimana nasib dirinya?

"Astagfirullah." Ayna mendesis, suaranya nampak bergetar.

"Mas Arqan," cicitnya lagi.

"Arghhh, sakit!!!" Perutnya kontraksi kembali, Ayna semakin tak tahan menahan rasa sakit di perutnya. Bertepatan dengan itu, seorang Dokter dan seorang lelaki tergopoh masuk ke dalam ruangan Ayna.

"Biar saya periksa pembukaannya ya, Bu. Sepertinya sudah nambah lagi." Selama Dokter tersebut memeriksa, Ayna memejamkan matanya. Namun saat kepalanya terasa diusap dengan penuh kasih sayang oleh sebuah tangan seseorang membuatnya membuka mata. Seperkian detik netranya terpaku pada objek yang kini mengulas senyum meneduhkan, sampai Ayna bahkan tak sadar telah mengangkat kedua tangannya untuk mengucek-ngucek matanya guna memastikan siapa orang yang dilihatnya kini.

Dear My Husband (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang